12 🌷

2.4K 285 32
                                    

Nathan ingin membawa pakaian kotornya ke bawah untuk di cuci bibi Ana. Ia melihat jas Jendral yang ada di atas sofa kamar, ia menghembuskan nafasnya kasar "Kebiasaan banget".

Nathan mengambil jas milik suaminya, sebelum ia masukkan ke dalam keranjang pakaian kotor, ia mengurutkan alisnya, ia mencium aroma parfum wanita dari jas milik suaminya.

"Wanginya beda? Mas ga mungkin pake parfum sesoft ini" Nathan mengecek koleksi parfum miliknya dan suaminya dan benar saja tidak ada yang sama.

Pikiran negatif mulai muncul di kepalanya, ia dengan segera berjalan ke bawah dan mencari Jendral, tak lupa membawa jas milik suaminya itu.

Ia melihat suaminya tengah bermain catur dengan sang ayah, ia geram melihat bagaimana Jendral tersenyum dengan bebas.

"Mas Jendral!!" Nathan berdiri di samping Jendral dengan wajah yang sudah memerah karena menahan amarahnya.

"Ga sopan nyebut nama suami!" Ucap sang ayah.

"Ga peduli! Nathan punya urusan sama Jendral, Ayah masuk aja. Nathan mau bicara empat mata sama dia." Tunjuk nya pada Jendral.

Melihat itu Jendral dan Yuda kaget, pasalnya baru kali ini Nathan terlihat sangat marah dan tidak sopan pada Jendral dengan menyebut nama suaminya.

Yuda melirik ke Jendral lalu mengangguk, seolah mengode Jendral untuk sabar dan mendengarkan apa yang akan Nathan katakan. Ia putuskan untuk pergi dari halaman belakang dan membiarkan kedua putranya menyelesaikan masalah mereka.

"Kamu kenapa, hm? " Tanya Jendral.

Nathan yang geram langsung melempar jas yang ia pegang pada muka Jendral. "ITU PARFUM SIAPA?" tanya nya dengan sedikit meninggikan suaranya.

Jendral mengendus jasnya kemudian mengurutkan keningnya lalu menggeleng "Mas ga tau, parfum mas ga gini wanginya" ucapnya.

"Ya justru itu aku nanya, itu parfum siapa?!. Kamu jangan macam-macam ya di belakang aku!" Dadanya naik turun akibat marah, wajahnya pun sampai memerah padam sampai ke telinganya membuat Jendral panik, bukan panik karena jas nya tapi panik jika suami dan bayinya kenapa-kenapa jika Nathan terus marah seperti ini.

"Sayang tenang, kamu duduk dulu" Jendral menyuruh Nathan duduk, ia memegang tangan suaminya tapi langsung di tepis oleh Nathan yang memandangnya dengan tatapan sinis "JANGAN PEGANG-PEGANG! AKU BISA SENDIRI" ucapnya lalu duduk di depan Jendral.

"Mas ga tau siapa yang punya parfum yang ada di jas mas, Kamu tau sendiri kan mas ga mungkin lakuin hal bodoh yang bakalan nyakitin kamu apalagi lakuin hal yang ada di pikiran kamu sekarang"ia mencoba menjelaskan dengan setenang mungkin agar Nathan tak emosi lagi.

"Kenapa ga tau? Jas itu punya siapa aku tanya?"

"Punya mas"

"Nah itu tau, masa kamu ga tau wangi parfum siapa yang nempel di jas kamu! Kamu ga usah bohongin aku deh, kalau selingkuh ya selingkuh aja, ngaku! Jangan ngelak!" Ucapnya

"Jangan ngomong sembarangan sayang, aku ga mungkin lakuin hal bodoh kayak gitu" ucap Jendral

"Halah, logikanya mana ada pencuri yang mau ngaku kalau di nyuri dan itu sama. Mas ga mungkin ngaku kalau selingkuh dari aku" ucapnya sambil tersenyum kecut, ia melirik badannya sendiri dari atas sampai bawah. "Apa karena aku gendutan makanya mas berpaling?" Lirihnya

"Sembarang kalau ngomong, mas udah pernah bilang kalau dia ga bakalan bangun kalau bukan kamu yang nyentuh, liat orang telanjang pun dia ga bakalan bangun kalau itu bukan kamu" jelas Jendral membuat Nathan tambah kesal.

"Oh, jadi kamu udah pernah liat orang lain telanjang gitu? Selain aku"

"Ga gitu sayang, astaga. Itu cuman perumpamaan"

"Halah perumpamaan-perumpamaan,  kalai udah pernah mah ngaku aja, ga usah ngelak"  ucap Nathan.

"Ngomong kayak gitu sekali lagi mas gempur kamu di sini"

"Ga mau aku, jijik banget main sama penis yang udah masuk lobang lain"

Jendral menyentil bibir suaminya "Sakit ih"

"Jangan ngomong sembarangan, kamu beneran mau mas hukum?"

"Ga, ga mau. Mas jangan alihin pembicaraan dong, itu parfum siapa aku tanya?"

"Mas ga tau, dan persetan parfum itu punya siapa. Mas pengen hukum kamu sekarang juga" Jendral mendekatkan wajahnya pada Nathan, ia melirik ke bibir ranum suaminya yang selalu menjadi candu baginya.

"Cantik, mas ga mungkin selingkuh karena mas udah punya suami cantik yang cantiknya ngalahin keindahan satu dunia" bisiknya membuat pipi Nathan memerah, ia dengan sekejap melupakan masalah parfum itu.

"Gombal banget om pedo"

"Ga gombal, ini kenyataan" Jendral mengecup kening Nathan lalu ke dua matanya lalu hidung, kedua pipinya, dagu dan terakhir di bibirnya.

"Sekarang waktunya Nerima hukuman kamu sayang" Jendral menggandeng tangan Nathan yang hanya pasrah mengikuti suaminya, jujur saja ia juga ingin melakukannya,  mereka berdua melupakan masalah parfum itu sejenak.

Saat Jendral dan Nathan berjalan bergandengan menuju kamarnya, Miara yang sedari tadi bersembunyi di balik pilar pun mengepalkan tangannya.

"Sia-sia gw beli parfum mahal, mereka bukannya berantem malah mau ngewe"

🌷🌷🌷

"Ngapain Lo?" Tanya Miara pada Ana yang sedang membuat coklat panas di dapur.

"Lo buta apa gimana? Ga bisa liat gw lagi buat apa?" Tanya Ana kembali

"Cih, gw tau kali kalau Lo lagi buat coklat panas. Maksud gw itu, ngapain Lo buat coklat panas pake gelas punya tuan muda?"

"Emang buat tuan muda, minggir Lo. Gw mau anterin coklat panasnya"

Sebelum Ana pergi, Miara mencegah nya lalu tersenyum "biar gw yang anterin ya, plis" ucapnya dengan mata memelas.

Ana mengangguk "Yaudah, gw juga pengen mandi. Awas aja Lo kalau sampe apa-apain ni coklat"

Ana memberikan nampan coklat panas itu pada Miara, ia tersenyum miring sebelum meninggalkan Miara.

Sedangkan Miara tengah merapikan penampilannya lalu naik untuk mengantarkan coklat panas untuk Nathan.

Setelah sampai di depan pintu kamar majikannya, Miara mengetuk pintunya setelah itu membuka gagang pintunya, ia tersenyum tapi senyumannya langsung luntur saat melihat Jendral yang sedang mencumbu suami cantiknya.

Untung saja mereka di balut selimut sehingga Miara tidak dapat melihat bagian tubuh mereka.

"Shhh ahhh Bi Ana taro aja disitu nghh ahh enak bgt mas arghh"

Jendral tersenyum miring melihat wajah Miara yang memerah karena cemburu dan kesal, dirinya di kerjai oleh Ana.

Ia pun langsung meletakkan coklat panas itu di atas meja yang ada di sudut kamar lalu pergi meninggalkan sang majikan yang tengah bercinta itu.

"Dari kemaren ngewe Mulu, Jendral bener-bener kelebihan hormon. Yang seharusnya ngewe sama Nathan itu gw bukan Jendral sialan itu." Ucapnya sambil berjalan menuruni tangga.

Ia memutuskan untuk mencari Ana, ia mengetuk kamar mandi belakang khusus kamar mandi maid, ia dengan emosi mengetuk dengan membabi buta pintu kamar mandi itu.

Setelah pintu kamar mandinya terbuka bukannya Ana yang keluar tapi justru ibunya sendiri.

"Ngapain kamu ngetuk pintu keras kayak tadi?" Omel Bibi Maya, ibu dari Miara.

"Kok ibu yang keluar si?"

"Emangnya siapa lagi? Kamu mau ngelabrak siapa? Jangan buat ulah deh Mia, ibu tuh malu banget sama sikap kamu yang seenaknya kayak gini"

Ucapan ibunya membuat Miara semakin marah, ia putuskan meninggalkan sang ibu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Ini semua gara-gara Ana sialan!"

Tbc.

Me, You And MayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang