🦋
Di antara rasa pertama dan terakhir,
ada tanda tanya besar yang tak tersentuh.Tak tergapai, kaukah itu?
Jika sebelumnya waktu terasa berjalan sangat lama, tetapi sekarang waktu seakan terburu-buru memisahkan mereka. Membuat kedua persona yang dimabuk cinta merasakan kebimbangan pertama. Ketika kabar baik yang mereka terima justru memaksa salah satunya untuk bertaruh.
Setahun berlalu, tepat setelah Miuza mendapatkan gelar sarjananya. Sebuah kabar baik datang bagai hadiah akhir tahun. Beasiswa yang selama ini ia impikan telah nyata di depan mata. Tentu, kabar baik itu disambut hangat oleh keluarganya, teman-temannya dan juga Ananda Renan.
Renan bersukacita dengan pencapaian yang diraih kekasihnya.
Impian Miuza telah nyata di depan mata, begitu juga dengan perpisahan mereka. Malam ini ialah hari terakhir mereka sebelum Miuza berangkat ke benua lain esok hari. Sejak pagi tadi, keduanya memilih memanfaatkan waktu dengan menikmati kebersamaan mereka sebanyak mungkin. Menepis jarak yang sebentar lagi akan memisahkan mereka.
Setelah makan malam bersama, Renan dan Miuza pamit ke kamar Miuza. Renan memutuskan untuk menginap di sana karena malam itu adalah waktu terakhirnya bisa berlama-lama dengan Miuza.
Sejujurnya, Renan tak pernah siap melepas Miuza untuk pergi jauh darinya, tetapi Renan tahu, jika pikirannya itu diutarakan maka akan menimbulkan keresahan di hati lainnya. Ia tidak ingin menjadi penghambat masa depan Miuza.
"Semuanya sudah siap, sayang?" Tanya Renan. Ia bisa merasakan anggukan dari Miuza. "Kalau gitu kamu harus tidur lebih awal." Lanjutnya. Mengurai pelukan mereka. Namun, alih-alih melepaskan, Miuza justru memeluk lelakinya semakin erat.
"Aku masih mau peluk kamu," akunya. Kepalanya terbenam di singgasana yang selalu menemaninya hampir empat tahun ini.
Kata-kata menumpuk, bertingkat-tingkat naik ke perut hingga ke tenggorokan, dan selalu ambruk setiap kali Renan menelan ludah. Turut memeluk Miuza dengan dekapan yang menggetarkan dada. Karena selain tak pernah siap melepaskan Miuza, Renan juga tak siap untuk dicabik-cabik sepi kala rindu menumbuh padanya.
Namun, ada hal yang jauh lebih besar dibanding ketidakrelaannya melepas sosok itu. Tidak lain adalah keinginannya melihat Miuza untuk meraih mimpi dan cita-citanya. Renan akan mengalahkan keegoisannya sendiri demi lelaki yang bernama Miuza. Meski ia tahu bahwa itu tidaklah mudah.
Maka, pada malam terakhir, mereka seakan tak kehabisan cara untuk menciptakan kesempatan. Saling berpelukan dan berbagi kecupan. Tanpa pernah bosan bahkan ketika baru saja lepas dari satu ciuman panjang, lalu mereka akan ciptakan ciuman-ciuman berikutnya.
"Aku sayang kamu, Miuza. Aku selalu sayang sama kamu." Tutur Renan setelah memberikan kecupan terakhirnya. Menatap jelaga di pangkuannya seraya menyingkirkan rambut-rambut halus yang menutupi netranya. Membidik sosok itu dengan tatapan yang sulit dimengerti.
"Don't skip your meal, Renan. Jangan pakai celana pendek kalau lagi musim dingin. Makan sayuran, jangan makan daging terus. Jaga kesehatan kamu, aku nggak suka melihat kamu sakit. Kabari aku kalau terjadi sesuatu sama kamu, ya?" Ucap Miuza. Jemarinya sudah bermain di pipi Renan yang tirus.
"Terima kasih, selama ini kamu selalu menemani aku, selalu sabar, dan terpenting menjaga aku." Renan mendengarkan semua itu seraya mengusap kedua jemari Miuza.
"Mas Renan,"
"Dalem, sayang?"
"Jangan merokok selama aku tinggal, ya?" Cetus Miuza. Membuat keduanya tertawa renyah. Renan sudah tidak merokok sejak tujuh bulan lalu. Ia sadar, selain memperburuk kesehatannya. Rokok juga dapat membahayakan kesehatan Miuza yang saat itu bersamanya bahkan hingga sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Series I #REMITIME | Jika Kita Tidak Pernah Bertemu [HYUCKNA AU]
Fanfiction"Jika Kita Tidak Pernah Bertemu" SERIES I : HYUCKNA AU #REMITIME - Renan dan Miuza Semesta dan bayangannya. Miuza yang senantiasa memiliki segalanya. Sedang Renan hanyalah bayang-bayang yang tak kasat mata. Seperti itulah sosok Ananda Renan sebelum...