Balik dengan Duo Bil jangan marah karena lama update ya. Dedek lagi ujian uts soalnyaa
betewe, sebenarnya BIL udah aku buat sampe part 21, tapi berhenti ditengah jalan karena malas ngerjainnya. Tapi tetap bakal aku posting satu persatu buat senua reader yang nungguin Bil. Unting2 komentar dari readers bisa bikin aku semangat buat lanjutin ceritanya. Nanggung banget part yang aku buat itu udah mau tamat, tapi kemauan buat nulisnya itu loh, balik ke nol lagii
Oke, saya sudah mulai curcol. akhir kata, happy reading all!!Aku mengendarai mobil sedan
hitam yang kuyakini dibeli dengan harga mahal. Salah satu mobil milik gressvater Nabila yang merupakan salah satu koleksi mobil klasiknya. Aku bahkan tidak tahu ini mobil keluaran tahun berapa.Ayah duduk disebelahku. Sedangkan Om David, Om Kevin dan Fajar duduk dibelakang. Kami baru saja selesai berpetulang malam dari pukul delapan sampai sekarang ini, pukul satu pagi. Semuanya terlihat letih. Jelas saja, sudah tua-tua begini diajak keluar malam. Yah, setidaknya jika hanya kami para muda-mudi saja yang pergi maka akan pulang pagi karena ke klub dulu.
Kulirik para bapak-bapak yang duduk dibelakang, serta Fajar yang sudah mendengkur. Lalu aku lirik ayah yang menahan kantuknya dengan melihat keluar jendela.
"Yah," panggilku. Ayah hanya menggumam menyambut panggilanku.
"Jatuh cinta itu seperti apa sih yah?"
Ayah kali ini menoleh. Menatapku sambil tersenyum mengejek. "Sudah setua ini kau belum mengerti apa itu cinta?"
Aku mendesah. "Jatuh cinta yang.. Seperti ayah pada bunda. Seperti.." Aku berpikir sebentar. "Seperti, you know that she is the one."
Ayah manggut-manggut setelah keperjelas pertanyaanku. Lalu gantian ayah yang berfikir.
"Kau melihat dia seperti tidak ada wanita lain yang cantik, seksi dan sempurna selain dia."
Aku mengangkat bahuku. "Itu tidak bisa menjadi she is the one yah. Kita pria, jika melihat wanita lain pasti juga menilainya."
"Kau selalu merasa nyaman bersama dia." Suara ini berasal dari belakang. Aku melirik kaca depan dan mendapati Om David dan Om Kevin menatapku. Aku bingung siapa yang berbicara tadi.
"Kalau begitu, dengan wanita-wanita yang kita pacari lebih dulu juga merasa nyaman kan, tapi akhirnya hubungan berakhir juga," elakku lagi.
"Bagaimana dengan menginginkannya sebagai istrimu?" tanya Om David kali ini. "Soalnya, itu yang Om rasakan saat pertama kali melihat Tante Olivia."
"Sayangnya aku masih muda dan belum memikirkan pernikahan."
Ayah berdehem. Raut wajahnya berubah berfikir sekarang. "Dulu, ayah juga tidak pernah berfikir bahwa bundamu yang slengekan akan menjadi cinta sejatinya ayah. Tapi yang ayah pikirkan setiap melihatnya adalah ayah ingin Bunda selalu bersama ayah, menjadi satu-satunya wanita yang hidup bersama ayah, menjadi wanita terakhir dalam hidup ayah."
"Iya," sahut Om Kevin. "Om juga berfikir seperti itu saat bertemu Tante Viena. Om seperti selalu butuh Tante sebagai oksigen Om. Sampai kalau mau kerja keluar kota Om selalu bawa Tante. Kemana pun itu."
"Om juga loh," sambut Om David. Aku sudah seperti diserang dengan romantisme memori percintaan mereka. "Om selalu tidak suka jika Tante Olivia dekat pria lain. Memandang pria lain dengan cara yang sama dengan Tante memandang Om, tersenyum pada pria lain seperti senyumnya pada Om, dan menyentuh pria lain seperti menyentuh Om. Om tidak pernah suka. Om selalu merasa, kehilangannya membuat hidup Om berakhir."
Ayah kemudian melanjutkan lagi. Mulai bercerita lagi tentang kehidupan percintaannya dengam Bunda. Disambung lagi oleh Om David dan Om Kevin sehingga jawaban dari pertanyaanku melenceng sudah. Aku bahkan tidak menemukan titik terang tentang perasaan aneh yang menjalar dalam diriku saat melihat Nabila akhir-akhir ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bil
Любовные романыSilver Nabila De Vanza : Anak kedua dari pasangan Olivia dan David De Vanza. Suka sekali dengan butik mommynya dan paling benci kalau daddynya ajak ke kantor. Anak polos dan penurut, tapi nyablak minta ampun. Jatuh cinta sama Billy sejak kecil. Seha...