•Happy Reading•
Pagi ini, Sean sudah berangkat pagi untuk menemui Reyna. Karena mereka sudah empat hari tidak bicara satu sama lain dan Reyna selalu menghindar ketika Sean mau menjelaskan.
"Yan. Ngapain kamu di sini?" Zero yang baru saja masuk gerbang langsung menepuk bahu Sean.
Sean mengusap bahunya yang bekas tepukan Zero sambil berkata, "Lo sama Kakak kelas nggak ada sopan santunnya, ya."
"Ye, Kakak kelas gila hormat." Setelah itu Zero pergi melewati Sean.
Sean menggeleng melihat tingkah Zero yang seenaknya. Kalau saja dia bukan sepupunya Natha, dia pasti akan menjadi berandalan yang dikejar-kejar OSIS, tuh. Untung ada Natha yang selalu mem-back up Zero ketika tingkah nakalnya keluar.
"Nah, itu." Saat Sean akan menghampiri Reyna, tiba-tiba tubuhnya ditarik Zero yang balik lagi atas suruhan sepupunya.
"Natha manggil. Katanya semua projects kita ditolak petinggi sekolah, dan disuruh revisi lagi," ucap Zero sambil menarik kerah Sean sampai Sean tercekik.
Sedangkan Sean tidak membalas ucapan Zero. Dia hanya memandangi Reyna dan Cessa yang seakan tidak menghiraukan keadaannya.
"Zer, gue bisa bolos, nggak?" tanya Sean yang kerahnya masih ditarik Zero. Mungkin Zero takut kalau Sean kabur, dan kalau Sean kabur, dia yang akan menjadi bahan amukan Natha.
"Nggak, semua orang pusing mikirin kerjaan, dan lo juga harus ikut mikir," ujar Zero yang menolak mentah-mentah permintaan Sean.
Sean memegang tangan Zero dengan ekspresi serius. "Sebentar aja, Zer. Gue janji balik lagi, nggak mungkin gue nggak ikut."
Zero tiba-tiba prihatin dengan Sean. Dia menghela nafas sebentar kemudian berkata, "Oke. Tapi nanti lo harus ke ruang OSIS, gue nggak mau Natha ngamuk lagi sama gue."
"Iya. Gue bukan tipe orang yang suka ninggalin organisasi ketika ada masalah, dan lo pasti tau itu," ujar Sean yakin.
Setelah Zero mengangguk, Sean lantas pergi meninggalkan Zero untuk menemui Reyna.
"Reyna!" seru Sean yang melihat Reyna sedang bicara dengan temannya.
Sedangkan yang dipanggil sama sekali tidak mengindahkan panggilan Sean, dan masih berbicara dengan temennya sambil berjalan.
"Reyna. Dengerin Sean dulu, please." Sean memegang tangan Reyna yang langsung dihempaskan olehnya.
"Aku sibuk." Reyna kembali berjalan setelah melepaskan tangan Sean.
"Dia cuma temen Sean, Rey. Sean cuma bantu ngambilin kertasnya," ucap Sean yang terus mengejar Reyna tapi sudah tidak megang tangan Reyna.
"Reyna. Sean nggak seperti yang Reyna pikirin, dia cuma temen organisasi Sean, Rey." Cowok itu benar-benar mengatakan kata itu saat ketemu sama Reyna.
Tapi tiba-tiba Reyna diam karena merasa semua murid menonton mereka dari jendela kelas.
"REY CAPEK DENGER UCAPAN SEAN YANG ITU-ITU MULU. SEAN NGGAK NGAKUIN KESALAHAN SEAN SAMA SEKALI! REY BENCI SAMA SEAN! KITA PUTUS!" seru Reyna dihadapan Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Boyfriend
Teen FictionSetelah mengikuti lomba 'Prince and Princess sekolah', Sean dan Reyna menjadi pasangan yang manis dan romantis. Hubungan mereka sudah bertahan selama dua tahun, dan tinggal beberapa bulan lagi mereka akan lulus. Sifat Sean yang selalu memanjakan Rey...