VAREN-24

6.2K 179 5
                                    


Happy reading❤️



2 tahun kemudian...

Kehidupan mereka berjalan lancar dan baik-baik saja, Gladys dan kedua temannya pun sudah di tangani dengan pihak yang berwajib untuk kasus mereka yang membakar rumah Varen. Begitu juga keluarga Alberto yang hidup damai dan makmur.

Varen lelaki itu kini telah menjadi pria dewasa, ia bekerja di perusahaan kebesaran Alberto yang sudah turun di tangannya, sedangkan Aca. Gadis itu sudah mau mendekati hari kelulusan nya di masa abu-abu.

"Jadi kapan Ren, kalian kasih Mama sama Papa cucu? Udah 3 tahun nikah loh," celetuk Liona sambil melirik kearah Aca yang menunduk, Gadis itu merasa tersindir.

"Tunggu Aca siap. Ma, lagian dia belum cukup dewasa," jawab Varen sambil memainkan ponselnya. Semenjak bekerja banyak sekali perubahan di diri Varen, semakin malas bicara dan tersenyum kepada orang. Tapi jika bersama Aca, anehnya lelaki itu mengeluarkan sifat nya yang menyebalkan.

"Mama bicara kaya gini bukan nuntut. Ren," ucap Liona kemudian menggelengkan kepalanya dan masuk ke dalam kamar.

Aca terus saja menunduk kemudian Varen mendekati nya dan memeluk gadis itu, "Jangan di pikirin, Ya. Omongan Mama tadi gak bermaksud menyinggung kamu," tutur Varen.

"Gak gitu Kak.. Kayaknya emang udah saat nya aja," jawab Aca.

Varen bingung dengan jawaban istri nya kemudian menyelipkan sedikit rambut Aca di telinga, "Saat nya apa?" tanyanya.

Aca memutar tubuh nya menghadap Varen, "Aca ikhlas kalo sekarang harus punya anak biar Mama sama Papa dapet cucu," jawab Aca.

"Gak! Kamu masih SMA, umur kamu masih muda. Sya," bantah Varen.

"Kenapa dari dulu gak pernah mau sent-"

"Hasrat untuk nyentuh kamu itu ada, Sya. Tapi aku masih di kesadaran aku, kamu masih SMA. Kamu harus jadi wanita berkarir dulu, agar anak-anak kamu nanti bangga punya kedua orang tua yang sama-sama sukses. Aku juga gak maksa, aku bakal nunggu sampe kapan pun itu, sampe kamu benar-benar siap untuk ngasih hak aku," tutur Varen dengan lembut.

Keadaan ruang tamu yang sepi di siang hari ini sangat mendukung bagi Aca, ia menarik Varen menuju kamar dan mengunci pintu sambil menghapus air mata nya.

Dengan tekad yang kuat, Aca membuka satu persatu pakaian nya hingga menyisakan dalaman saja, Varen memalingkan wajahnya kearah lain taj ingin melihat Aca yang tidak memakai busana.

"Aca siap, Aca ikhlas ngasih ini ke Kak Varen, hari ini juga." tegas Aca dengan mata yang memerah habis menangis.

Varen menghela nafas panjang kemudian menggendong Aca, "Ini agak sakit, tolong jangan nangis." peringat nya sambil tersenyum miring.



Malam hari pun tiba Liona berniat membangunkan Skala dan Aca untuk makan malam, namun hendak mengetuk pintu ia mendengar suara aneh dari dalam kamar Skala.

"Ahh.. Kakkk, emh.."

"Ouhh shittt!"

"Abish inh mandii, sayanghh.."

"Nghhhh, A-acaa gak kuatt.."

"Yang minta tadi siapa? Harush kuat, tchh.."

Liona mengurungkan niat nya untuk mengetuk pintu ia segera berlari kembali ke meja makan, melihat Liona yang lari membuat Skala heran.

VAREN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang