Khey's pov
"Abang kampret gila tukang ngondek patung pancoran ah nyebelin."
Oke gimana gak kesel coba. Gue disuruh beli snack dan es krim yang banyak buat balesan Abang gue udah denger cerita tadi dan ngasih saran. Kalau tau gini gue gak bakal cerita.
Dia emang cari kesempatan dalam kesempitan.
Dengan malas gue keluar dari swalayan tadi. Mata gue yang tadinya ngantuk dan dahi berkerut seketika hilang melihat sebuah taman yang lumayan ramai dan sepertinya asri di tengan kota.
Kaki gue melangkah semangat ke taman yang tak jauh dari swalayan. Mungkin untuk beberapa menit gue akan menghabiskan waktu sebentar buat duduk manis disana menikmati udara malam yang menusuk rusuk gue dingin dan bulan yang memancarkan sinarnya indah.
Langkah gue terhenti ketika mendengar suara anak kecil sedang menangis. Sepertinya tidak jauh dari tempat gue berdiri.
Kepala gue celingukan mencari sosok anak kecil yang menangis itu. Gue bingung apa dia kesini gak sama orang tuanya atau sama siapa? Gue gak ngerti lagi kenapa anak kecil pas malem gini dibiarin menangis. Setahu gue kalau orang tua bilang itu gak baik.
Ah entahlah. Sekarang gue pengen nyari anak kecil itu. Siapa tau gue bisa nenangin dia.
Yap ketemu. Ternyata anak kecil yang menangis itu laki-laki dengan memakai kaos putih bertuliskan "i'm cute" tepat di dadanya ah bener-bener lucu dia pantes sama bajunya. Meskipun dia nangis wajahnya yang lucu bahkan dari jauh masih pantas dibilang "cute".
Gue setengah berdiri agar kepala gue berjajar dengan dia. "Hei cute jangan nangis dong." Tangan gue mengelus kepalanya lembut.
Rambutnya lembut banget sumpah. Dia pakai sampo apasih.
"Hiks hiks es hiks kim hiks hiks ku hiks jatuh hiks." Dia melihat kebawah melihat es krimnya yang jatuh ditanah.
Gue mengikuti arah pandangan dia. "Oh jatuh, kakak punya es krim kok kamu mau?" Tanya gue.
Dia melihat kantong kresek yang gue bawa. Gue membukanya lebar. Dia bukan menunjuk es krim tapi dia- "Mau pemen kak."
Senyum gue mengembang. Permen yang tadi dia tunjuk gue berikan di tangan kanannya. "Buat kamu."
Tangisannya yang tadi, kini reda digantikan dengan wajah berseri-serinya dia senang. Dan gue juga senang.
"Makasih kak. Nama kakak siapa?" Sekilas dia mencium pipi gue.
Oh iyakan sekarang pipi gue memanas karena blushing wajah gue pasti merah. Mama buatin adik dong. Jadi pengen punya adik gue.
"Nama kakak Khey, Mama kamu mana?" Senyum gue terus gue tunjukkan.
"Aku sama Bang Ge." Dia melihat ke belakang disana ada cowok yang tak jauh dari gue. Dia berdiri sepertinya ingin ke gue dan anak kecil ini.
Gue masih belum jelas melihat wajahnya karena ditaman ini lampunya lumayan samar-samar.
DEG.
Kenapa gue ketemu lagi sama nih orang hah? Kurang sial apa gue hari ini.
Wajah gue terlihat pucat pasi karena shock begitupun dengan dia wajahnya juga shock bahkan mulutnya sedikit membuka.
Haha lucu.
Eh gue bilang apa tadi?
Tangan gue yang kanan dipegang dengan anak kecil ini. "Kak ini Bang Ge."
Sebaliknya dengan Gre, tangan kanannya juga dipegang dengan anak kecil ini. Ya setelah itu tangan gue dan tangan Gre saling bertautan atau bersalam mungkin maksud dia kita disuruh kenalan.
Ih ogahhh.
Gue aja baru tau kalau dia namanya Gre.
"Bang ini kakak yang kasih aku pemen." Tangan gue yang tadinya masih dipegang anak kecil itu terpakasa gue lepas pelan.
"Aku main lagi." Teriak anak kecil tadi. Dia berlari ke tempat bermain anak-anak yang tak jauh dari tempat gue berdiri.
Sekarang tinggallah gue dan Gre. Kita dari tadi sama-sama diam. Oke gue paling gak suka suasana hening kayak gini.
Gue memang belum ingin pulang, jadinya sekarang kaki gue berjalan pelan ke tempat duduk yang di duduki Gre tadi.
Dari sini gue bisa lihat kalau Gre berdiri ditempat dan memandang gue yang udah duduk santai.
Dia berjalan mendekat dan duduk tepat disamping gue. Dari tadi gue lihat anak kecil yang sedang main itu senyum di bibir gue gak ingin hilang. Terus mengembang melihat kelucuan yang dibuat bocah kecil itu.
Awkward moment.
"Itu adik lo?" Tanya gue.
Gre melirik sebentar ke arah gue kemudian ia kembali lihat anak kecil itu. "Ya, adik sepupu." Ucapnya dingin.
"Oh namanya siapa?" Gue menengok ke samping.
Dari dekat gue bisa lihat letak dari alis Gre yang tebal, mata elang yang tajam, hidung dia yang mancung, bibirnya yang kalau gak senyum kelihatan senyum. Ah kulitnya pasti halus. Oh iya rambutnya yang acak-acakan.
Ganteng banget. Em gue ngibul maap.
"Thilal." Ucapnya sepontan. Gue yang dari tadi terang-terangan melihat dia langsung kaget dan buru-buru memandang yang lain.
"Eh kayak ada yang beda dari lo?" Ucapnya lagi. Gue kembali melihat dia tepat di manik matanya.
Dahi gue berkerut bingung.
"Rambut lo?"
Helaan nafas gue terdengar. "Rambut gue emangnya ke-, WHAT DEMI APA LO LIAT AHH GUE MALU." Gue menutupi muka dengan rambut.
Ini emang kejadian yang diluar dugaan, kenapa? Karena dari anak GS yang tau rambut gue digerai itu cuma Rega dan Sherin karena mereka sahabat gue. Bahkan mereka pun juga jarang ngelihat rambut gue digerai.
Sejak lulus SMP rambut gue yang tadinya sering digerai kini selalu gue kuncir kuda kemana pun. Gue mulai merubah penampilan total sejak kejadian itu kejadian yang teramat pahit di kehidupan gue.
Dia mengelus dada kaget karena teriakan toa gue yang tadi. Sekilas dia tertawa kecil. "Apanya yang salah?"
Sebelum gue melihat Gre, rambut gue, gue kumpulkan dan menggenggamnya pakai salah satu tangan gue. "Gue gak suka ada yang lihat rambut gue digerai. Bahkan sahabat gue jarang lihatnya."
"Lebih cantikan juga gini."
DEG
Dia memuji gue, WHAT SEJAK KAPAN DIA GINI.
"Tapi gue gak suka." Setiap kata gue tekan. Karena gue emang gak suka.
~~Change You~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Change You
Teen FictionUntuk sementara waktu beberapa part ada yang di private, terima kasih. "Let bygones be bygones" Kata tersebut tepat sekali menggambarkan kehidupan sekarang gadis cantik ini. Berawal dari secerah langit yang disampingnya terdapat matahari hingga beru...