(18) I Hate Monday

688 30 6
                                    

Khey's pov

Di koridor sekolah tampak lenggang, karena ini masih pagi. Waktu di rumah, gue ngotot berangkat pagi dengan alasan buku tugas gue ketinggalan di loker. Padahal sih enggak. Gue cuma pengen menikmati udara pagi di rooftop sekolah.

Banyak siswa GS yang belum tau tempat ini. Menurut gue, tempat ini itu markas gue. Karena disini sama sekali belum terjamah manusia atau lebih tepatnya siswa-siswi. Ya selain pakbon tentunya.

Gesekan sepatu gue dilantai berbunyi nyaring. Tangga menuju rooftop sekolah di depan mata gue. Langkah gue berhenti sejenak, kepala gue nyebul menengok kiri kanan depan belakang.

Sip gak ada orang.

Kaki gue mulai melangkah menaiki tangga dengan hati-hati agar tidak menimbulkan suara sedikit pun.

Tap tap tap

Pertama yang gue lihat ada bangunan besar yang sudah tidak terawat tapi masih bersih dan juga layak di huni. Bangunan bercat putih persegi panjang ini di dalamnya banyak sekali bangku-bangku yang sudah tidak dipakai lagi karena rusak.

Pelan-pelan gue melangkah ke tempat bangunan itu berada. Di dekatnya ada tangga yang di tutupi kayu, mungkin maksud pakbon agar siswa-siswi disini tidak tahu kalau masih ada rooftop di atas sana.

Kalau sama gue sih gak ngaruh.

Disinilah gue sekarang. Berdiri di rooftop dengan melihat di depan gue yang menyuguhkan pemandangan GS yang sangat luas. Banyak pepohonan yang menjulang tinggi memberi kesan sejuk meskipun udara di Jakarta yang tercemar dan kotor.

Sejenak mata gue pejamkan, menikmati semilir angin yang berhembus menerpa udara. Ujung bibir gue menarik ke atas tanpa gue sadari.

Momen ini adalah momen yang gue suka, semoga hari ini membuat gue betah karena today it's monster day.

"Ekhem." Ada deheman dari belakang gue. Membuat gue mengerutkan dahi.

Apa jangan-jangan disini ada setan ya?

Atau kuntilanak?

Atau monster karena ini senin?

Atau-

"Woy, malah ngelamun." Dari belakang ada yang menepuk pundak gue.

Gue mencoba memutar kepala hati-hati. Sangat hati-hati.

"AAAA KUNTILA--" Mulut gue dibekap sama dia. Sebelumnya tubuh gue di putar memunggungi dia. Jadi posisinya gue ada di pelukannya sekarang.

"Hmmhh mpsin ntanganh luh mbauh ntrasih (lepasin tangan lo bau terasi)." Tangannya gue coba lepaskan.

Di menengok ke kiri dan ke kanan, mungkin maksud dia ada orang atau tidak. Hello, emang ada orang yang tau rooftop ke-dua ini selain gue, hm ralat selain gue dan dia plus pakbon.

"Sshhh... berisik banget sih." Dia mulai melepaskan tangannya. Kakinya menuntun tubuhnya duduk di pinggir kemudian ke dua kaki itu bergelayut disana.

Gila, nih bocah kok gak takut sih. Padahal tinggi banget.

"Lo lagi." Tangan gue bersedakep sambil melihat dia dengan santainya memasang earphone di telinganya.

Bahu dia mengedik tanda tak peduli. Seolah kesal gue hentakkan kaki gue macem anak kecil minta mainnan.

"Gak usah sok unyu deh," Katanya.

Bentar, dia kan pake earphone kok denger ya?

Gue mendekat ke arah dia. Dia mendongak melihat gue. Alisnya mengangkat satu, sumpah demi apapun gue gak suka lihat itu.

Change YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang