Hebat dan Dasyat

54 5 0
                                    

Sena tengah berada di ruang kelas akademi kepolisian tingkat tiga, dengan agenda menyebar angket bertujuan mendapatkan informasi terkait kesehatan mental para taruna akpol, mereka sedang sibuk dengan lembaran angket yang harus mereka isi sesuai dengan keadaan mereka saat ini, agar data yang dibutuhkan merupakan data yang valid.

Sena memperhatikan seisi ruangan kelas, menyisakan tanya dalam dirinya, apa yang membuat mereka bertahan sampai sejauh ini di Akpol, membayangkanya saja sena sudah jenuh, mereka sehari-hari berada di asrama mungkin sesekali keluar tapi itu sangat jarang apa tidak membosankan selama itu hanya sebatas ruang kelas kamar tidur begitu terus.

Diam-diam sena merasa kagum, dengan generasi muda yang merelakan masa mudanya untuk belajar banyak hal, yang seharusnya mereka bisa treveling kemana saja, nongkrong tiap malam di cafe, pergi ketempat tempat wisata baru, namun mereka memilih tinggal di sini dengan banyaknya peraturan tidak sedikitpun menggoyahkan hati mereka untuk mundur.

Sudah hampir satu jam responder disini yaitu para taruna, belum selesai mengisi tiap pertanyaan pada angket, pertanda mereka tidak asal-asalan dalam pengisian, kelas ini benar benar hening tidak ada yang berucap sepatah katapun, pendidikan di sini benar-benar hebat, padahal ini pertanyaan yang bisa di bilang santai, tidak memerlukan teori yang perlu di pikir secara mendalam, ini hanya pertanyaa untuk mengukur sejauh mana kesehatan mental mereka, begitupun ada jawaban yang bisa di pilih semacam soal pilihan ganda.

"Dalam delapan menit semuanya sudah harus selesai mengisi angket"

"SIAP"

Ucap mereka serentak menjawab dengan posisi duduk tegap di atas kursi, membuat sena tercengan sedikit kaget untung saja tidak terjungkal ke belakang, sena mebalikan badan lalu mengelus dadanya.

'utung saja tidak jantungan'

Responder tetap duduk di tempat masing-masing kali ini sena yang datang menghampiri satu persatu untuk mengambil kertas yang tadi telah di sebar.

"Izin ibu, apa boleh saya mebantu ibu untuk mengumpulkan semua lembaran angket, karena kami di sini ada 265 taruna dan 35 taruni kemungkinan ibu akan kewalahan"

Sena mengamati seorang taruni dengan rambut khas taruni akpol yang dipoto pendek di atas telinga.

"Siapa namamu"Tanya sena

"Siap, Selisia ameera susanto"

"Dipanggil"

"Siap, Ameera"

"Baik, Ameera silahkan ambil angket ini didua baris sebelah kanan kamu"

"Siap"

________________________

Sena ditemani Ameera berjalan-jalan disekeliling kompleks Akpol suasananya sangat damai, pohon-pohon yang rindang hembusan angin yang bertiup meberikan kesejukan, sejak Ameera membantu sena tadi mereka berdua menjalin ke akraban setelah bercerita banyak ternyata Ameera dan Sena berasal dari Almamater yang sama dari SMA adhi tama, meski terdapat jarak yang jauh Angakatan sena dengan Angkatan Ameera.

"Mbak, ada satu tempat yang menurut aku harus mbak kunjungi, tempatnya di belokan sana" Ameera menunjuk satu gedung yang lumayan masih jauh dari keduanya berada saat ini.

Sena meminta Ameera untuk memanggilnya mbak saja tidak perlu ibu, supaya terkesan tidak terlalu jauh selisih umur mereka berdua. Sampailah disebuah gedung keduanya masuk dengan leluasa karena ternyata di dalamnya tidak ada siapa-siapa.

"Mbak ini tempat dimana momen-momen dari mulai angkatan pertama akpol sampai sekarang disimpan rapih"

Poto-poto yang tergantung di dinding, juga beberapa ikon patung polisi senjata api dan lain-lain dipajang di sana, sekilas mirip museum  karena banyak benda antik dan gambaran perubahan dari masa kemasa. Sena menyusuri setiap lorong di tuntun Oleh Ameera yang dari tadi tidak henti meberi penjelasa pada sena sudah seperti tour guide.

"Nah mbak kalo ini, taruna penerima Adhi makayasa, mbak tau Adhi makayasa itu apa?" Tanya Ameera sebelum lanjut menjelaskan

"Lulusan terbaik Akpol"

"Kok mbak bisa tau sih"

"Tau lah meer" ujar sena

Sena berhenti di satu poto bertuliskan nico birawa candar, Sena sangat mengenal sosok di dalam poto itu, matanya berbinar sengum yang menampakan gigi rapinya dengan berdiri tegap dan gagah sosok dalam poto itu mencuri perhatian sena.

"Mbak ini mas nico dia mepenerima Adhi makayasa, setau ku dia hebat mbak, meski aku belum pernah bertemu langsung namun taruna-taruna di sini selalu membicarakan kehebatanya, terakhir yang aku tau juga mas nico tugas di papua untuk misi memberantas KKB di papua sana"

Sena menata Ameera

'Benar saja kabar banyaknya pahlawan gugur di papua tempoh waktu lalu, tidak pernah sampai pada telinga rakyat'

"Aku berharap semoga bisa bertemu langsung dengan mas nico" ujar Ameera

'Aku juga, tapi itu mustahil meer' batin sena

"Nico Birawa Candra"

"Birawa itu artinya hebat dan dasyat, candra Artinya Bulan" gumam sena

"Kok mbak bisa tau artinya, mbak sebenarnya ahli psikologi atau sastra?" Ternyata ucapan sena tadi di dengar Ameera.

Sena hanya mebalas dengan senyuman, memangnya apa yang tidak Sena tau dari laki-laki itu, Apapun tentangnya sena tau dan tidak akan pernah terlupakan, nyatanya Nico selalu memiliki Ruang dalam hati sena, meski sudah bertahun-tahun fakta apapun soal nico Sena masih menyimpanya rapih baik di dalam jiwanya maupun dalam satu ruang di dalam rumahnya.

"Ciee senyum-senyum sendiri, awas mbak kesemsem"

"Ameera" sena mencoba menyangkal

"Nanti deh, semoga kita ketemu langsung sama mas nico"

"Aamiin ya meer, semoga" wajah sena jadi muram, mengingat mungkinkah kita bertemu lagi di dimensi dunia yang sama.

'Kamu ternyata tidak hanya hebat menurutku saja, adik-adik kamupun bilang seperti itu sesuai arti nama yang kamu miliki kehebatan kamu memang dasyat, Andai saja kamu masih disini' sena mengelus wajah di dalam poto itu.

Semarang apakah kamu menyambutku untuk kembali mengenang tentangnya


Nawasena

Perwira Untuk Pertiwi | NICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang