2 bulan berlalu...
"Akira...Akira kamu dimana?" Panggil Sultan dengan membawa goodie bag yang banyak di tangannya.
"Wah-wah si calon suami akhirnya datang." Ucap Jhosep yang duduk santai disamping Jessica.
"Lo dari mana aja Sultan, lo suka telat gini bisa aja Akira di ambil sama orang lain." Ujar Jessica kesal karena Sultan terlambat datang ke pondok pesantren miliki keluarga Akira untuk menjenguk keadaan Akira.
Sultan mengabaikan ucapan Jhosep dan Jessica, Sultan berjalan masuk ke dalam rumah milik kakek Akira menuju kamar Akira berada. Tapi saat masuk, Sultan tidak melihat keberadaan Akira dimana pun.
Tapi Sultan melihat alat bantu dengar milik Akira ada di atas tempat tidur. Sultan mengambil alat bantu dengar itu dan menyimpannya ke saku jaketnya.
"Dimana Akira?" Tanya Sultan sekali lagi.
"Dia tadi bilang mau ngomong sesuatu sama seseorang." Ujar Jhosep sambil menyuapkan puding pada Jessica.
"Gue tadi liat Akira lagi ngomong sama cowok di taman." Ucap Jessica dengan senyuman jahilnya.
"Apa?!" Seketika Sultan langsung melempar goodie bag itu ke atas sofa tepat disamping Jhosep.
Sultan pun langsung berlari keluar mencari keberadaan Akira. Sultan yang mengenakan jaket denim berwarna hitam dengan celana abu-abu membuat pesona Sultan terpancar.
Bahkan para santriwati yang berada dihalaman pesantren menatap kagum pada Sultan. Sultan tidak memperdulikan tatapan itu, Sultan fokus mencari keberadaan Akira.
Tapi langkah Sultan terhenti saat melihat Akira sedang berbicara dengan seorang laki-laki. Sultan menatap tajam pada laki-laki itu, meski Sultan melihat wajah laki-laki itu menatap datar pada Akira.
"Siapa lagi si bangsat ini?" Gumam Sultan kesal dan berjalan mendekati Akira yang sedang berbicara dengan bahasa isyarat dengan laki-laki itu.
Sultan yang tidak bisa menahan rasa cemburunya pun langsung melingkarkan tangannya ke leher Akira. Akira yang terkejut langsung mendongakkan kepalanya melihat Sultan.
"Sepertinya urusan lo sama calon istri gue harus selesai sekarang." Ucap Sultan tajam.
"Akira, gue harus pergi sekarang." Ucap laki-laki itu dengan bahasa isyarat dan Sultan mengerti ucapan laki-laki itu.
Kemudian laki-laki itu pergi meninggalkan Sultan dan Akira. Kemudian Akira yang sekarang mengenakan pakaian muslim putih dengan rambut tergerai langsung berbalik dan berdiri dihadapan Sultan.
"Sultan? Kapan kamu datang?" Tanya Akira yang sangat senang.
Melihat wajah senang Akira, membuat wajah Sultan yang datar berubah menjadi cerah. Kemudian Sultan memasangkan alat bantu dengar Akira ke telinga Akira dengan pelan.
Sultan mencubit gemas pipi Akira, Akira pun senang dan langsung menggenggam tangan Sultan. Akira sangat senang melihat Sultan berada didekatnya karena hampir satu bulan Sultan sibuk mengurus cafe miliknya.
"Kenapa kamu tidak memakai alat bantu dengar sayang?" Tanya Sultan.
"Karena aku sedang membicarakan sesuatu yang penting dengan seseorang." Ucap Akira jujur tanpa kebohongan.
"Dengan laki-laki itu? Siapa dia?"
"Iya, dia Rishaf."
"Rishaf? Akira ada hubungan apa dia sama kamu?" Pertanyaan Sultan membuat Akira tersenyum kecil.
Kemudian Akira mengeratkan genggaman tangan pada Sultan. Melihat Akira yang sangat senang hanya bisa menghela nafas panjang dan Sultan pun mengajak Akira kembali ke rumah kakek Akira dengan bergandengan tangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Soul Piece {END}
FanfictionTakdir tidak bisa dirubah, Akira dan Sultan saling menyakiti perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar mereka saling membenturkan takdir dan kehancuran pada hidup mereka. Cinta, kesedihan, kekecewaan membuat mereka terpuruk dalam lubang hitam yang...