Pengampunan

289 17 0
                                    


" aku akan membawa kepala Minak jinggo untuk gusti ratu "

Kemenangan di Probolinggo membuat Kuda merta kian percaya diri.

Dalam setiap pertempuran, mungkin rasa percaya diri akan bisa membantu memenangkan pertempuran.

Tapi rasa percaya diri yang begitu tinggi tanpa mengukur kemampuan lawan, itu yang bisa saja menjadi sebuah bumerang.

" akan aku bawa kepala Minak jinggo kehadapan gusti ratu "

Tidak cuma sekali Kuda merta mengucapkan kata kata itu, setiap tangannya menghentakkan tali kekang kuda, maka kata itu yang pasti keluar.

Namun diamnya Panji rupanya memantik rasa penasaran pada dirinya.

" kenapa sepanjang perjalanan kau selalu diam Panji ? "

" aku memikirkan cara untuk menghadapi mereka "

" katakan saja kalau kau takut "

Kata kata singkat yang terdengar sangat merendahkan Panji.

" aku menjadi prajurit Majapahit, tidak satu dua hari Kuda merta, tapi bertahun tahun, dan aku sudah melewati berbagai macam pertempuran "

" tapi diam mu, itu menandakan ketakutan bagi ku "

Panji cuma diam, dia tidak menanggapi ucapan Kuda merta.

Pergerakan para prajurit akan memasuki kadipaten Blambangan, dan semuanya seperti kembali semula, lengang dan tidak ada penjagaan.

" kita berpencar, kamu ambil sisi kiri dan aku sisi kanan "

Kuda merta cuma menatap Panji, dia tidak mengatakan apapun tentang usulan Panji ini, cuma dia merasa tidak setuju dengan usulan ini.

" aku akan menerobos langsung, dan kamu berjaga seperti sebelumnya "

" aku lebih berpengalaman Kuda merta "

Panji dan sebagian prajurit Majapahit mulai bergerak ke sisi kanan, namun baru beberapa langkah mereka bergerak, terdengar suara lantang Kuda merta.

" keluar kau Minak jinggo..."

Tidak terlihat tanda tanda pergerakan di depan mereka, suasananya masih seperti semula, lengang dan sepi.

" dasar Minak jinggo pengecut, hadapi aku Kuda Merta "

Ternyata teriakan lantang Kuda merta berhasil memancing para prajurit Blambangan untuk keluar dari tempat persembunyian.

" lihat Panji, tidak perlu siasat perang untuk menghadapi mereka "

Panji cuma diam, dia sama sekali tidak setuju dengan cara Kuda merta ini, tapi percuma, musuh sudah keluar.

" mana Minak jinggo, atau apalah nama dia yang sebenarnya, suruh keluar hadapi aku "

Sebuah benda melesat cepat kearah Kuda merta, begitu cepatnya benda itu bergerak, bentuk dan jenisnya tidak kelihatan jelas, namun yang bisa dilihat cuma warnanya yang kuning.

Tidak ingin meregang nyawa, Kuda merta langsung melompat turun dari kudanya menghindari terjangan benda tersebut.

Dia berhasil lolos, tapi tidak dengan kudanya, benda itu langsung menghantam kuda yang ditunggangi oleh Kuda merta.

Kuda itu meringkik keras menahan rasa sakit, dan sejenak kemudian ambruk ke tanah tidak bergerak lagi.

Kuda merta cuma bisa terperangah saat melihat benda itu kembali melesat menuju pemiliknya.

" senjata macam apa itu ? "

Belum sempat terjawab rasa  penasaran dirinya perihal senjata tersebut, dari kejauhan muncul suara yang cukup keras.

" ini aku Minak jinggo, majulah jika kau ingin menghadapi aku "

" rupanya tadi gada besi kuning milik Minak jinggo "

Terjawab sudah rasa penasaran Kuda merta, karena tangan kanan Minak jinggo terlihat menggenggam gada tersebut.

Ksatria Majapahit 5 Legenda Damar WulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang