Pemuda Pencari Rumput 2

26 1 0
                                    


Jika bukan karena perintah gusti ratu, mungkin ratusan pemuda yang saat ini sedang berdiri di alun alun bubat bisa jadi langsung melangkah pergi.

Tetesan keringat sudah membasahi wajah wajah sebagian pemuda yang berada di alun alun tersebut, dan tangan mereka bergerak untuk menyeka.

Matahari memang belum tepat diatas kepala, walau begitu sinarnya sudah terasa panas di kulit.

Sementara gusti ratu belum juga terlihat hadir di hadapan mereka, panggung kehormatan yang tidak terlalu tinggi itu, belum ada satupun orang yang ada di atasnya, sementara bawahnya, ada puluhan prajurit Majapahit yang mengelilingi panggung tersebut.

Setelah dirasa cukup lama menunggu, akhirnya gusti ratu datang dengan iringan para pejabat istana.

Setiap pemuda yang berbaris di alun alun bubat dalam hatinya timbul pertanyaan.

" untuk apa orang seperti kita  di kumpulkan ?, mendapat hadiah dari gusti ratu ?, rasanya juga tidak mungkin "

Berdiri dibawah teriknya matahari, dan tidak ada kabar yang memberitahu mereka untuk apa dikumpulkan, tentu masing masing pemuda itu cuma mengira ngira jawabannya pada diri sendiri.

Apa yang mereka rasakan, tidaklah jauh berbeda dengan apa yang patih Loh gender rasakan saat ini.

Melihat Damarwulan berdiri diantara para pemuda pencari rumput, tentu dia sangat berharap, jika mimpi gusti ratu tentang ketemu pemuda pencari rumput, bukanlah Damarwulan.

" semoga yang dimaksud gusti ratu dalam mimpinya bukan Damarwulan "

Patih Loh gender sangat khawatir, karena selama ini dia berusaha menyembunyikan identitas Damarwulan yang sebenarnya, dia berharap tidak akan ada orang yang bisa mengetahuinya.

Satu persatu para pemuda pencari rumput mulai maju dihadapan gusti ratu.

Bagai kapal yang terombang ambing di tengah lautan tanpa tahu arah, itulah gambaran perasaan patih Loh gender saat ini.

Satu demi satu telah maju dihadapan gusti ratu, dan diantara mereka, tidak ada satupun wajahnya yang sesuai dengan pemuda yang dijumpai dalam mimpinya.

Kini tiba Damarwulan untuk maju kehadapan gusti ratu, dia sama sekali tidak tahu maksud dari acara ini, dan dia tidak ingin membuat pertanyaan pada dirinya sendiri, cuma diam, dan penuh ketenangan melangkahkan kaki ke hadapan sang ratu Majapahit.

Gusti ratu berusaha untuk tidak mengedipkan mata, saat pemuda Damarwulan berdiri dihadapan dirinya, tidak ada satupun bagian wajah dan tubuh Damarwulan yang luput dari pandangan matanya.

Bukan karena terkesima akan ketampanan Damarwulan, tapi dia berusaha untuk mengingat wajah pemuda yang dalam mimpinya mirip dengan pemuda yang berdiri di hadapan dirinya kini.

Damarwulan tidak memiliki keberanian sama sekali untuk menatap wajah balik gusti ratu, dia cuma diam dengan wajah menunduk.

" siapa namamu ? "

" Damarwulan gusti ratu "

" darimana asalmu ? "

" hamba keponakan patih Loh gender "

Mendengar jawaban Damarwulan kepada gusti ratu, patih Loh gender bisa sedikit bernapas lega, karena dia tidak mengatakan jati dirinya yang sebenarnya.

Ksatria Majapahit 5 Legenda Damar WulanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang