Nawasena

72 4 0
                                    

Satu hari di bulan september ketika dedaun berguguran dari pohon-pohon yang menjadikanya hidup, sena menatap ke luar rumah dari atas balkon kamarnya, menerawang kosong menikmati udara pagi.

Sebelum lamunanya dibuyarkan oleh pengantar paket yang tengah melambai-lambaikan tangan di bawah sana, dan sena pun segera turun.

"Kiriman dari siapa bang"tanya sena

"Dari bimo baskoro" jawab abang paket yang sedang mengeluarkan barang dari bagasi mobilnya

Sena mengingat-ingat bimo itu siapa, namun memorinya tidak sampai.

"Pengiriman dari mana bang"

"Dari papua mbak"

Barulah sena bisa menebak apa mungkin bimo teman nico

"Mau ditaro di mana paketnya mbak"

Ketika sena melihat paketnya yang begitu besar jadi sena meminta abang paketnya menaruhnya di dalam rumah

"Makasih bang" ucap sena

Setelahnya bang paket pergi meninggalkan rumah.

Sena bergegas mencari gunting karena ada dua bungku paket, yang satu sudah bisa sena tebak itu koper miliknya yang tempo lalu tidak bisa iya bawa pulang dari papua, namun ada satu kotak yang mencuri perhatian sena.

Di dalam paket itu terdapat banyak barang, membuat sena tercenga.

Satu persatu sena keluarkan, mulai dari dompet, namun ada beberapa lembar kertas yang membuat sena penasaran dengan isinya, dalam kertas pertama tertulis.

Dear Nawasena

Gadis penakut yang pasti sedang kesepian di sana, apa kabar? Aku yakin cewek cantik selalu baik-baik saja, aku merindukanmu.

05 April 2018
----------------------

Jelas sena mengenal tulisan tanganya, keterangan waktu dalam surat itu, memberi tahu bawa surat ditulis lima tahun lalu, di lembar berikutnya tertulis

_______________________________________________
Untuk Nawasena

Apa kabar? Harus baik!!
boleh aku tukar satu hari ini dengan satu hari di mana aku pertama kali bertemu denganmu di semarang, aku menyesal mengajakmu berekenalan bukankah lebih baik aku tidak mengenalmu agar tidak menyakitimu, aku yang meninggalkanmu aku yang terhukum rindu padamu, berbahagialah gadis cantik.

05 April 2019
---------------------

_______________________________________________
Untuk Nawasena

Hai..... wanita pemilik senyuman indah, tiga tahun sudah aku tidak melihat senyumu lagi, apa jika aku datang kerumahmu kamu masih akan membukakan pintu, ah aku lupa ternyata aku memiliki kunci rumahmu? Apa kamu belum menggantinya, semoga saja belum agar aku bisa masuk rumahmu kembali.

05 april 2020
---------------------

Sial air mata sena merembes, ternyata setiap  tanggal 05 April di mana itu bertepatan dengan hari ulang tahun sena dia selalu menulis surat. Di balik tangisnya sena masih menyempatkan tersenyum ternyata nico tidak pernah melupakanya, tidak seperti apa yang sena pikirkan selama ini.

Selama sena mengenal nico, laki-laki itu bukan tipe yang mengungkapkan perasaanya dengan kata-kata, jadi mungkin ketika dia menulis surat ini itu pasti penuh keberanian dan niat yang sungguh besar, tidak mudah baginya.

"Kamu kesulitan menulis surat ini bukan" sena menyekat air matanya "aku tau kamu tidak pandai merangkai kata"

Sena membayangkan selama ini, pasti nico juga kesulitan menjalani hidupnya.

"Aku ga pernah marah kamu ninggalin aku, aku marah karena kamu ga pernah ngejelasin apapun, tapi aku tau kamu bukan orang yang bisa banyak bicara, aku tau kamu pasti kesulitan juga selama ini"

"Gadis penakut dan cengen ini sudah dewasa, bahkan aku juga benci diriku kenapa aku tidak pernah menahan kamu buat tetep bareng aku"

"Mas di manapun kamu sekarang, berbahagialah, aku mengikhlaskanmu pergi"

Sena menemukan kalung dan cincin miliknya yang mungkin dulu tertinggal di mobil nico, yang sekarang tersimpan rapih di kotak kecil berwarna ungu.

Sena membawa semua isi kota tadi ke dalam sebuah kamar, kamar dengan nuasa abu-abu bercampur putih memberi kesan elegan, kamar ini tidak pernah sena gunakan namun selalu ia rapihkan, terlihat kamar ini bersih dan rapih.

Jika kalian masuk kedalamnya mungkin akan menimbulkan tanya "apa ini museum nico?"

Poto nico yang tergantung, dan serba- serbi milik nico dulu yang masih tertinggal di rumah sena tersimpan dengan rapihnya.

Jika ada yang bilang sena belum bisa melupakan nico selama ini, jawabnya bukan seperti itu, sebab sena menghargai milik orang lain sebelum pemiliknya memperbolehkan sena membuangnya mungkin baru ia akan membuang semuanya bersama kenangnya.

"Kamu ga boleh nganggep aku susah melupakanmu" sena menyeringai " aku benci dituduh semacam itu"

Dalam lamunanya sena memikirkan, apa maksud bimo mengirim semua barang ini kerumahnya, apakah nico benar-benar gugur dalam tugasnya.

"bahkan aku tidak pernah bisa memilikimu sebesar negara ini memilikimu" batin sena

Diam-diam sena kembali menangisi lelaki yang belum ia ketahui kondisinya sekarang ini.

"Aku ga pernah tuh sebelumnya takut kehilangan kamu, aku sekarang gapapa deh ga bisa miliki kamu lagi, asal kamu masih hidup di dunia yang sama denganku" sena memandangi poto tinggi gagah nantegap di dalamnya.

Sena tertawa culas "bener-bener buat gue gila" sena segera mengusap wajahnya menata rambutnya kembali, mengamati dirinya di cermin "ayo kita mulai hari ini" dengan mengepalkan tangan sena bersiap menghadapi hari baru.

Perwira Untuk Pertiwi | NICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang