Giyan terbangun dari tidurnya setelah hampir semalaman ini dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. Siapa lagi alasannya jika bukan karena memikirkan lelaki menyebalkan yang entah kenapa selalu membuatnya berdebar dan salah tingkah.
Semakin kenal dengan Liam, Giyan meraka sikap lelaki itu begitu aneh. Dari tiba-tiba menjemput dan mengantarnya pulang hingga tiba-tiba muncul di apartemennya dengan membawa makanan.
Ini terlalu aneh buat Giyan yang selama ini menganggap jika Liam terlalu angkuh buatnya. Apa semua ini karena keduanya akan terlibat kerja sama dalam sebuah film?
Giyan tidak ingin memperpanjang pikirannya tentang Liam karena sudah cukup lelaki itu mengganggu pikirannya selama beberapa hari ini dan yang paling mengganggu pikirannya adalah permintaan Liam untuk bertemu dengan Lynn.
Giyan meringis saat menyadari betapa tidak masuk akalnya permintaan Liam itu. Bagaimana bisa dia mempertemukan Liam dengan Lynn sementara Lynn itu adalah dirinya sendiri. Liam benar-benar sudah tidak waras.
"Baru aja gue mau bangunin lo. Buruan, satu jam lagi syuting dimulai loh." Wajah Gwen muncul dan membuat Giyan semakin gelisah. Satu jam lagi syuting, itu artinya satu jam lagi dia akan bertemu dengan Liam dan lelaki itu akan menagih permintaannya tempo hari.
Kenapa Liam bisa berpikir jika dia dekat dengan Lynn? Apa Liam hanya asal menebak atau jangan-jangan dia malah sudah tahu jika Lynn itu adalah Giyan.
"Lo pusing?" tanya Gwen karena melihat Giyan mulai meremas rambutnya.
"Gatal, belum keramas," jawab Giyan sekenanya dan dia pun segera beranjak dari tempat tidur.
"Beberapa hari gue tinggal, kayaknya lo kelihatan kebingungan terus deh," ucap Gwen yang sepertinya menyadari perubahan raut wajah Giyan yang tidak seperti biasanya. Giyan mengerling dan hanya mengangkat bahu, tanda dia tidak mau menanggapi ucapan Gwen. Giyan tidak mungkin menceritakan pada Gwen apa yang membuatnya gelisah selama beberapa hari ini.
Padahal Giyan sama sekali tidak memberikan kesanggupan pada Liam mengenai permintaannya itu. Giyan justru berkali-kali mengatakan jika dia dan Lynn tidak sedekat seperti yang dikira oleh Liam. Tetapi Liam tetap tidak percaya dan terus mendesaknya agar dia bisa bertemu dengan Lynn.
"Gue grogi mau syuting film layar lebar setelah sekian lama nggak pernah melakukannya," ucap Giyan memberikan alasan sebelum Gwen kembali mendesaknya.
Harusnya Giyan merasa senang karena hubungannya dengan Liam sudah jauh lebih baik daripada sebelumnya. Liam yang biasanya tidak pernah mau membalas sapaannya, sekarang malah sudah pernah mendatangi apartemennya. Giyan bahkan masih tidak menyangka jika dia dan Lima bisa saling mengobrol di luar masalah pekerjaan.
Tapi justru saat ini Giyan malah merasa tidak senang. Dari permintaannya sudah jelas jika Liam hanya tertarik pada Lynn, bukan pada dirinya. Giyan merasa kesal tapi bingung harus bagaimana untuk melampiaskan rasa kesalnya itu.
"Lo dapat gebetan baru?" tuduh Gwen saat Giyan baru saja menyelesaikan mandinya. Mata Giyan membesar dan merasa bingung dengan pertanyaan Gwen.
"Apaan sih tiba-tiba bahas soal gebetan," ucapnya tidak senang.
"Lagian lo aneh banget. Kemarin kayaknya senang banget, terus pagi ini mendadak cemberut. Gimana gue nggak curiga dengan apa yang terjadi dengan lo," kata Gwen.
"Ngarang banget," balas Giyan.
"Lo sudah pelajari script-nya, kan?" tanya Gwen memastikan. Giyan ingin sekali menyombongkan diri dengan mengatakan jika dia tidak perlu script untuk mengingat dialog tokoh yang diperankannya, tapi nyatanya banyak perubahan dialog Sekar, nama pemeran wanita yang diperankannya. Hal itu mau tidak mau membuat Giyan harus mengingat dialog dan juga adegan untuk syuting hari ini.
Tapi karena dia sudah hafal jalan cerita film yang akan dimainkannya sehingga nanti bisa sedikit berimprovisasi jika ada dialog yang tidak diingatnya.
"Tuh, ngelamun lagi." Suara Gwen mengejutkan Giyan yang sedang mematung di depan cermin.
"Lo kenapa sih? Coba ceritain ke gue kalau ada masalah.
"Sudah gue hafalin semua dialog dan adegannya," ucap Giyan menjawab pertanyaan Gwen tadi. Gwen kemudian mendekat ke arah meja riasnya sedangkan Giyan sendiri mencoba terlihat tidak peduli agar Gwen tidak bertanya lagi padanya.
"Jangan sok perhatian deh," cetus Giyan sambil mengerling ke arah Gwen.
Mata Gwen kontan mengarah pada ponsel Giyan yang berdering tiba-tiba. Keningnya berkerut saat melihat nama di layar ponsel itu.
"Liam? Tumben banget dia hubungin lo," cetus Gwen dengan wajah penasaran.
"Urusan kerjaan kali. Dia, kan juga syuting hari ini," kata Giyan dengan tenang padahal dalam hatinya sedang memaki Liam karena lelaki itu menghubunginya di saat yang tidak tepat. Gwen sudah pasti akan curiga kenapa Liam yang sombong itu tiba-tiba menghubunginya.
"Kenapa?" sapa Giyan dengan jantungnya yang berdebar semakin kencang. Giyan terus berharap agar Gwen tidak curiga kenapa Liam tiba-tiba menghubunginya.
"Mau gue jemput?" tanya Liam tanpa basa-basi. Giyan melongo dan tidak menyangka jika Liam menghubunginya hanya untuk menawarkan hal itu.
"Eh ... nggak deh, gue bareng manajer gue," sahutnya canggung. Tidak salah lagi, sikap baik Liam ini pasti karena ada maksud terselubung.
"Ya sudah, sampai ketemu di tempat syuting." Panggilan telepon dari Liam pun berakhir dengan wajah Gwen yang saat ini berada tepat di hadapan wajah Giyan, sedang menatapnya dengan raut wajah penasaran yang begitu tinggi.
"Itu benaran Liam? Mau jemput lo? Kok bisa?" tanyanya bertubi-tubi hingga Gwen kehilangan kata-kata untuk menjawab pertanyaannya. Wajah Gwen masih berada tepat di hadapannya hingga membuat Giyan semakin kesulitan untuk menyembunyikan perasaan berdebarnya.
"Jauh-jauh sana, gue mau dandan nih," keluhnya sambil mendorong tangan Gwen agar menjauh darinya.
"Liam lagi ngedekatin lo?" Gwen masih saja mengajukan pertanyaannya walaupun wajah Giyan terlihat masam.
"Siapa yang ngedekatin. Dia cuma nawarin mau bareng nggak karena mungkin dia pikir lo belum balik dari Bandung," jelas Giyan dan berharap Gwen tidak berpikir terlalu jauh lagi.
"Gue sih dukung aja kalau memang Liam naksir lo," balas Gwen sambil menyebut nama-nama lelaki-lelaki lain yang pernah mendekati Giyan berserta seribu keanehan mereka. Menurut Gwen, di antara lelaki-lelaki itu, hanya Liam yang terlihat wajar.
"Berhenti bilang kalau Liam lagi ngedekatin gue," ucap Giyan mulai kesal. Giyan meringin karena sebenarnya dia malah senang jika Liam memang benar sedang mendekatinya. Tapi nyatanya lelaki itu malah lebih tertarik pada Lynn, sosok ciptaan Giyan yang tidak nyata.
"Dia justru lebih tertarik pada Lynn dibanding gue," sambungnya hingga membuat Gwen mengernyitkan kening.(*)
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasta Lavista, Baby!
RomanceMemiliki dua pekerjaan membuat Giyanti Paramita seolah memiliki dua kepribadian. Sebagai Giyanti, seorang artis yang banyak mengundang decak kagum sekaligus cacian dari orang-orang. Dan sebagai Lynn, penulis misterius terkenal yang memiliki dunia kh...