VAREN-05

8.4K 256 0
                                    


Happy reading ( ◜‿◝ )♡



Kedua sejoli itu tengah makan di pinggiran jalan, sedari tadi Varen tak henti-hentinya menatap wajah Aca dengan tatapan yang tidak bisa Aca artikan.

"Kenapa liatin, Aca?" tanya Aca dengan lugu membuat Varen terkekeh.

"Gak papa. Abisin makan nya, nanti gue anter pulang." tukas Varen mengalihkan pembicaraan nya.

Aca mengangguk saja sambil memakan sarapan pagi dengan fokus tanpa tahu apa yang akan Varen rencanakan kedepannya.

Beberapa menit kemudian Aca dan Varen sudah selesai makan, baru saja ingin naik motor. Varen sudah dapat pukulan dari samping membuat Aca terkejut.

Bugh!

"Sialan." desis Jeffry tiba-tiba datang. Varen menatap aura permusuhan kearah Jeffry.

"Kak.." cicit Aca kemudian membantu Varen berdiri.

Jeffry menarik Aca kemudian mencengkeram erat lengan nya, "Lo itu punya gue, Ca. Bian udah jual lo, ke gue," desis Jeffry menatap Aca dengan garang.

Aca berusaha menepis tangan Jeffry di lengan nya, "Gak mau. Aca gak mau kak, lepasin..." tutur Aca dengan suara yang ingin menangis.

"Kak Varen... Tolong Aca," tatapan sedih yang di berikan Aca membuat Varen mengepalkan tangannya.

"JEFFRY!" teriak Varen dengan lantang kemudian melempar Jeffry dengan Helm nya tepat mengenai wajah Jeffry dan ia melepaskan cengkraman nya. Aca berlari kemudian bersembunyi di belakang punggung Varen yang menutupi tubuhnya yang kecil.

"Kak... Aca takut," bisik Aca.

"Ada gue. Jangan takut," tutur Varen.

Jeffry tersenyum miring, "Hari ini gue kalah. Tapi suatu hari nanti, dia? Bakal jadi milik gue," ancam Jeffry kemudian pergi dari hadapan Varen dan Aca.

Setelah kepergian Jeffry, Aca diam-diam menangis membuat Varen bingung.

"Heh! Lo ngapain nangis?" tanya Varen.

"Aca gak mau pulang..." beo Aca yang sudah pasrah.

"Kak Varen... Aca gak mau pulang," tuturnya lagi bahkan sekarang sudah berlutut di hadapan Varen membuat semua orang disana menatapnya iba.

"Lo harus pulang." tegas Varen.

Aca menggeleng cepat air mata gadis itu kini sudah sangat deras berjatuhan, "Gak mau kak. Gak mau," tangis Aca.

"Kalo lo gak pulang, lo tinggal sama siapa? Gue nolong lo, cuma bisa sampe sini. Ca," beo Varen kemudian memeluk Aca memberikan semangat.

"Lo pulang, ya? Gue anterin. Oh yaa, sebelum gue anterin. Gimana kalo lo main ke rumah gue dulu," ujar Varen.

Aca mengangguk saja setelah itu kedua nya pergi menuju rumah Varen.



Disisi lain, Tio mengamuk hebat karna perbuatan Bian. Dalam satu hari, setiap rentenir datang ke rumah menagih hutang milik Bian.

VAREN || ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang