BAB V - Terlelap Dalam Pangkuan

2.5K 247 5
                                    

🦋


Tak semua rindu menemukan jalan pulang
dan tak semua cinta menyatukan perasaan.

Terkadang mereka tersesat
dan memilih untuk mati dalam kesunyian.


Sebulan telah berlalu, di mana setelah pendaftaran ulang, Renan dan Miuza kembali pada kesibukan masing-masing. Mereka memang jarang bertemu, hanya beberapa kali saat Miuza berpapasan dengan Renan di jalan. Walau begitu, keduanya mulai memiliki kebiasaan baru, yaitu rutin memberi kabar.

Renan lebih banyak mengingatkan Miuza terkait kebutuhan ospek kampus mereka. Mereka pernah pergi sekali untuk membeli perlengkapan ospek, tapi setelahnya, Renan dan Miuza hanya bertukar kabar melalui ponsel pintar.

Atau Miuza, yang sering kali bercerita tentang sifat Moeza yang suka mengusilinya. Tentang playlist spotify karena keduanya saling berteman di sana. Tentang kucing baru Miuza dan Moeza yang baru diadopsi oleh Jiu.

Dan malam ini, Renan pikir ia akan kembali bertemu dengan Miuza karena Homi, salah satu sahabat mereka meminta kelima orang tersebut datang ke rumahnya. Pertemuan itu adalah bentuk salam perpisahan sebelum Homi memulai studinya di luar negeri.

Renan sedang duduk di balkon rumahnya. Dan, pandangannya langsung tertuju pada rumah di depannya, yang tak lain adalah milik keluarga Miuza.

Dari jauh, Renan bisa melihat kedua sahabatnya, Moeza dan Miuza yang sedang tertawa bersama. Tak lama Jiu datang membawakan sepiring cemilan yang ia letakkan di atas meja. Pun, Joevano yang tiba-tiba datang, ikut disambut oleh Jiu dan kedua anak kembarnya.

Renan menyaksikan keharmonisan keluarga itu sambil menyesap rokoknya yang sudah habis tiga batang. Pandangannya tertarik pada sesosok laki-laki manis yang sejak tadi tak henti-hentinya berbicara. Sosok itu adalah Miuza. Miuza terus bercerita dan ketiga orang di sana setia mendengarnya. Cerita itu mungkin sangat lucu hingga berhasil membuat Moeza dan Paman Joe terbahak-bahak.

Tanpa sadar, sudut bibirnya menyeringai. Pandangan Renan menunduk, rokoknya sudah mulai habis, tetapi bukan itu yang menjadi persoalan. Saat mematikan rokok tersebut, satu pertanyaan timbul di benak Renan:

Bagaimana rasanya punya keluarga harmonis, ya?

Pertanyaan itu persis pernah ia tanyakan ke Paman Jiu saat usianya masih lima tahun. Sialnya, sampai detik ini Renan belum juga merasakannya.

Mungkin memang dirinya tak ditakdirkan memiliki keluarga yang harmonis. Mungkin pula, keluarga harmonis tidak cocok untuknya. Atau, justru Renan sendiri yang kurang mensyukuri akan hidupnya hingga merasa bahwa keluarganya jauh dari kata harmonis. Bahkan kini, Renan tak tahu apa arti keluarga baginya.

Bagi sebagian orang, keluarga menjadi alasan utama bagi mereka bertahan. Pendukung nomor satu dalam memberikan amunisi kasih sayang. Namun, itu semua tidak berlaku bagi Renan.

Dan, sekarang, ia menimbang haruskah Renan menyalakan rokok kelima atau—drrttt.

Ponselnya berbunyi. Notifikasi itu muncul dari grup alumni TK Kancil. Lebih tepatnya Homi, yang menanyakan keberadaan kelima sahabatnya. Sepertinya malam ini sudah cukup Renan memanjakan bibirnya.

Saat Renan keluar dari rumahnya, ia berpapasan dengan Moeza dan Miuza. Ketiga orang tersebut akhirnya bersama-sama datang ke rumah Homi. Dan, di sana ternyata sudah ada Malik dan Nino, yang sedang membantu Homi menyiapkan makanan di atas meja.

"Malik, ih! Kamu yang bener tuang susunya nanti kemanisan." Ujar Nino. Ia tampak geram dengan sikap Malik yang terlalu banyak bercanda. "Sini aku aja deh, kamu bagian aduk aja nanti."

Series I #REMITIME | Jika Kita Tidak Pernah Bertemu [HYUCKNA AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang