"Gue takut, kalau lo seperti angin yang bertiup kencang yang menghancurkan buanga edelweiss dalam sekejap mata." Ucap Akira.
"Gimana caranya gue bikin lo percaya Akira. Gue tau kalau selama ini gue udah ngabaikan lo, tapi gue nggak pernah buat lo sedih Akira." Sultan menggenggam erat tangan Akira.
"Tapi lo sendiri yang minta gue buat ngebatalin pertunangan itu, dan sekarang lo mau ngejar gue? Gimana gue nggak takut Sultan."
"Maafin gue Akira. Gue benar-benar salah, tapi tolong kasih gue kesempatan."
"Sultan, apa lo tau kenapa gue setuju ngebatalin pertunangan kita?"
"Apa karena gue nggak bisa sadar perasaan lo?" Akira menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Sultan.
"Gue takut kejadian seperti nyokap gue terulang kembali." Sultan mengerut keningnya saat untuk pertama kalinya membahas ibu Akira.
"Kenapa?" Tanya Sultan penasaran saat melihat wajah Akira yang memucat dan tangan yang gemetar.
"Gue takut kejadian nyokap gue terulang kembali, nyokap gue mengakhiri nyawanya dihadapan gue Sultan." Ucap Akira dan Sultan pun sangat terkejut dan tidak bisa berkata apapun.
Ini pertama kalinya Akira mengatakan tentang masa lalunya, dan membuat Sultan terkejut adalah kebenaran bahwa ibu kandung Akira mengakhiri nyawanya dihadapan Akira.
Selama ini Sultan hanya mengetahui bahwa ibu kandung Akira sudah meninggal saat Akira berumur 4 tahun. Sekarang Sultan tau kenapa di rumah Akira tidak ada foto Akira dengan ibunya.
"Akira... gue-"
"Akira comel lo dimana?!!!" Teriak Popo hingga membuat Akira dan Sultan terkejut.
"Loh? Kenapa dia ada disini Ra? Dia ganggu lo lagi?" Tanya Popo menatap tajam Sultan.
Sedangkan Sultan menatap wajah Akira yang berusaha menyembunyikan sesuatu membuat Sultan paham bahwa Akira tidak ingin melanjutkan perkataannya lagi.
"Nggak papa kok Po, dia cuman nganter titipan dari bokap gue." Ucap Akira agar Popo tidak curiga.
"Ok, kalau gitu gue balik. Lo jangan lupa tidur, nanti kita lanjutkan pembicaraan kita lagi." Ucap Sultan dengan mengusap kepala Akira.
Dada Akira berdebar karena perlakuan manis Sultan padanya. Setelah mengatakan itu Sultan pergi tanpa melirik sedikitpun pada Popo yang menatapnya tajam.
Setelah Sultan pergi, Popo menghampiri Akira yang duduk di sofa. Popo menakup wajah Akira hingga mulut Akira mengerucut dan hal itu membuat Akira kesal dan memukulnya.
"Apaan sih lo?!" Akira memukul lengan Popo.
"Akira, gue sama Pedro udah anggap lo kaya saudara kita sendiri. Karena itu gue sama Pedro nggak pernah bisa nyerahin lo sama cowok yang nggak jelas. Maupun itu Ciko ataupun Sultan." Ucap Popo serius.
"Popo, gue juga udah angggap lo sama Pedro saudara gue. Karena itu, hanya lo berdua dan Jessica yang tau masa lalu gue yang sebenarnya." Wajah Akira menjadi sedih.
"Gue takut kalau lo kembali terpuruk karena Sultan. Gue sebagai sahabat lo khawatir, karena gue nggak mau ada cowok yang bikin lo terluka lagi setelah gue." Popo pun memeluk Akira dengan hangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Soul Piece {END}
FanfictionTakdir tidak bisa dirubah, Akira dan Sultan saling menyakiti perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar mereka saling membenturkan takdir dan kehancuran pada hidup mereka. Cinta, kesedihan, kekecewaan membuat mereka terpuruk dalam lubang hitam yang...