pengampunan 3

31 1 0
                                    


Panji melihat tubuh Kuda merta sudah tergeletak di tanah, hampir sebagian tubuhnya juga menghitam.

" ini gawat "

Sekilas dia melihat Minak jinggo bergerak menuju ke area pertempuran, dan ini dalam pandangan dirinya tidak bisa dibiarkan.

Jika Minak jinggo masuk ke area pertempuran, maka hal yang tidak Panji inginkan bisa terjadi.

Satu orang Minak jinggo, dia bisa menghabisi dua puluh orang prajurit Majapahit dalam beberapa gerakan, dan ini bisa sangat berbahaya.

" Jaka umbaran....., ayo hadapi aku "

Bukannya takut menghadapi Panji, namun rasa segan pada dirinya yang menghalangi kakinya untuk melangkah kearah Panji.

" apa kau takut ? "

Tentu Minak jinggo tidak pernah takut pada siapapun, dan Panji tahu betul itu.

" luar dalam kau tahu aku paman Panji, dan aku tidak ingin menyakitimu "

" hari ini kita berperang Jaka umbaran "

" aku sarankan, pulanglah paman "

" sekali kaki melangkah menuju medan pertempuran, pantang bagiku untuk kembali pulang "

" jika itu yang paman Panji cari, dengan terpaksa aku akan menghadapimu "

" majulah Jaka umbaran "

Walau dengan berat hati, terpaksa Minak jinggo harus menghadapi Panji, walau dia tidak ingin pertarungan ini terjadi.

" berhati hatilah paman "

" aku sudah siap "

Minak jinggo melompat sambil mengangkat tinggi senjata andalannya, gada besi kuning, sementara Panji pasang kuda kuda untuk menghadapi serangan tersebut.

Menghadapi orang yang dikenal dekat, tentu beda jika berhadapan dengan lawan yang tidak dikenal.

Hal ini berlaku juga pada Minak jinggo, meski terlihat dari luar dia mengeluarkan segenap tenaga, tapi sebenarnya tidak semua dia mengeluarkan kekuatan yang dimiliki.

Panji melompat menghindari ayunan gada besi kuning Minak jinggo, walau tangannya menggenggam keris, tapi dia tidak mempergunakan untuk menangkis, karena hal yang buruk bisa terjadi, kerisnya akan patah.

Berulang kali Minak jinggo mengayunkan senjata andalannya tersebut, tapi Panji cukup sigap untuk selalu bisa menghindarinya.

" sekarang saatnya "

Telapak tangan Panji langsung dihempaskan ke tanah, Minak jinggo sebenarnya tahu betul kekuatan ajian tapak bumi Panji, namun dia memilih untuk menghindar dengan melompat ke udara.

Dampak ajian tapak bumi Panji memang dahsyat, namun Minak jinggo sudah sangat mengenal ajian ini.

Panji ingin kembali mengeluarkan ajian tersebut, tapi terlambat, karena Minak jinggo sudah mengayunkan gada besi kuning kearah dirinya.

" dia cepat sekali "

Ujar Panji.

Dia mencoba untuk bergerak secepat mungkin untuk menghindari serangan Minak jinggo, hingga tanpa dia sadari, hentakan keras kaki Minak jinggo di tanah, tiba tiba membuat tubuh Panji terpental.

Tubuhnya terbanting keras di tanah, dengan cepat Panji mencoba untuk segera bangkit kembali, tapi terlambat sudah, gada besi kuning sudah menyentuh kepalanya.

" apa kau ingin membunuhku ? "

" kembalilah ke Majapahit paman, dan katakan pada gusti ratu, aku tidak main main dengan ucapanku "

Ksatria Majapahit 5 Legenda Damar WulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang