Chapter 22 : Api Keadilan (5)

382 95 6
                                    

"Trinity! Hati-hati dengannya, orang itu kuat!"

Jung Heewon yang bersandar pada dinding, mengarahkan pandangannya pada pria tak bersenjata itu. Aku melangkah ke samping kanan saat tinjunya muncul. Pria itu selalu melancarkan tinjunya.

Posturnya juga tidak seperti orang biasa, seperti dia telah belajar bela diri.

"Kenapa menghindar terus? Majulah! Dimana keberanianmu tadi hah? gadis kecil?!"

Aku menunduk saat kepalannya menuju kepalaku, "Tenanglah pak, jangan marah karena serangan Anda tidak ada yang mengenaiku."

Tinju berikutnya mengenai rak dan menghancurkannya.

Oh oh, hampir saja. Tidak hanya cepat namun dia juga kuat. Dia adalah lawan yang sulit. Aku terus menjaga jarak, menghindar, dan menunggu suatu celah terbuka.

Jika aku tidak mengalami kesulitan saat di bawah tanah sebelumnya, aku tidak akan setenang ini. Sejujurnya, melawannya akan membantu ku meningkatkan keterampilan bertarungku, apalagi kali ini dia adalah seseorang yang mengetahui seni bela diri. Sayangnya, waktunya tidak cocok.

Aku menekan lantai di bawahku dan mendekat dengan secepatnya. Tanganku menggenggam belati dengan erat kemudian menyayatnya. Jika dia cepat maka aku juga cepat. Masa pelarianku tentu saja ada artinya. Gerakannya semakin lambat saat sayatan di tubuhnya bertambah.

Kemudian, racun dari belati menunjukkan efeknya.

[Efek Racun 'Paralysis' bekerja pada target!]

Pria itu jatuh memegang tangannya dengan kaku.

"Fuhh, akhirnya." Itu adalah pertarungan yang lumayan.

Aku menuju Jung Heewon yang kini duduk. Ketika aku akan membuka mulutku, mata Jung Heewon melebar.

"Di belakangmu!"

"Ap-?"

Pria tanpa senjata itu, yang terlah terjatuh mengangkat tangannya yang memegang besi seperti kelereng. Hm? Sejak kapan itu ada di-!

Dengan jentikan jarinya, besi itu meluncur cepat ke arahku.

"Ugh!!"

Bahuku tertabrak keras dan aku terdorong ke belakang hampir kehilangan keseimbangan. Bahu kiriku terasa sangat sakit.

Kelereng besi itu muncul lagi di tangannya, namun sebelum dia bisa meluncurkannya, aku segera melempar belati ke arahnya. Beruntung aku mengenai tangannya. Sekarang, dengan luka sedalam itu, racunnya lebih efektif.

Untuk jaga-jaga aku mendekatinya lagi, dan menghela nafas setelah memastikan dia tidak akan bisa bergerak.

Tiga pria itu kini tidak bisa bergerak. Aku harus bergerak, mereka akan bangkit lagi beberapa saat. Efek racun pada tikus tanah dapat bertahan 30 menit, manusia yang lebih besar darinya efektif selama 15 menit atau kurang.

"Unnie!"

Jung Heewon duduk bersandar pada dinding toko. Tidak jauh darinya, ada besi yang yang ditembakkan pria tadi. Untung saja, sasarannya bukan dia.

Jung Heewon menggelengkan kepalanya. Meski begitu, kondisinya jelas lebih parah dari sebelumnya. Dia telah banyak menghirup racun di udara.

"Kau seharusnya tidak berada di tempat ini. Disini berbahaya. Bagaimana lukamu?"

Aku melihat bahu kiriku, tidak ada tanda-tanda terluka karena kelereng itu adalah benda tumpul. Bagaimanapun juga, aku merasa tulang dibagian itu patah. "yah, tidak begitu buruk."

Jung Heewon menatapku dengan curiga.

Aku tersenyum. "Ayo segera pergi dari sini. Racunnya tidak bertahan lama, beberapa menit lagi mereka akan bangun."

Another Reader's Viewpoint |FF ORVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang