Sekarang Akira, Popo dan Farah sedang dalam perjalanan pulang dari villa. Akira memutuskan pulang lebih cepat dari seharusnya.
Wajah Akira yang datar hanya diam memandang jalanan di balik jendela mobil. Popo dan Farah merasa khawatir dengan diamnya Akira.
"Kenapa lo mau pulang cepat? Padahal lo udah nggak sakit lagi, jadi lo bisa main disana sepuasnya." Ucap Popo.
"Karena ada urusan penting yang harus gue selesain." Jawab Akira tanpa melihat ke arah Popo.
"Akira, lo baik-baik aja kan? Apa ada masalah yang ganggu lo?" Ujar Farah yang khawatir.
"Lo tenang aja Rah, gue baik-baik aja. Lo berdua jangan terlalu khawatir sama gue." Ucapan Akira yang pelan membuat Farah dan Popo semakim khawatir.
Popo bingung kenapa Akira ingin cepat kembali ke Jakarta, bahkan saat Sultan menahannya agar tidak pulang pun Akira tidak memperdulikannya.
Akira seakan menahan emosi dan amarahnya. Akira ingin menyelesaikan masalahnya antara dirinya dan Lily.
Karena Lily sudah berani mengganggu ketenangan sahabat-sahabat Akira. Di saat Akira menahan emosinya, tiba-tiba Akira teringat sesuatu.
"Popo, apa gue malam tadi pingsan? Gue nggak ingat apa-apa bisa sampai di kamar bawah dan Farah bilang gue demam." Pertanyaan Akira membuat Popo membeku.
Popo berusaha menyembunyikan masalah malam itu yang menimpa Akira pada Akira dan Farah. Akira menatap Popo dengan tajam karena Popo belum menjawab pertanyaannya.
"Kata Abimanyu, kemungkinan lo bangun karena pusing terus lo nggak sengaja salah masuk kamar dan pingsan karena demam." Ucap Farah.
"Hmmm apa itu benar Po?" Tanya Akira memastikannya.
"Iya, masa lo nggak percaya sama ucapan Abimanyu? Dia kan dokter." Ucap Popo yang berbohong agar Akira percaya.
Setelah itu Akira pun menganggukan kepalanya. Kemudiam Akira merasa mengantuk dan meletakkan kepalanya di pundak Farah.
Farah pun tersenyum dan mengeluskan kepala Akira. Kemudian mereka berdua menutup mata untuk tidur, sedangkan Popo bernafas lega karena Akira percaya dengan ucapannya.
"Hahhh...untung aja Abimanyu sudah membohongi Farah. Kalau tidak gue pasti mati kebingungan buat ngejelasin ke mereka berdua tentang apa yang terjadi malam tadi!" Ucap Popo dalam hati.
Popo harus menyembunyikan tentang Akira yang mengalami sleepwalking dan hampir menusuk Sultan pada malam itu.
Jika Akira mengetahui hal itu maka Akira akan semakin merasa bersalah dan tertekan karena hampir melukai sosok yang sangat dia cintai.
Sedangkan di villa, terlihat Sultan berdiri di pinggiran danau sambil melihat air yang tenang itu. Kemudian Sultan melempar sebuah batu ke danau hingga membuat air danau bergelombang.
"Bim, apa menurut lo gue sekarang kena karma?" Tanya Sultan pada Bimo yang baru saja datang dan berdiri disampingnya.
"Karma itu udah hukum alam dari Tuhan. Apa yang lo perbuat, maka itu yang lo dapat." Ucap Bimo.
"Saat Akira masih jadi tunangan gue, dia sangat tenang bagaikan air danau itu. Dia tidak pernah menuntut gue untuk apapun."
"Tapi, lo sendiri yang menjadi batu yang membuat gelombang di air danau yang tenang itu."
"Lo benar, karena gue sendiri dia mulai menghancurkan pertahanan perasaan gue dan hal itu membuat gue semakin jatuh ke dalam dasar danau itu karena merasa bersalah."
"Rasa bersalah, itu hanyalah ucapan manis. Tapi yang sebenarnya adalah bahwa itu hukuman yang harus diterima." Ucap Bimo dengan sorot mata yang lurus ke danau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Soul Piece {END}
FanfictionTakdir tidak bisa dirubah, Akira dan Sultan saling menyakiti perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar mereka saling membenturkan takdir dan kehancuran pada hidup mereka. Cinta, kesedihan, kekecewaan membuat mereka terpuruk dalam lubang hitam yang...