Ini bukan kali pertama bagi Panji memimpin prajurit Majapahit menuju Blambangan.Dahulu dia menyerang Blambangan bersama dengan Jaka umbaran, namun untuk kali ini, situasi berbalik justru harus dia hadapi.
Menghadapi Jaka umbaran, yang tidak lain adalah Minak jinggo, tentu sebuah dilema tersendiri bagi dirinya.
" mungkin dengan dialog, peperangan ini bisa dicegah"
Panji mengingat betul ucapan Kuda merta tersebut, namun untuk berdialog dengan Minak jinggo, hal itu rasanya sulit bagi dirinya.
Mengingat amarah Minak jinggo saat di pendopo, dan hinaan dari gusti ratu, tentu sudah menimbulkan luka yang teramat dalam di hatinya.
" akan aku coba "
Balas Panji kala itu, meski pesimis, cuma cara ini yang diharapkan oleh gusti ratu dan para petinggi Majapahit lainnya.
" kalau cara ini tidak bisa dilakukan, aku sudah siap untuk berperang, dan jika kau merasa tidak mampu menghadapi Minak jinggo, biar aku saja yang nanti membunuhnya, dan membawa kepalanya kehadapan gusti ratu "
Panji cuma bisa diam mendengar ucapan Kuda merta, untuk bisa mengalahkan Minak jinggo tidaklah semudah yang di ucapkan.
" kita akan merebut Probolinggo dari tangan mereka "
Ribuan prajurit bergerak kearah Probolinggo untuk kembali merebut kadipaten pesisir utara itu yang telah dikuasai oleh prajurit Blambangan.
" semoga Minak jinggo ada di sana, dan aku akan meringkusnya "
Panji tidak menanggapi ucapan Kuda merta, cuma sorot mata yang langsung dia arahkan kepada temannya tersebut.
Bukannya Panji meragukan akan kesaktian Kuda merta, tapi untuk bisa mengalahkan Minak jinggo, tidaklah semudah kata kata yang diucapkan.
" kita akan memasuki batas kadipaten, sebaiknya waspada "
Batas kadipaten sudah terlihat di depan mata, Panji yang sudah sangat berpengalaman tentu paham akan hal hal yang bisa saja terjadi.
" aku akan bergerak dengan sebagian prajurit Panji, sementara kamu dengan para prajurit pemanah mengawasi aku "
Panji sebenarnya kurang setuju dengan usulan Kuda merta dengan langsung menerobos masuk.
" itu berbahaya Kuda merta"
" perang selalu berbahaya Panji "
Tak ingin berlanjut untuk berdebat, Panji menerima saja apa yang Kuda merta usulkan.
" Prajurit pedang dan tombak..., ikuti aku..."
Teriak Kuda merta sambil dengan tangan terkepal terangkat keatas.
Para prajurit langsung terpecah menjadi dua, sebagian bersama Kuda merta, dan sebagian bersama Panji.
Hutan yang terlihat sepi dan sunyi seperti tidak ada orang dibalik rimbun nya pepohonan.
Hal ini yang mendorong para prajurit dengan penuh rasa percaya diri memasuki batas kadipaten yang berupa hutan belantara.
Belum sampai kaki mereka memasuki hutan tersebut, muncul prajurit Blambangan dari arah balik semak semak.
" bunuh semua orang Majapahit .."
Kata kata itu keluar dari para prajurit Blambangan yang keluar dari semak semak, dan langsung menyerang prajurit Majapahit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ksatria Majapahit 5 Legenda Damar Wulan
Historical FictionSiapapun pria dimuka bumi ini, pasti menginginkan seorang wanita yang cantik, kaya, dan berkedudukan untuk dijadikan pendamping hidup. Tidak ada yang meragukan kecantikan ratu Majapahit Dyah ayu kencana wungu. Sebagai ratu dari kerajaan besar, tentu...