"Apa maksud lo Dami?!" Ucap Vanilla yang terkejut berdiri di depan Dami yaitu teman dekatnya.
"Gue udah ngubungin lo dari beberapa hari kemarin buat ngasih tau lo kalau Vero masuk rumah sakit." Ucap Dami dengan wajah yang panik.
"Dua hari yang lalu gue ada di Bali nemanin Sultan urusan bisnisnya. Sebenarnya apa yang terjadi pada Vero?"
"Beberapa hari yang lalu Vero di temukan dengan keadaan sekarat dan sekarang Vero mengalami koma."
"Apa? Bagaimana bisa?!"
"Ini semua karena Aisha!" Ucap Dami ketakutan.
Wajah Dami yang pucat dan langsung menutup kedua telinganya sembari melihat sekitar dengan ketakutan membuat Vanilla bingung. Dami pun duduk sambil memeluk kedua kakinya dengan gemetar.
"Apa maksud ucapan lo Dami? Kenapa lo nyebut nama cewek murahan itu?!" Vanilla mengguncang tubuh Dami yang gemetar.
"Aisha kembali buat balas dendam sama kita Vanilla! Apa yang terjadi pada Vero juga karena Aisha!" Ucap Dami.
"Apa?! Aisha sudah mati Dami!" Teriak Vanilla penuh amarah.
"Dia kembali Vanilla!" Tunjuk Dami pada kotak yang ada di sudut kamar Dami.
Vanilla pun mengerutkan keningnya dan berjalan menuju kotak yang ada di sudut kamar Dami. Vanilla dengan perasaan ragu pun mengambil kotak itu dan membukanya.
Saat Vanilla membuka kotak itu, seketika Vanilla menjatuhkan kotak itu dengan tangan yang gemetar. Vanilla melihat kardigan berwarna putih dengan bercak darah.
Kardigan itu adalah kardigan yang dipakai Aisha saat Vanilla menjatuhkan Aisha. Wajah ketakutan Vanilla semakin terlihat saat melihat name tag miliknya yang juga terdapat di dalam kotak itu.
"Bersiaplah, karena aku akan membalas semuanya pada kalian!" Isi tulisan yang ada di dalam kotak itu dengan warna merah darah dan itu membuat suasana semakin mencekam.
Kemudian Vanilla mengepal kedua tangannya dan langsung mengambil kotak itu kembali. Vanilla pun melempar di dekat Dami, setelah itu Vanilla mengambil korek api yang ada di meja di dekat Dami.
"Ini hanya omong kosong! Cewek murahan itu sudah mati! Jadi jangan membuat omong kosong seperti ini lagi Dami!" Ucap Vanilla yang langsung membakar kardigan yang ada di dalam kotak itu.
Setelah itu Vanilla keluar dari kamar Dami dengan perasaan yang tidak bisa di gambarkan. Vanilla berjalan keluar dari rumah Dami dan segera masuk kedalam mobilnya.
Di dalam mobil tangan Vanilla gemetar dan tidak bisa berhenti. Bahkan Vanilla kesulitan untuk memasukkan kunci mobilnya karena tangannya yang gemetar.
Ini pertama kalinya dalam hidup Vanilla merasakan ketakutan. Kemudian Vanilla membuka laci yang ada di bawah dasbor mobilnya dan mengambil sebuah kotak kecil.
"Ini tidak mungkin! Dia sudah mati dan tidak ada yang tau kebenaran kematiannya itu." Ucap Vanilla sambil membuka kotak itu yang berisikan sebuah kancing baju yang terdapat noda darah.
Di saat Vanilla dilanda rasa takut dan cemas, terlihat Akira sedang berdiri di depan Popo. Akira dan Popo berada di dalam ruangan Pedro, sampai sekarang Pedro masih dalam keadaan koma belum sadar.
"Setelah membuat kekacauan semua ini, lo baru aja datang kehadapan gue Akira." Ucap Popo menatap Akira lurus.
"Maafkan gue, karena hanya cara itu gue bisa melindungi teman-teman gue." Ucap Akira.
"Apa lo juga berpikir seperti Sultan, bahwa Ciko yang membuat Pedro celaka?"
"Kalau gue bilang iya, apa lo juga akan percaya ucapan gue?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Soul Piece {END}
FanfictionTakdir tidak bisa dirubah, Akira dan Sultan saling menyakiti perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar mereka saling membenturkan takdir dan kehancuran pada hidup mereka. Cinta, kesedihan, kekecewaan membuat mereka terpuruk dalam lubang hitam yang...