Dilema 🔞

4.3K 161 5
                                    

🦋


[Kejadian ini terjadi sebelum final chapter di wp atau ketika Renan dan Miuza masih dalam tahap pendekatan]

Alunan musik berdentum sangat keras. Muda-mudi bersorak penuh gelora ketika DJ menghidupkan suasana dengan kotak persegi di hadapannya. Malam itu, klub yang sangat terkenal di Bandung dipenuhi oleh para pemuda yang asyik berdansa, bercinta atau sekedar menikmati musik yang ada.

Di sinilah Ananda Renan berada. Di samping lelaki yang sudah hampir hilang kesadarannya. Kepala Miuza disandarkan di bahu yang lebih tua. Hingga ada sesosok perempuan menghampiri mereka berdua. Ia bernama Anet, teman kampus yang akrab dengan Miuza.

"Mi, gue mau turun ke bawah. Ikut nggak?"

Miuza yang sayup-sayup mendengar perkataan Anet pun turut menengadahkan kepalanya. "Ayo, gue mau ikut!" Namun, Miuza lupa jika ia tidak pergi sendirian malam ini.

"No, di sini aja."

"Tapi aku mau—"

"Kita pulang, yuk? Kamu udah mabuk gini."

"Aku masih sadar nih lihat aja..." Ucap Miuza, seraya membuka kedua matanya dengan jari-jarinya. "Aku masih tahu kamu Renan, itu Anet, Ilham, Zaki..." dan Miuza menyebutkan semua nama yang berada di sana. Tanpa dirinya ketahui bahwa dirinya sudah di bawah pengaruh alkohol.

"Mi, sekarang udah jam 12 loh. Nanti kalau Moe telpon tapi kamu masih di sini. Gimana?" Tanya Renan, jemarinya mengusap kening Miuza yang berkeringat. Dan Miuza, meski sedang di bawah pengaruh alkohol tapi otaknya masih sedikit bekerja. Bagaimanapun ia sudah berjanji dengan Momocow untuk tidak pulang terlalu larut.

"Mau pulang tapi gendongg," pinta Miuza. Senyum di wajahnya sangat berbanding terbalik dengan reaksinya sekarang. Buat jantung Renan tak karuan saat melihat kegemasan di hadapannya. "Aku mau digendong kamu, boleh?"

"Ayo naik ke punggung—"

Kalimat Renan terpotong saat tubuh Miuza lebih dulu naik ke pangkuannya. "Aku mau digendong di depan," ucap Miuza, cekikikan. Wajahnya sudah tenggelam di bahu Renan seraya membaui lelaki itu.

Renan yang sedikit menjauhkan kepalanya buat Miuza merengek bak anak kecil. "Enannnnn..."

Tanpa berlama-lama lagi, Renan pun keluar dari klub tersebut sambil menggendong Miuza.

Untung mobil Renan terparkir tidak jauh dari pintu masuk. Meski Miuza sempat meminta turun sebab perutnya yang bergejolak.

Ya, Miuza muntah.

"Lain kali ingat limit tubuh kamu. Jangan dipaksa, kesian tubuh kamu 'kan?" Ujar Renan sembari tangannya mengurut leher Miuza pelan. "Maaf, maaf. Tapi kamu jangan bilang Moe, ya?"

Mau tak mau ia mengangguk. Karena Renan juga takut memberi tahu Moeza tentang keadaan Miuza saat ini. Bisa-bisa lelaki itu tak mempercayai Miuza lagi kepada dirinya.

Selama diperjalanan, Renan membiarkan Miuza untuk terlelap. Keuntungan berikutnya, jarak klub tersebut lumayan dekat dengan kost mereka dan ditambah keadaan yang sudah malam, buat Renan memacu mobilnya dengan buru-buru.

Tak berselang kemudian, keduanya sampai di kost Renan. Alasan Renan membawa Miuza ke kost-nya karena di kost Miuza ada jam malam dan sekarang sudah pukul satu pagi. Lagi pula, sosok itu sudah sering menginap di kost lelaki itu, pakaian ganti Miuza tidak perlu dipertanyakan lagi.

Banyak sekali.

"Hey, kita ganti baju kamu dulu." Ujar Renan pada Miuza yang sudah mulai mengantuk. "Hands up, baby."

Series I #REMITIME | Jika Kita Tidak Pernah Bertemu [HYUCKNA AU]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang