23. Belum

756 136 0
                                        

Syuting sore ini berjalan tidak sesuai dengan yang diinginkan Giyan. Setelah dua hari tidak bertemu dengan Javas, sutradaranya itu malah bertambah menyebalkan. Sejak awal syuting hingga selarut ini, Javas seperti sengaja mencari gara-gara yang membuat syuting berjalan begitu lambat.

"Akting lo nggak sesuai dengan naskah. Raut wajah lo harusnya terlihat lebih sedih saat melihat Liam. Lo nggak baca naskahnya dengan benar ya?" omel Javas untuk kesekian kalinya dan membuat Giyan menahan napas karena kesal.

Kata siapa dia tidak membaca naskahnya, justru dialah pengarah cerita yang akan difilmkan ini. Dia bahkan hafal detail terkecil dari cerita ini.

"Gue capek," ucap Giyan kesal sambil berjalan keluar dari area syuting. Ini pengambilan adegan entah ke berapa kalinya dan semua itu membuat Giyan muak.

"Siapa yang suruh lo pergi," ucap Javas dengan nada kesal.

"Gue butuh istirahat sebentar, lo kira gue mesin yang nggak butuh beristirahat?" Giyan berjalan menjauh dan tidak peduli dengan omelan Javas. Giyan ngambek dan tidak mau mendengarkan panggilan Javas lagi.

"Lo tetap di situ, jangan ikutin Giyan," ucap Javas pada Liam yang akan mengejar Giyan. Kening Liam kontan berkerut saat mendengar larangan Javas itu.

"Gue butuh Giyan sebagai lawan main gue, jadi buat apa lo minta gue tetap di sini?" tanya Liam.

"Biar Sita aja yang nyusulin Giyan," balas Javas menyebutkan nama salah satu krunya.

"Sita nggak tahu cara membujuk Giyan agar dia mau kembali syuting," ucap Liam. Wajah Javas mendadak menegang dan dia sadar tidak bisa melakukan apa pun saat mendengar ucapan Liam yang seperti itu.

"Buruan, bawa Giyan balik ke sini lagi," kata Javas akhirnya. Liam meninggalkan area syuting dan mengedarkan matanya untuk mencari keberadaan Giyan.

"Kamu baik-baik aja?" tanya Liam saat menemukan Giyan sedang duduk tepat di bawah pohon, wajahnya terlihat kesal.

"Aku mau pulang aja," ucapnya.

"Kok malah mau pulang, syuting belum selesai loh," balas Liam.

"Capek banget ngadapin mood Javas yang aneh, ngomel-ngomel nggak jelas sementara rasanya aku sudah melakukan yang terbaik," jelas Giyan dengan napas naik turun, tanda dia merasa begitu kesal.

"Kalau kamu pulang sekarang, semuanya bakal kesulitan. Kru-kru film dan pemain pendukung yang lainnya nggak bisa melanjutkan syuting hari ini," balas Liam. Suaranya terdengar lembut dan membuat Giyan mengerjapkan matanya. 

Hanya satu kalimat penuh bujukan yang diucapkan oleh Liam bisa membuat Giyan menurunkan sedikit egonya. Dia kemudian kembali ke area syuting dengan Liam yang berjalan di sebelahnya.

Giyan bersumpah di dalam hati, jika Javas masih mencari gara-gara dengannya, dia tidak akan segan meninggalkan area syuting sekarang juga. Untungnya Javas memasang wajah tidak peduli saat Giyan kembali memasuki area syuting, bisa jadi dia juga memikirkan syuting yang harus segera selesai.

Syuting selesai lebih larut dari perkiraan. Semuanya terlihat lelah dan ingin segera pulang. Dengan mata setengah mengantuknya, Giyan mulai mencari keberadaan Liam yang akan mengantarnya pulang. Semenjak dekat dengan Liam, keberadaan Gwen sedikit terlupakan. Apa yang biasa dilakukan oleh Gwen, saat ini diambil alih Liam.

"Aku boleh tunggu di mobil?" pinta Giyan saat melihat Liam masih membahas sesuatu dengan kru film. Liam mengangguk dan memberikan kunci mobilnya pada Giyan. Giyan berencana tidur di mobil sambil menunggu Liam.

Rasa kantuk yang begitu kuat membuat Giyan langsung tertidur sesaat setelah berada di mobil Liam, apalagi aroma khas Liam terasa begitu kuat masuk ke pernapasannya hingga membuatnya merasa begitu nyaman.

"Giyan ...." Suara panggilan disertai tepukan lembut di lengannya membuat Giyan membuka mata dengan enggan.

"Sudah sampai di apartemen kamu. Atau ... kamu lebih suka menginap di apartemenku?" Ucapan Liam yang seperti itu kontan membuat mata Giyan membesar. Sepertinya tidurnya terlalu lelap hingga tidak sadar Liam telah membawa mobil sampai di apartemennya.

"Aku turun sekarang," ucap Giyan panik. Tangan Liam dengan cepat meraih lengan Giyan dan membuatnya tidak bisa turun dari mobil.

"Apa hanya begitu saja, nggak ada salam perpisahan?" tanya Liam. Awalnya Giyan mengira jika lelaki itu sedang bercanda tapi wajahnya terlihat serius.

"Salam perpisahan apa?" sahut Giyan pura-pura tidak mengerti dengan ucapan Liam. Giyan tidak mengerti kenapa semakin hari sikap Liam semakin aneh. Seharusnya Giyan merasa senang tapi entah kenapa dia malah khawatir jika Liam hanya ingin membuatnya terbuai. 

"Sana kamu pulang sekarang, besok kita masih mau syuting lagi, kan," kata Giyan sambil menepis tangan Liam.

"Sebenarnya kamu benaran suka sama aku nggak sih?" tanya Liam dan membuat kening Giyan berkerut. Kenapa Liam bisa menanyakan kalimat seperti itu? 

"Siapa yang suka sama kamu, jangan ngarang deh," balas Giyan dengan wajah memanas. Dia berharap Liam tidak melihat perubahan wajahnya.

"Jadi itu nggak benar?" tanya Liam. Wajah Liam kian terasa memanas. Dia ingin memalingkan wajahnya tapi Liam tentu akan tahu jika dia sedang berusaha menghindarinya. Yang terbaik saat ini tentu pura-pura tenang dengan membalas tatapan mata Liam.

"Tentu aja nggak ...." Giyan menghentikan ucapannya karena dari tatapan mata Liam saja terlihat jelas jika dia tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Giyan.

"Nggak apa?" desak Liam.

"Kalau pertanyaannya aku balik dan ajuin ke kamu, gimana?" 

"Kamu benaran suka nggak sih sama aku sampai ngajak aku pacaran?" tantang Giyan yang merasa terdesak dengan pertanyaan Liam tadi. Liam terdiam dan diamnya Liam diartikan lain oleh Giyan. Matanya meredup dan menatap Liam penuh rasa kecewa.

"Lupakan aja pertanyaanku tadi," ucap Giyan. Matanya terasa memanas dan dia tidak bisa berlama-lama lagi di dekat Liam. Pembicaraan seperti ini selalu saja berakhir dengan kekecewaannya.

"Aku turun dulu," kata Giyan setelah menarik napas panjang. Liam tersentak dan merasa perlu menjelaskan sesuatu pada Giyan.

"Aku ... belum merasa memiliki perasaan yang sedalam itu padamu," ucap Liam. Giyan menahan napas dan merasa dadanya nyeri saat mendengar pengakuan Liam.(*)

Selanjutnya Hidden Part 23 bisa dibaca di KaryaKarsa ya. Link ada di profil ❤️

Hasta Lavista, Baby!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang