(15) Stalker

483 36 0
                                    

Gre's pov

Hari ini cukup menguras tenaga karena sudah sebulan ini KBM dimulai. Jadinya ya gini deh otak gue mulai jebol.

Ya meskipun orang-orang bilang gue pinter tapi ketahuilah gue gini-gini juga mati-matian belajar setiap hari. Jadinya agak stres juga.

"Bro lo beneran nargetin dia?" Tanya Aland yang ada disamping gue.

Aland melihat cewek itu, dia tengah membereskan buku-bukunya. Gue mengangguk pelan.

"Dia kan susah banget Gre." Sahut Gabriel.

Gue menghela nafas pelan. "Udah tenang aja gue pasti bisa." Alis gue naik turun meyakinkan mereka.

Mereka hanya berdehem gak jelas. Lagi-lagi suara deheman guru matematika terdengar. Sepertinya dia akan mengumumkan sesuatu.

"Anak-anak sudah satu bulan KBM dimulai jadi Ibu akan membagi kalian kelompok belajar menurut tes kemarin." Kata beliau sambil mengendorkan kaca mata yang bertengger apik di hidung.

Beliau mulai membuka bukunya yang ada dimeja. "Sekarang kalian dengarkan baik-baik kelompoknya. Yang pertama Rega dengan Tevony, lalu Fazre dengan Grivti, ...." blabla. Hingga tinggal sedikit yang belum dipanggil. Gue juga belum.

Oke gue mulai kepo dan gak sabar.

"... Grevano dengan Kheyliv-" Ujar Bu Gafa dipotong dengan teriakan melengking dari ah pasti kalian taulah siapa dia.

Khey.

"Hah? Bu? Gak salah?" Tanya dia.

Bu Gafa melihat Khey dan membuang nafasnya sembarang. "Ibu kan memilih ini berdasarkan tes. Nilai tes kamu sungguh tidak memuaskan Khey dan nilai Gre sebaliknya. Jadi Ibu tidak salahkan?" Ucapnya.

Gue hanya memasang wajah datar.

Yes akhirnya. Kalau gini caranya gue bisa ngerencanain itu.

Aland menyenggol bahu gue. Gabriel menengok ke belakang melihat gue. Wajah mereka berbinar bahagia. Gue menyeringai kayak setan kesurupan.

Kalau gue lagi gak disekolah mungkin sekarang udah goyang dumang mangap-mangap macem ikan lohan gak bisa berenang.

"Wih gue yakin lo berhasil kalau gini caranya." Ucap Gabriel dengan memamerkan giginya.

Aland menepuk pundak gue berkali-kali. "Bisa lo bro!" Katanya.

Gue tersenyum lagi. "Semoga berhasil."

Dibenak gue banyak sekali rencana yang ingin gue jalanin. Tinggal tunggu tanggal mainnua doang.

See, gue pasti bisa!

***

"Heh kapan mulai belajarnya?" Gue duduk tepat disamping Khey. Tempat Sherin duduk, mungkin dia sudah pulang.

Ini sudah waktu pulang. Jadinya gue ingin merundingkan dengan Khey belajar matematika bersama dia, yap pelajaran yang Khey benci.

Khey menghentikan aktivitas memasukkan buku ke dalam tasnya. Dia melihat ke arah gue tajam.

Wih kayaknya mau meledak nih.

"Gue.punya.nama." Katanya ketus.

Gue tersenyum sedikit. "Oh iya lup-"

"Pikun." Khey menyela ucapan gue.

Khey berdiri dan bangkit dari kursinya dia mulai berjalan. See? Gak bakal bisa orang gue menghalangi jalannya.

Dia mendengus kesal dan menghentakkan kakinya seperti anak kecil.

Ah unyu banget.

"Minggir deh!" Matanya melotot tajam gue.

"Kalau gak mau?" Tantang gue.

Dia melihat anu gue sebentar lalu kembali melihat mata gue, "Gue tendang lagi tuh, mau?" Ucapnya mengejek.

Gila nih cewek omes juga.

"Ih cepet gue gak punya banyak waktu." Katanya lagi dengan dengusan panjang.

Dia malah kelihat lucu kalau kayak gini. Apalagi bibirnya dimonyongin like a duck. Lama-lama gue sosor mampus juga tuh.

Eh apasih gue!

Gue lebih baik mengalah dengan curut satu ini. Akhirnya gue beri dia jalan sebelumnya, "Senin depan kita mulai belajarnya, gue gak mau nilai gue jelek gara-gara lo gak mau gue ajarin."

Khey yang sudah diambang pintu menengok ke arah gue. Dia menghela nafasnya kesal dengan hentakan kecil dikakinya. "Oke-oke apa kata lo." Kemudian dia pergi tergesa-gesa.

Hm, sepertinya ada yang gak beres. Oke gue bakalan buntutin Khey.

Dengan langkah pelan gue mengikuti Khey, mobilnya di depan mobil gue. Gue yakin dia gak tau kalau gue mengikutinya karena sekarang gue lagi memakai mobil pajero peninggalan Ayah. Karena pada saat gue ke sekolah selalu memakai mobil sport kesayangan gue.

Tidak lama kemudian mobil berwarna putih milik Khey berhenti. Gue menunggu dia agar turun. Yap tak butuh waktu lama dia turun dengan tergesa-gesa masuk gedung bercat abu-abu yang lumayan besar.

Cepat-cepat gue membuka pintu mobil dan berjalan ke arah Khey masuk.

Mulut gue menganga saking kagetnya.

Langkah gue yang tadinya ringan kini berubah menjadi berat.

Gue sangat terkejut melihatnya.

Tak salah lagi waktu pertemuan ke dua dia mempunyai tenaga yang sangat kuat menendang anu gue.

Karate.

Yap dia anak karate.

Tiba-tiba Khey keluar dari balik pintu yang gue yakini itu tempat ganti. Dia sudah memakai baju putih itu.

Rambutnya yang dikuncir memanjang kini ia gelung menjadi gumpalan besar.

Dia cantik. Ah sorry gue khilaf tadi.

Dia mulai ikut deretan teman-temannya. Gue bisa lihat dari wajahnya dia kelihatan lega karena mungkin dia tidak jadi telat.

Senyum gue mengembang melihat dia berlatih semangat.

Setetes keringatnya jatuh. Pengen gue elap juga tuh.

Eh apasih gue.

~~Change You~~

Hello everybadeh :v
Sorry banget2 lama gak update huhu tbtb imajinasi gue ilang kayaknya ditelen sama Khey:( bingung nyari kemana pdhl udah naik tiang listrik masih ga ada sinyal imajinasinya kan ga banget -_- oke abaikan kemiringan gue-.-

Okela sorry klo ini ceritanya gaje. InshaAllah gue akan ngasih cerita yang bikin lo pada ketagihan azikk.

Lalalala menurut kalian gimana cerita gue? Problemnya masih lama yak yang dulu gue bilang klo problemnya ada di part sebelasan itu salah. Setelah gue pikir-pikir di part 1-20 bakal cuma pdkt sama ada masalah kecil doang. Yang part 20 ke atas itu masalahnya baru kelihatan dan bakal banyak flashback.

Semoga kalian tambah suka.

Change YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang