kadang hati hanya bisa jujur pada pemiliknya saja, dan itu tidak bisa dipungkiri, setelah jadwal kepulangan ke jakarta telah di rencanakan sena,diaz dan fajar telah mengemas barang untuk memudahkan ketika jadwal pemberangkatan suah tiba, namun rasanya ada yang belum selesai disini entah itu urusan tugas, hati atau yang lainynya, pagi ini sena memutuskan ikut dengan diaz utuk mengambil stok obat di rumah sakit di kota, pagi-pagi buta sena dan diaz diantar petugas kesehatan setempat menggunakan mobil ambulans, utuk sampai kota menghabiskan waktu sekitar tiga jam sampai, seperti pada kota umumnya mobilitas setiap sektor akan lebih ramai di banding pedesaan namun kota ini jauh jika harus dbanding jakarta yang memang notabenya ibu kota negara.
beberapa pasar yang dilewati cukup ramai di penuhi penjual dan pembeli yang saling menengo harga, anak sekolah dengan seragam putih merah, putih-biru dan putih-abu ikut meramaikan jalanan kota, bapak supir angkot dengan kelasonnya yang bising, mama mama yang sedang mejajakan jualanya, sudah lengkap di sebut kita adalah makhluk sosial, yang tentuya akan selalu membutuhkan hidup orang lain.
"pak kalo nanti saya pulang ke jakarta, saya titip warga, pastikan kesehatan mereka baik, stok obat aman dan tidak menutup kemungkinan saya akan kirim dokter dari jakarta untuk menetap di sini" ujar diaz ketika mereka telah samapi di rumah sakit dan tengah menunggu persetujuan, dan pengambilan obat oleh pihak rumah sakit
"siap dok, memang kampung kita membutuhkan itu seorang dokter seperti dokter diaz ini"
"iya nanti saya usahakan, ada dokter muda dia lebih bagus dari saya, kalo dia bisa dan kantor mengijinkan saya kirim dia ke papua"jelas diaz
obrolan mereka pun terpotong ketika seorang dokter datang dengan membawa selembar kertas,
" dokter diaz" ujarnya
"hai.. apa kabar"
sena menatap diaz dan seorang dokter yang berada di hadapanya bergantian, kalo boleh sena tebak diaz dan dokter itu sudah saling mengenal.
"kabar baik, lu juga apa kabar, sejak kapan ada di sini?" Dokter farhan begitu tertulis di jas putih miliknya
"Baik, cuma sedikit meriang aja dua mingguan lalu"
Iya betul sejak tadi pagi diaz memang sudah tidak enak badan makanya ia mengajak sena untuk ikut menemaninya, lihat saja tengah hari bolong seperti ini diaz mengenakan baju tebal katanya dingin mungkin itu efek tubunya yang kurang baik, eh jangan salah dokter juga bisa sakit.
"oh ya, rumah sakit udah ngasih persetujuan boleh bawa obat-obatan yang dibutuhkan, dan untuk bulan-bulan selanjutnya juga boleh ngambil kesini"
"saya bakalan balik jakarta, selanjutnya mungkin petugasan kesehatan di desa setempat yang tiap bulanya ngambil obat, sama saya bakal ngasih usulan buat ngirim dokter dari jakarta"
"oke... ide bagus, mau langsung pulang atau bagaimana?"
"ga ada agenda lain kan?" diaz bertanya pada sena
"aku sih ga ada"
"oke bagus, udah jam istirahat pada laper kan, yuk ada warung nasi padang depan rumah sakit itu rekomenden banget, pasti ngobatin kalian kangen jakarta,
"Boleh tuh, yuk na" ajak diaz
Semabil bercengkrama menikmati hidangan yang benar saja mengobati rindu mereka pada kota padat jakarta,
"Ngomong-ngomong sena, berapa lama di kemensos" tanya farhan
"Berapa lama ya, lupa dari lulus kuliah juga langsung di kemensos, belum pernah kerja di tempat lain" tutur sena
"Hebat, berarti udah ganti beberapa mentri dong, masi tetep stay di situ"
"Iya kalo staf kebanyakan jarang ganti gitu loh, udah nyaman juga kali ya saling kenal makanya pada betah"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Untuk Pertiwi | NICO
Short StoryCerita yang ringan, dan juga sedikit banyak pelajaran soal psikologi dan dunia kepolisin. Dulu mereka bertemua ketika akan sama-sama daftar di perguruan tinggi dan akademi kepolisisan, berpisah karena pendididkan lalu bertemu kembali setelah sama-sa...