Tidak ada lagi ruang

158 7 1
                                    

Bakti sosial hari pertama dimulai sesuai tugas yang telah telah dibagi, Sena ditugaskan menemui guru disekolah dasar, diaz yang memang berlatar belakang seorang dokter ia membantu tenaga kesehatan di posko kesehatan yang khusus didirikan selama satu bulan ini, fajar juga ikut dengan diaz sebab di hari pertama ini posko kesehatan banyak di datangi warga untuk memeriksa kesehatannya  dan diaz sangat membutuhkan bantuan fajar untuk kali in. Kami dikirim ke papua  untuk kegiatan bakti sosial, dalam rangka menyemarakan bulan kemerdekan republik indonesia.

Sena sempat bertanya tadi pada ibu kampung sini lokasi sekolah dasar, katanya"jalan lurus saja" tapi sampai sejauh ini sena belum nemuin lokasinya, sena berjongkok ditepi jalan, ia sedikit kelelahan sebab tidak biasanya ia berjalan kaki sejauh  ini, sena mengedarkan pandanganya ke sekeliling, matanya berbinar ternyata sekolah dasar itu berada di atas bukit, cepat-cepat sena menaiki bukit itu untuk segera sampai.

Sena mendapat sambutan hangat oleh guru dan murid disini, ia mengajak murid kelas 4 bangku sekolah dasar untuk bernyanyi bermain games dan keseruan lainya tidak lupa ia membagikan coklat dan lollypop titipan dari sahabatnya kanaya, sena mendudukkan bokongnya di kursi panjang depan kelas ia mengistirahatkan tubuhnya, sembari melihat anak-anak bermain di lapangan ternyata disana, indahnya masa kanak-kanak  membuat sena tersenyum melihat pemandangan yang amat sangat indah tersaji dihadapanya.

"ibu guru kaki ibu sakit toh?"

Sena dibuat kebingungan ketika seorang anak laki-laki duduk sampingnya, dan bertanya demikian, dengan kotak p3k menghampirinya, lalu mengobati luka namun segera sena ambil alih, sena juga baru tahu jika di atas tumitnya terdapat luka akibat gesekan sepatu, tadi pagi sena pikir jarak sekolah tidak jauh maka ia memilih memakai Flat shoes, dan memang sepatu seperti ini sering melukai jika di gunakan beraktivitas berat.

"terimakasi"sena mengembalikan kotak p3k tersebut

"adik suka coklat?"sena mengambil dua bungkus coklat dan lollipop, malu-malu adik itu menerimanya

"terimakasih ibu guru" dengan tersenyum adik itu menerima pemberian sena

"ibu guru sangat harum,pakai apa kah ibu guru"ia mengendus wangi yang berasal dari parfum yang sena semprotkan tadi pagi.

Sena mengambilnya sesuatu dari dalam tas

"ini namanya parfum,adik mau coba pakai?"dibalas anggukan cepat oleh adik itu

sena menyemprotkanya dibagian dada dan menyuruh adik itu berputar agar sena bisa menyemptotkanya lagi dibagin punggung, sena ikut senang melihat adik ini tertawa gembir, padahal itu hanya semprotan parfum saja.

"bapak polisi, ibu guru ini punya harum"tiba-tiba ia menarik lengan sesorang mendekat

anak itu sangat antusia memberi tau kalo sena memiliki benda yang beraromakan wangi, dia meminta agar sena juga memberikan semprotan parfum pada seseorang yang tadi ia ajak mendekat.

yang dia ajak anak itu  adalah nico ia berjongkok dihadapan sena tepat dihadapannya, nico menyodorkan lenganya untuk di semprot parfum oleh sena, sena menyemproynya pergelangan tanganya, nico menggosoknya---menghirup aromanya---mengoleskan ke lehernya, kebiasaan laki-laki ini ketika memkai parfum tidak pernah berubah.

"ibu guru kasih banyak disini"adik itu menunjuk dada nico, sena menuruti perintah adiknya tidak bisa sena tolak itu terlalu lucu ia terlihat kegirangan girang.

"harum?" tanya anak kecil itu pada nico

nico mengagguk lalu tersenyum.

Setalah berterimakasih adik itu cepat berlali ia sibuk memebri tahu teman-temanya bahwa sekarang tubuhnya sangat wangi, menyisakan sena dan nico di sana.

"Nawasena" nico duduk disepeninggalan adik tadi

"Apakabar?? " Nihil tidak ada jawaban dari lawan bicaranya

Pandangan sena lurus kedepan, tidak ada niatan sedikit pun untuk berbicara dengan masa lalunya, sudah cukup baginya tidak ada lagi ruang.

"wanginya masih sama"nico sekali lagi menghirup dalam-dalam bekas parfum di lenganya tadi

'Tidak ada yang berubah semuanya masih sama, Rasa sakit, semuanya sama tidak akan pernah berubah' diam-diam sena membatin.

"memori mana yang berusaha kamu hapus, berhasilkah?
Atau semakin membekas!!"

Nico


Perwira Untuk Pertiwi | NICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang