°Happy Reading°Kini, Reyna dan Sean sudah berada di bandara untuk menyusul saudara-saudara Reyna yang katanya sudah menunggu mereka di Starbucks.
"Kamu tau Starbucks ada di mana?" tanya Sean ketika baru masuk ke bandara. Walaupun Sean tidak tau di mana Starbucks berada, tapi jangan menghina Sean kalau dia belum pernah ke bandara. Karena itu salah besar, bahkan dari kecil saja, dia sudah bolak balik bandara saking sering keluarganya pindah tempat tinggal.
"Tau. Yuk, ikut aku," jawab Reyna setelah mengabari kakaknya kalau dia akan menyusul mereka.
Setelah Reyna memasukkan handphone miliknya, dia berlari kecil untuk menyusul sang kakak ke Starbucks. Sedangkan dirinya hanya membawa satu koper kecil yang berisi alat make up dan sepatu.
"Pelan-pelan, Rey. Penerbangan kita masih lama," seru Sean sambil terus berlari mengejar Reyna.
C'mon, sepertinya Reyna lupa kalau semua koper-koper besarnya dibawa oleh Sean, tak lupa tas kecil yang berisi dompet dan segala macamnya masih terkalung dileher Sean.
"Oh, iya, aku lupa. Maaf Sean, yuk, aku gandeng." Sean yang di perlakukan seperti itu tersenyum manis, tetapi lebih dominan ke senyum terpaksa, sih, sebenernya.
Bukannya lebih ringan karena Sean sudah tidak perlu berlari, tapi dengan Reyna yang menggandeng tangannya membuat Sean kesusahan menarik koper itu.
Tapi tidak masalah, Sean suka kalau Reyna memanfaatkannya seperti ini. Apalagi sekarang, mereka terlihat seperti pasangan suami istri.
"Masih jauh, Rey?" tanya Sean yang merasa kalau mereka dari tadi hanya muter-muter Bandara saja.
Reyna bergumam sambil melihat sekeliling, memastikan kalau mereka tidak tersesat di jalan, "Nah!! Itu cafenya. Jangan ngeraguin aku, ya!"
"Iya."
Kini mereka pun berlari ke tempat yang mereka tuju. Setelah sampai di dalam, Sean dan Reyna dapat menemukan Lauren dan Liam yang sedang duduk dengan seorang perempuan yang berpakaian staff Starbucks.
"Kak! Nih. Aku capek cari kalian sambil lari-lari," keluh Reyna yang langsung memberikan kopernya ke Sean, kemudian menyenderkan kepalanya ke bahu Liam.
"Sini, Yan, Kakak bantu," pinta Lauren yang melihat Sean dipenuhi oleh koper-koper, tak lupa sebuah tas yang Lauren duga milik Reyna terkalung di leher Sean.
"Ya ampun, mau-mau aja kamu di suruh dia," ujar Lauren sambil menarik salah satu koper yang Sean bawa untuk dikumpulkan ke tempat koper mereka.
Tapi, sebelum Lauren meletakkan koper itu, tiba-tiba Reyna menegakkan kepalanya dan menatap mereka dengan ekspresi panik.
"Ayok kita pergi, kita ketinggalan pesawat!" seru Reyna yang langsung menarik Sean, meninggalkan salah satu koper yang tadi dibawa Lauren.
"Efek lama nggak naik pesawat jadi lupa semuanya." Liam menggeleng melihat tingkah adiknya itu. "Sis, gue pergi dulu, ya. Thanks udah nemenin."
Setelah Liam mengatakan itu, dia dan Lauren pergi menyusul Reyna dan Sean yang sudah berlari menjauh. Sedangkan perempuan yang tadi menemani mereka masih duduk dengan ekspresi canggung, sampai teman kerjanya menepuk bahu perempuan itu pelan.
Beberapa drama masih dilakukan ketika mereka sudah berada di dalam pesawat, contohnya, Reyna yang meminta diantarkan ke toilet karena dia kebelet, Liam yang minta tambah makanan sama pramugari sampai tiga kali, dan Lauren yang minta foto sama para pramugari untuk laporan sama ayahanda.
"Masih betah pacaran sama, tuh, bocah?" tanya Liam tiba-tiba pada Sean yang duduk di belakangnya. Liam berani tanya gitu karena Reyna tidak ada di sana, dia sekarang sedang bersemedi di toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
Famous Boyfriend
Ficção AdolescenteSetelah mengikuti lomba 'Prince and Princess sekolah', Sean dan Reyna menjadi pasangan yang manis dan romantis. Hubungan mereka sudah bertahan selama dua tahun, dan tinggal beberapa bulan lagi mereka akan lulus. Sifat Sean yang selalu memanjakan Rey...