Giyan menyesal kenapa tadi tidak menuruti ucapan Gwen yang menyarankan mereka parkir di area khusus, bukan area parkir umum seperti saat ini. Tadi Giyan hanya memikirkan jika dia ingin lebih cepat sampai dan tidak mau Gwen repot memutar mobil menuju area parkir khusus.
Nyatanya karena ingin lebih cepat itu, Giyan justru bertemu dengan Liam. Hal yang sama sekali tidak diinginkannya saat ini.
Saat memutuskan akan mengadakan jumpa penggemar Lynn, dia sama sekali tidak memikirkan jika Liam termasuk salah satu penggemar Lynn juga. Bagaimana ini, mereka bahkan sudah terlanjur bertemu dan Giyan tidak bisa menghindar lagi.
"Aku mau ajak kamu tadi, tapi takut kamu lagi sibuk," ucap Liam setelah mata Giyan hanya bisa melotot tajam melihat kehadiran lelaki itu.
"Ah ... ya, gue memang lagi sibuk," balas Giyan ketus yang sebenarnya dilakukan Giyan karena merasa canggung. Dia bahkan tidak bisa lagi menyapa Liam dengan akrab seperti yang biasa dilakukannya.
"Mau bareng?" tawar Liam. Giyan menggeleng dengan cepat, bagaimana bisa dia bareng lelaki itu jika Giyanlah yang akan menjadi bintang tamu dia acara itu nanti.
"Lo duluan aja," balas Giyan dan wajah Liam seketika berubah. Liam tahu jika Giyan masih marah padanya. Padahal beberapa hari ini dia sengaja menjaga jarak dengan gadis itu dengan harapan mereka bisa memperbaiki hubungan, tapi nyatanya Giyan malah terlihat semakin kesal saat bertemu dengannya.
Liam merasa beberapa hari ini terasa berbeda. Biasanya setiap harinya akan dipenuhi oleh suara Giyan dan omelan gadis itu dan ketika semuanya hilang, dia merasa tidak rela. Pantas saja Giyan sangat marah padanya, sampai saat ini Liam sendiri masih bingung dengan perasaannya.
"Kita bisa bareng ke dalam, kamu cuma bareng Gwen, kan?" tanya Liam yang berharap mereka bisa memasuki toko buku bersama-sama dan menunggu kedatangan Lynn di sana.
"Gue masih ada urusan," balas Giyan sambil memalingkan wajah dan kemudian mengambil ponselnya yang berada di dalam tas. Dia terlihat sibuk menghubungi seseorang hingga Liam pun menyerah dan berjalan meninggalkan Giyan. Toh, nanti di dalam sana mereka juga akan kembali bertemu
"Kenapa?" tanya Gwen heran sesaat setelah Liam tidak terlihat lagi.
"Gawat, ternyata ada Liam," jawab Giyan setengah berbisik.
"Bisa ganti tempat aja nggak?" sambungnya.
"Ngaco, mana bisa seasal itu. Pihak toko buku sudah mempersiapkan banyak hal buat menyambut kedatangan lo, masa kita mau membatalkan begitu aja," omel Gwen. Giyan merasa kesal pada dirinya sendiri karena sesaat menjelang acara jumpa penggemarnya, dia baru merasa menyesal.
"Ayo buruan, masa yang ditunggu-tunggu malah datang terlambat." Gwen menarik lengan Giyan dan terlihat tidak peduli dengan kekhawatiran gadis itu.
Giyan berusaha menarik napas panjang dan menyakinkan dirinya sendiri jika kehadiran Liam bukanlah sesuatu yang penting. Bukankah dia sudah berusaha menghilangkan Liam dari pikirannya?
"Kita masuk dari pintu belakang," ucap Gwen.
"Jangan tegang, lo sudah sering melakukan hal seperti ini," sambung Gwen lagi. Dengan langkah cepat, Gwen membawa Giyan memasuki toko buku melalui pintu belakang.
Dari tadi suasana toko buku sudah terlihat ramai, mungkin karena hari ini adalah hari pertama pembukaan toko buku apalagi ditambah acara jumpa penggemar Lynn.
"Kita tunggu di sini, sampai panitia acara memanggil," ucap Gwen sementara Giyan semakin cemas melihat sekelilingnya. Apalagi saat karyawan-karyawan toko buku yang lalu lalang di hadapan mereka menatap dengan mata penuh rasa penasaran dengan kehadiran Giyan di toko buku mereka. Hingga menjelang acara tidak ada seorang pun yang tahu jika Giyan adalah Lynn.
"Gue mesti ngapain nanti?" tanya Giyan seperti orang bingung.
"Sapa penggemar lo, seperti yang biasa lo lakuin. Nanti juga ada sesi tanda tanda buku dan foto. Jangan bilang kalau baru hari ini lo jadi artis," balas Gwen kesal dengan kepanikan Giyan.
"Ini ide lo sendiri loh yang katanya mau dikenal sebagai Giyan, bukan Lynn lagi. Ayo dong, jangan malu-maluin kayak gini," kata Gwen lagi. Giyan menarik napas panjang dan di saat yang bersamaan seseorang mendekat ke arah mereka dan terlihat kaget saat melihat Giyan.
"Loh ... ini ... Mbak Giyan ..., maksudnya Lynn yang mana ya?" tanya seorang lelaki yang sepertinya adalah salah seorang panitia acara. Gwen dan Giyan kontan saling berpandangan.
"Giyan dan Lynn adalah orang yang sama," kata Gwen menjelaskan sambil tersenyum. Walaupun terlihat kaget, tapi lelaki itu berusaha tenang dengan mengatakan jika sudah saatnya Giyan memasuki panggung.
Giyan menggosok kedua belah telapak tangannya dengan cepat dan berharap semua hal yang dikhawatirkannya tidak akan terjadi.
Tepuk tangan yang meriah terdengar menyambut kedatangan Giyan. Giyan melangkah perlahan menaiki panggung kecil yang berada dia antara jejeran rak-rak buku. Napasnya tertahan dan tentu saja saat ini dia tidak bisa kembali lagi.
"Lynn mana?" Terdengar beberapa suara yang menanyakan keberadaan Lynn padahal Giyan sudah berada di hadapan mereka.
"Memangnya ada bintang tamu lainnya?" Bisik-bisik panitia acara tertangkap di telinga Giyan hingga mau tidak mau dia berdehem pelan dan meminta mic agar bisa berbicara dengan jelas.
Jantungnya berdetak sangat kencang saat untuk pertama kalinya dia menyapa penggemarnya secara langsung. Mungkin hingga saat ini mereka masih belum mengira jika Giyan adalah Lynn.
"Ini hal yang nggak pernah gue bayangkan, bakal berada di sini, di depan para penggemar Lynn," ucapnya.
"Selama ini yang kalian tahu Lynn begitu misterius, hingga nggak ada seorang pun yang tahu bagaimana sosoknya. Tapi hari ini izinkan gue mengenalkan sosok Lynn sesungguhnya." Giyan terdiam sesaat sambil matanya mengarah ke segala arah. Suasana seketika hening hingga matanya menangkap sosok lelaki yang duduk di belakang sana. Dia ... Liam.
"Maaf karena menyembunyikan hal ini begitu lama dan maaf karena baru hari ini gue berani mengatakan yang sebenarnya," ucapnya dan bersamaan dengan suara teriakan dan jeritan orang-orang di hadapannya. Sebagian besar dari mereka sepertinya sudah bisa menebak jika Giyan adalah Lynn yang sedang mereka tunggu-tunggu.
"Mulai hari ini, perkenankan gue menggunakan identitas asli. Bukan sebagai Lynn lagi, kalian bisa panggil gue Giyan," katanya sambil tersenyum. Giyan tidak bisa melanjutkan bicaranya karena orang-orang mendadak riuh, saling menjerit dan berteriak dengan rasa tidak percaya. Sampai akhirnya salah seorang panitia berusaha menenangkan situasi.
"Mungkin di sini masih banyak yang nggak percaya kalau yang berdiri di hadapan kita ini Lynn, penulis kesayangan kita. Termasuk gue sendiri yang masih lima puluh persen percaya jika sosok Giyan adalah Lynn," ucap salah seorang pembawa acara yang berhasil menenangkan keriuhan penonton.
"Itu hal yang wajar, tapi kalian boleh mengajukan pertanyaan apa pun ke gue yang bakal membuat kalian yakin jika gue adalah Lynn," balas Giyan sambil tersenyum. Perlahan rasa tegang yang dirasakannya mulai mereda, apalagi saat melihat orang-orang yang menatapnya dengan mata berbinar, sama sekali tidak seperti yang ditakutkannya.
Sebuah lengan terangkat dan membuat Giyan menahan napas. Kenapa mesti Liam yang akan mengajukan pertanyaan buatnya?(*)
Ada yang bisa nebak apa yang bakal terjadi selanjutnya? Ayoo baca Hidden Part 25 di KaryaKarsa ya. Link ada di profil ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Hasta Lavista, Baby!
RomanceMemiliki dua pekerjaan membuat Giyanti Paramita seolah memiliki dua kepribadian. Sebagai Giyanti, seorang artis yang banyak mengundang decak kagum sekaligus cacian dari orang-orang. Dan sebagai Lynn, penulis misterius terkenal yang memiliki dunia kh...