Kapan terakhir kali nico bisa beristirahat merasakan sedikit lelahnya, nyatanya sampai selarut ini nico mengerjakan beberapa pekerjaan, yang dirasanya makin hari makin menumpuk saja, nico menyempatkan balik kemarkas untuk sekedar merebahkan tubuhnya rasanya remuk bukan maen, namun karena beberapa anggota dari jakarta juga sudah datang dan menginap di markas, nico memilih beristirahat di rumah singgah yang sudah kosong ditinggal penghuninya pulang ke jakarta.
Alih-alih bisa tidur aroma parfum wanita itu masih tertinggal di ruangan seisi rumah, aroma khas tubuhnya juga masih menpel di kasur dan bantal, dan itu semua semakin membuat nico kesulitan tertidur lelap, sesekali kenang datang berbarengan dengan indra penciumanya merasakan harum yang tidak begitu asing.
Nico mencari posisi nyaman di tempat tidur, ia merogoh sakunya untuk mencari obat tidur agar tidurnya bisa lebih mudah nihil yang ia dapati hanya sebungkus peremen.
Semakin larut semakin sulit terlelap akhirnya nico pergi ke dapur untuk mengambil segelas air minum, meneguknya sampai tandas, berbarengan dari siap beranjaknya nico dari kursi, pintu rumah di ketuk dari liar, dengan ketukan yang sedikit brutal.
"Ndan, komandan" begitu teriakan dari luar
Ketika pintu dibuka menpakan bimo lagi dan bimo lagi
"Apa?" Tanya nico singkat
"Ngantuk" rengek bimo
"Ya tidur lah" nico melengos lagi masuk di susul bimo
"Ndan markas udah kaya tempat pengungsian" ucap bimo
"Makanya gue tidur disini"
"Sena sama diaz mana"
"Balik jakarta" singkat nico
"Batu di bilangin tuh bocah dua, ta bilang sek tunggu sampe acara selesai, baru balik jakarta"
"Gapap, kasian mereka kalo masih harus satu minggu lagi disini, tau perubahan jadwal baru ga"
"Iyaa.. jadi acaranya pimpinan TNI dulu yang dateng selang dua hari baru pimpinan Polri lagi yang dateng, ndan kenapa ga di sehariin aja, bikin kita kerja makin lama aja" tanya bimo
"Kalo itu jangan tanya gue"
"Tanya siapa dong" bimo
"Tanya bapak lu" nico yang tau jika ayah dari bimo adalah salah satu pejabat tinggi di kepolisian
"Ogah nanya-nanya, yang ada gue ditanyin kapan nikah" pungkas bimo
Bimo mengendus-ngendus "wangi banget ni rumah"
Nico hanya tersenyum tipis, batinya"sepakat berarti bukan cuma gue yang nyium wanginya" sambil mengangukan kepala
"Kenapa ndan"
"Ga"
"Ada apa lu sama sena?" Tetiba saja bimo, ya mungkin cuma orang bodoh yang tidak bisa membaca situasi antara nico dan sena, apa lagi bimo selalu di dekat mereka berdua
Lagi-lagi nico tersenyum tipis penuh kesakitan,
"Kuat banget tu anak" jawaban nico diluar nalar bimo
"Hah" bimo menautkan alisnya
"Gue mantan dia" nico matanya menerawang lurus kedepan terkintas dipikranya senyum manis milik perempuan berdarah sunda itu
"Udah gue tebak, ada sesuatu di masa lalu"
"Sekarang gue tau gimana sakitnya dia dulu ketika gue pergi tanpa pamit, tanpa izin, tanpa memberi aba-aba" nico menundukan kepalnya
Nico tersenyum culas" sial dia berusaha membalasnya kali ini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Untuk Pertiwi | NICO
Short StoryCerita yang ringan, dan juga sedikit banyak pelajaran soal psikologi dan dunia kepolisin. Dulu mereka bertemua ketika akan sama-sama daftar di perguruan tinggi dan akademi kepolisisan, berpisah karena pendididkan lalu bertemu kembali setelah sama-sa...