"Akira, kamu benaran udah nggak papa?" Tanya Lingga dengan menatap khawatir pada Akira.
"Aku baik-baik aja papih. Papih nggak usah khawatir." Ucap Akira sembari memeluk Lingga keluar dari ruangan perawatan.
Lingga pun menghela nafas berat melihat Akira yang tersenyum ceria padanya. Akira yang sudah berada di rumah sakit selama 3 hari, sekarang meminta untuk pulang.
Sebenarnya hati Lingga tidak ingin memulangkan Akira, Lingga ingin Akira benar-benar beristirahat dan menenangkan pikirannya.
Lingga khawatir jika kesehatan Akira kembali memburuk seperti beberapa tahun yang lalu saat mereka berdua tinggal di China.
"Papih? Papih kenapa?" Tanya Akira ketika melihat wajah khawatirnya Lingga.
"Akira, apa kita bisa secepatnya pergi dari sini?" Ucapan Lingga pun membuat Akira terdiam membeku.
"Aku akan menyelesaikan urusan ku disini dulu pih. Aku ingin mengurus tim ku agar bisa menerima Farah sepenuhnya." Ucap Akira dengan kepala yang tertunduk.
"Terus bagaimana dengan Sultan? Apa Sultan sudah mengetahui rencana kita?"
"Aku akan mengatakannya pada waktu yang tepat."
"Jangan sampai terlambat Akira, waktu itu sangatlah singkat."
"Iya pih."
"Kamu anak yang baik Akira. Jika kamu dalam masalah, katakan saja pada papih. Papih akan mengurusnya untukmu." Ucap Lingga sambil mengusap lembut kepala Akira.
Akira pun tersenyum, kemudian mereka berdua pun berjalan bergandengan menuju mobil. Tapi saat Akira hendak membuka pintu mobil, tiba-tiba sebuah tangan menahannya.
"Geo? Lo disini?" Ucap Akira saat melihat sosok Geo yang berdiri sambil memegang buket bunga besar di tangannya.
"Bukannya lo sakit, apa sekarang lo sudah mau pulang?" Tanya Geo.
"Iya, gue udah baikan. Jadi sekarang gue mau pulang, jangan bilang lo kesini buat jenguk gue?!" Tebak Akira dan Geo pun tertawa kecil sambil menganggukan kepalanya.
"Syukurlah kalau lo udah baikan." Geo memberikan buket bunga yang dibawanya itu pada Akira.
Akira dengan senang hati menyambut buket bunga itu. Kemudian Akira teringat sesuatu dan langsung memegang tangan Geo.
"Pih, aku mau membicarakan sesuatu sama Geo apa boleh?" Tanya Akira dengan wajah yang memelas.
"Baiklah. Tapi apa aku bisa mempercayakan Geo agar bisa mengantarmu sampai kerumah?" Ujar Lingga dengan menatap lurus ke arah Geo.
"Om tenang aja, aku akan nganter Akira sampai rumah dengan selamat." Ucap Geo dengan senyumannya.
"Baiklah, kalau begitu papih duluan. Kamu sama Geo hati-hati. Jangan terlalu lama, kamu masih butuh istirahat Akira." Ingat Lingga pada Akira.
"Baik kapten!" Akira memberikan salam hormat pada Lingga hingga Geo pun tertawa.
Lingga mencubit pipi Akira dan menepuk pundak Geo singkat. Setelah itu Lingga masuk ke dalam mobilnya dan pergi meninggalkan kawasan rumah sakit.
"Jadi, lo mau ngomong apa sama gue Akira." Ujar Geo.
"Kita ngomong di cafe depan aja." Ucap Akira dengan berjalan lebih dulu.
Geo pun mengikuti Akira dibelakang. Geo melihat Akira yang semakin kurus pun menjadi khawatir. Meski Geo dan Akira berada di tim yang berbeda, tapi Geo menganggap Akira adalah sahabat baiknya.
Geo pun tersenyum tipis, kemudian Geo masuk ke dalam cafe dengan mengikuti Akira. Geo duduk di kursi dekat jendela, sedangkan Akira memesan minuman dan makanan untuk mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny Soul Piece {END}
FanfictionTakdir tidak bisa dirubah, Akira dan Sultan saling menyakiti perasaan mereka masing-masing. Tanpa sadar mereka saling membenturkan takdir dan kehancuran pada hidup mereka. Cinta, kesedihan, kekecewaan membuat mereka terpuruk dalam lubang hitam yang...