🦋
Seperti daun yang menyambut angin,
ia terpejam, meski tahu satu per satu
helainya akan gugur.Orang tua mana yang akan baik-baik saja setelah dikabarkan anaknya masuk rumah sakit akibat benda tajam yang menusuk perutnya? Orang tua mana yang baik-baik saja saat tahu bahwa yang menjadi penyebab sang anak celaka adalah diri mereka sendiri?
Andai Raya bisa mengulang waktu, maka ia akan lebih berusaha untuk melawan monster yang telah mencelakai putranya. Sayangnya, monster itu ialah suami sah yang ia nikahi 12 tahun yang lalu.
Rasanya, dulu maupun sekarang, ia telah gagal menjadi sosok ibu yang baik dan bisa diandalkan. Khususnya, bagi putranya yang bernama Ananda Renan.
Bahkan, sejak pertama kali Raya bertemu Renan di rumah sakit beberapa minggu yang lalu. Raya ingin langsung memeluk tubuh anaknya yang sudah lima tahun ini tidak ia temui. Namun, setiap kali Renan berada di dekatnya, Raya seakan takut. Takut jika ia akan kembali menyakiti putranya.
Raya tahu jika dosanya kepada Renan tidak akan bisa dilupakan sampai kapanpun. Bagaimana tidak? Raya meninggalkan Renan begitu saja di saat anak itu masih membutuhkan kasih sayang dari ibunya. Usia Renan yang masih belia tidak menjadi alasan bagi Raya tetap bertahan di rumah itu. Raya pergi membawa Tiara, ia pergi meninggalkan anak keduanya.
Lalu, ketika netranya bertemu dengan obsidian milik Renan sore itu. Raya tahu, bahwa status ibu yang melekat di dirinya telah seutuhnya gagal.
Terlebih, ketika melihat putranya yang terkapar parah setelah menolongnya dan Hening. Lagi dan lagi, Raya merasa tak pantas untuk disebut sebagai ibu yang baik. Ia hanya bisa memberi luka pada putranya.
Walau setelah kejadian itu, polisi langsung sigap menangkap suaminya. Kamal langsung ditetapkan sebagai tersangka dengan dalih penganiayaan dan percobaan pembunuhan kepada Renan.
"Seharusnya saya tidak membiarkan kamu untuk mendekati keluarga saya, Raya. Kamu dan suami barumu itu, hanya bisa menyakiti anak-anak saya. Seharusnya saya tidak membiarkan Tiara ataupun Renan berurusan dengan kalian." Ucap Tian penuh penekanan.
Tiga puluh menit yang lalu Tian dikabarkan bahwa anak keduanya sedang dilarikan ke rumah sakit akibat luka tusuk yang diterimanya. Kondisinya kritis, bahkan sampai sekarang anaknya itu belum sadarkan diri. Dokter bilang, jika saja Renan telat dibawa ke rumah sakit, mungkin nyawanya sudah tak tertolong karena kehabisan darah.
Maka tanpa pikir panjang, Tian menyumbangkan darahnya untuk menolong Renan sebab golongan darah mereka yang sama.
Sekarang, Tian dan Raya sedang duduk di depan kamar inap Renan. Sedang Tiara dan Hening ada di dalam. Tian membuka percakapan mereka dengan kalimat yang sangat menusuk. Netranya menatap lantai kosong di hadapannya.
"Sebelum Tiara datang, cuma Renan satu-satunya harta yang saya miliki. Meskipun hubungan kami tidak bisa dikatakan dekat, tapi Renan—hanya dia penyemangat hidup saya." Jelas Tian. Mengusap air mata yang turun di pipinya.
"Setelah ini saya minta tinggalkan keluarga saya. Kamu bisa bawa Hening, tapi Tiara akan tinggal bersama saya dan Renan."
Seketika, Raya mengalihkan pandangan sendunya. Di antara semua kalimat yang Tian ucapkan, ialah kalimat terakhir yang paling menyakitkan. Ia tak tahu harus bereaksi seperti apa, tapi sepertinya, memang itulah pilihan yang paling tepat. Ia tidak ingin menjadi beban bagi mantan suaminya dan kedua anaknya.
Maka tanpa membantah lagi, Raya berusaha tegar untuk menerima semuanya. Langkahnya ia bawa masuk untuk melihat kondisi putranya. Dan di sana, Renan yang masih terpejam setia, seolah enggan untuk menyambutnya. Ia usap pipi tirus putranya dan air matanya pecah ketika menatap wajah sang anak dari jarak yang teramat dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Series I #REMITIME | Jika Kita Tidak Pernah Bertemu [HYUCKNA AU]
Fanfiction"Jika Kita Tidak Pernah Bertemu" SERIES I : HYUCKNA AU #REMITIME - Renan dan Miuza Semesta dan bayangannya. Miuza yang senantiasa memiliki segalanya. Sedang Renan hanyalah bayang-bayang yang tak kasat mata. Seperti itulah sosok Ananda Renan sebelum...