(17) Monster Day

609 32 4
                                    

Khey's pov

Uhh, gue males banget besok udah hari senin, itu alasan gue yang pertama. Kalian pasti tau, banyak anak jaman sekarang menjuluki monday is MONster DAY. Alasan gue yang kedua, besok gue udah mulai belajar MAT bareng Gre, oh hidup gue.

Sekarang gue lagi jalan-jalan sama Bang Levin. Seperti biasanya gue lebih suka jalan-jalan ke puncak tapi sedari tadi dia ngotot pengen ke mall. Dasar yang cewek siapa yang cowok siapa.

Di sinilah gue sekarang duduk di kursi di depan gue terdapat beberapa camilan dan es krim kesukaan gue. Abang gue sedari tadi sibuk dengan ponselnya.

Deheman gue membuat dia mengalihkan perhatian dari benda berbentuk persegi panjang itu. "Apa?" Tanyanya tanpa dosa.

"Lo ih gimana sih! Tadi gue di tarik-tarik macem kambing sekarang di cuekin." Bibir gue maju dengan alis yang menaut.

Dia malah ketawa kemudian mengacak rambut gue dengan gemas. "Ya udah nih," dia meletakkan ponselnya di meja. "Gue kasih sini deh. Kayaknya lo mau curhat ya?"

Senyum gue mengembang. Tau aja deh Abang gue ini kalau adiknya lagi ada masalah.

"Bang lo inget kan sama cowok waktu itu nyelametin gue," Dia mengangguk serius. "Terus dia juga satu kelas sama gue dan oh shit! Dia jadi partner gue belajar MAT kurang sial apa coba idup gue." Rambut kuncir kuda gue cengkram kuat. Kepala gue menunduk saking kacaunya keadaan gue sekarang.

Abang gue kaget, kemudian tawanya menggelegar sampai ke telinga gue bahkan beberapa orang disekitar gue pada curi pandangan. Seolah melihat Abang gue ketawa seperti surga bagi mereka.

Oh lihat bahkan tante-tante genit itu ngelihatin Abang sampai gak kedip seolah kalau dia kedip surganya bakalan hilang ditelan bumi.

Ya Tuhan dunia ini.

"Terus-terus gimana jadinya?" Tanya Bang Levin dengan sisa tawanya.

Gue memandang kesal ke dia, "Tomorrow is Monday right?" Bang Levin mengangguk, "Yeah MONster DAY." Gue memutar bola mata malas.

Lagi, lagi dan lagi Bang Levin ketawa membuat orang-orang disekitar melihat suka ke arah gue dan Bang Lev lebih tepatnya sih Bang Levin.

Setengah berbisik, "Bang, lo gak malu apa? Dari tadi ada tante-tante genit ngelihatin lo ketawa." Ujar gue.

Bang Levin mengedarkan seluruh pendangannya. Yang benar saja, memang banyak sekali orang-orang yang melihat. Bahkan masih ada orang yang dengan terang-terangan sambil mengedipkan matanya ke arah Bang Levin.

Sumpah demi apa gue sampai bergidik ngeri lihat tatapan tante-tante itu.

Tua mangsa brondong sepertinya.

Dengan santai dia langsung memasang wajah coolnya, rambut yang udah berantakan malah di berantakin lagi. Menurut gue sih itu memang buat cewek terpesona. Dasar Bang-ke.

"Khey gue punya ide." Katanya dengan seringai setan.

Gue melihat kepo ke arah dia. Seolah gue tahu apa yang harus gue lakukan akhirnya gue mengangguk pelan.

"Sayang, kamu ganteng banget sih kalau senyum." Ucap gue dengan senyum menjijikan.

Sumpah demi apapun gue geli sendiri yang jalanin. Pengen banget ngakak tapi sepertinya keadaannya lagi gak tepat.

"Duh sweetheart kamu manis banget deh, nanti aku cium loh." Kata Bang Lev.

Gilaaa gue pengen boker dengernya. Kenapa gue sama Abang jadi lebay gini.

Change YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang