POV Nawasena
Duduk didepan perempuan parubaya ini bikin Aku kembali merasakan gimana tegangnya hari itu aku duduk diruang sidang untuk melaporkan hasil skripsi.
"Ibu masih ga nyangka loh ketemu kamu lagi dek, padahal ibu selalu pengen tahu kabar kamu tapi kali ibu mau nanya ke nico bapak selalu ngelarang katanya ga baik takut ngelukai perasaan nico"
"Iya bu, sena sampe saat ini baik-baik aja, dan sena bersyukur ibu juga kelihatan baik-baik saja"
"Dek ibu ga bisa mengubah keadaan sena juga tahu itu, ibu ini hanya ibu asuhnya nico, ibu kandungnya tetap pemilik keputusan terbesar dalam hidup nico, soal kalian, ibu harap sena tidak terluka lebih dalam lagi segera cari penggantinya ya dek"
Sebenarnya aku udah jauh lebih baik dan tentu saja sudah sangat berdamai dengan keadaan tapi untuk kali ini aku benar-benar tidak bisa tegar.
"Ibu.... sena selalu berdoa yang terbaik untuk nico, dan tuhan menjawabnya dengan keadaan saat ini, sena amat sangat yakin ini yang terbaik untuk nico dan sena"
"Dek, bapak sempat berpesan pada ibu jika bapak diberi kekuasaan untuk memilihkan istri untuk nico jelas bapak akan memilih kamu, satu yang perlu sena tahu, nico selama ini masih belum menikahi dokter itu karena dia masih belum selesai dengan kamu dek"
Ibu terlihat kesulitan menceritakan semuanya beberapa kali ia menghela napas "Jika sena bersedia, berbicaralah kembali dengan nico, tanyakan apa yang masih jadi kebingungan untuk kamu, ibu mau kamu tahu semuanya dari mulut nico sendiri"
"Besok sena akan kembali kejakarta dan mungkin tidak kembali lagi kesemarang untuk waktu dekat, ibu maaf sena belum bisa menunaikannya sebab nico masih berada di bandung"
"Tidak harus sekarang, kapan saja ada waktu bicarakan ya dek"
Dalam perjalana menuju jakarta, pikiranya kalut, penyesalannya sama mengapa tidak sena bicarakan semuanya secara gamblang perasaanya sama persis ketika sena pulang dari papua dan tidak pernah bertanya dan menjelaskan apapun pada nico.
Setengah perjalanan di rest area tol sena memilih menepikan mobil yang dikendarainya untuk sekedar mengistirahatkan dirinya yang harus menempuh setangah perjalanan lagi untuk sampai jakarta.
Setelah dirasa sudah cukup mengistirahatkan segalanya sena kembali akan melanjutkan perjalanannya.
Siapa sangka sena berpapasan dengan nico, tidak ada objek lain untuk segera sena mengalihkan pandanganya mau tidak mau sena tersenyum ke arah nico dengan sedikit ragu.
Nico mengikis jarak "loh mau pulang ke jakarta tah?" Tanyanya
"Iya"
"Sendirian?" Nico celingukan seperti sedang mencari seseorang yang mungkin saja bersama sena disini
"Sendiri"
"Nyetir?"
Sena mengangguk.
Nico memandangi deretan mobil yang terparkir rapih, sebelum sena menekan remot mobilnya dan bunyi pada mobil inova berwarna putih memberi tanda pada nico.
"Saya besok akan ke jakarta, bagaimana kalo besok saja kamu kejakartanya bareng saya dan yang lain"
"Ini udah setengah perjalanan loh"
Benar juga menurut sena, jadi kalo pun nico menyuruh sena balik lagi kesemarang kasihan juga, tapi apa aman mobil tersebut dikendari sampai jakarta sendirian.
"Kondisi mobilnya gimana"
"Sejauh ini sih baik"
"Boleh saya cek"
Sena sedikit ragu menyerahkan remot mobilnya namun begimana lagi nico terlihat ingin memastikan sesuatu.
Pertama yang nico lihat didalam mobil ada begitu banyak barang, ada sebuh pertanyaan yang ingin di tanyakan pada sena namun jarak keduanya cukup jauh. Alangkah baiknya nico memerikasa semua kesiapan mesin mobil sena terlebih dahulu.
Sena masih memantau dari jarak yang lumayan jauh sebelum akhirnya mendekat, pikiranya khawatir akan kondisi mobilnya sebab mengapa nico lama sekali mengeceknya.
"Oke ga?" Tanya sena
"Kamu bawa barang sebanyak ini, mau kemana"
"Jakarta" sena menautkan alisnya bukanya nico sudah tahu tujuan sena kemana
Iya benar nico kebingunan sampai salah bertanya "maksudnya ga balik lagi kesemarang?"
"Tugas saya di semarang sudah selesai"
Nico menundukan kepalanya kenapa waktu begitu terasa cepat padahal ada banyak hal yang belum terselesaikan diluar pekerjaan, itu antara dirinya dan sena.
"Mobil saya baik-baik saja kan?"
Disini semuanya baik-baik saja kecuali hati saya, nico membatin sebelum memutuskan membuka pintu mobil.
"Semua aman, paling perlu isi bensin doang biar sampe jakarta ga begitu kosong"
Nico kembali menyerakhan ramot mobilnya pada sena.
"Hati-hati" ujar nico pada sena dengan tatapan cukup dalam
Sena mampu merasakanya namun kembali lagi di anatara keduanya sudah tidak ada apa-apa.
"Mas"
Nico kembali berbalik badan menoleh pada sena.
"Kalo besok di jakarta ada waktu luang, saya mau ngobrol boleh"
Nico tersenyum tipis, akhirnya momen yang ditunggu-tunggu hadir juga.
"Tapi saya lagi tidak butuh psikolog" nico mencairkan suasana yang terlihat cukup tegang pada wajah sena
"Saya serius" ujar sena
Nico dapat mebaca situasi jika sena memang tidak lagi ingin becanda "apa tidak bisa di bicarakan disini aja"
Sena sedikit muram "di jakarta bakal sibuk ya, gapapa deh lain waktu saja mungkin"
Nico dapa melihat sena-nya yang dulu lagi.
"Saya yang nentuin tempat, kamu harus bersedia"
Senyum tercetak dari wajah sena, nico heran entah apa yang membuat sena tersebyum semanis itu.
"Oke" senyuamnya semakin melebar
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Untuk Pertiwi | NICO
Cerita PendekCerita yang ringan, dan juga sedikit banyak pelajaran soal psikologi dan dunia kepolisin. Dulu mereka bertemua ketika akan sama-sama daftar di perguruan tinggi dan akademi kepolisisan, berpisah karena pendididkan lalu bertemu kembali setelah sama-sa...