Kami berdiri di depan terowongan yang agak gelap, semakin jauh jaraknya, rel kereta api tidak terlihat. Semua orang kecuali Kim Dokja dan aku memandangi tempat itu dengan waspada.
"Tempat itu terlihat menakutkan." Jung Heewon menyipitkan matanya pada terowongan itu, mencoba melihat apa yang ada dibalik kegelapan. Setelah beberapa waktu ia mengangkat bahunya, dan berbalik pada kami. "Ya, karena jumlah kita banyak kurasa kita tidak perlu takut."
Aku paham perasaan itu. Dengan adanya orang-orang yang menemanimu, perasaan takut itu bisa berkurang.
"Kita tetap harus berhati-hati." Yoo Sangah menambahkan.
Lee Hyunsung memandang terowongan itu sebelum bertanya, "monster apa yang akan kita buru?"
"Kita hanya harus masuk untuk mengetahuinya. Apapun itu, kita akan menyelesaikannya bersama!" Sesungguhnya aku mengetahuinya, aku mengangkat tinjuku dengan semangat.
Pak tentara itu mengangguk dengan ekpresi mantap. "Itu benar."
"Oh! Ekspresi yang bagus, Pak Tentara!" Aku memberinya jempol.
Lee Hyunsung tertawa kecil, "kurasa aku sudah agak terbiasa dengan ini sekarang. Ngomong-ngomong Trinity-ssi, mengapa kamu selalu memanggilku dengan Pak tentara?"
"Mengapa ... ? Ah! Maaf, apa anda tidak nyaman kupanggil begitu?"
"Tidak, tidak. Tidak apa-apa. Aku hanya bertanya. Sekedar info, namaku Lee Hyunsung. Kau tidak perlu ragu memanggilku."
"Iya. Aku tahu." Lee Hyunsung menggaruk kepalanya dan kebingungan, aku lebih kebingungan lagi.
Lagipula, tidak mungkin aku melupakan nama tokoh utama.
Aku berpikir sejenak, "Mungkinkah anda lebih suka dengan sebutan nama? Seperti ... Pak Tentara Lee Hyunsung?"
Aku melihat bahwa dia menjadi kecewa. Sangat jelas bahwa itu bukan panggilan yang cocok. Jika itu kasusnya aku hanya perlu mencoba menyebutkan satu persatu. Let's try.
"Pak Lee?"
Aku menunggu reaksinya, wajah kecewanya menghilang namun dia masih menatapku, seolah mendorongku untuk melanjutkan.
"Err, bagaimana dengan Pak Hyunsung?"
"Iya!"
Semangat kembali di matanya, bahkan lebih dari sebelumnya.
Aku tidak tahu mengubah panggilan bisa berdampak padanya. Aku melihat sekelilingku dengan karakter novel yang ada dan mengingat panggilan mereka.
"Yeonjin, Gilyoung, Heewon-unnie, Sangah-unnie, Hmm ..., " gumamku kemudian ketika aku menatap Kim Dokja aku ragu mengatakannya. Bagaimanapun, dialah karakter inti dalam cerita ini. Panggilan apa yang sebelumnya kukatakan untuknya?
"Apa itu?" Merasa diperhatikan, Kim Dokja bertanya.
Ah, aku punya ide.
"Ahjussi?"
"Pfft! Hahaha!"
Jung Heewon tertawa memegang perutnya sambil menunjuk Kim Dokja, "Ahjussi, dia bilang! berapa umur mu sampai kau dipanggil begitu? Hahaha!"
Seperti yang diharapkan dari Jung Heewon, dia sangat berterus terang, tidak menahan apapun. Wajah Kim Dokja berubah menjadi masam dan menatap Jung Heewon dengan lirikan samping. "Hentikan."
"Kalau begitu, harus kupanggil apa?"
Kim Dokja menatap ke atas sebentar, berpikir sejenak. Dia berkata dengan ringan, "seperti biasa saja, bukannya kau memanggilku dengan Kim Dokja sebelumnya? Gunakan itu saja. Jangan Ahjussi, aku ragu umurmu jauh berbeda denganku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Reader's Viewpoint |FF ORV
FanfictionRasa kedekatan yang tumbuh selama membaca novel ORV, membuatku memiliki perasaan hampa ketika mencapai akhir dari cerita tersebut. Aku ingin menyelamatkan mereka, tapi dunia itu tidak membuatnya menjadi mudah. Bagaimanapun juga, itu adalah dunia ya...