Pembohong

55 2 0
                                    

Sena menerawang menetap kosong ke arah luar jendela mobil yang akan membawanya ke bandara untuk kembali ke jakarta.

Tidak ada upacara pelepasan sebagaimana upacara penyambutan satu bulan lalu.

Bagi sena ini seperti mimpi buruk dalam hidupnya harus meraskan ketegangan yang terjadi di tanah papua.

Sena kembali ke jakarta dengan ke adaan tidak membawa apapun ponselnya hilang koper-kopernya tidak bisa di bawa pulang hari ini, hanya tubuhnya yang malang yang masih bisa kembali ke jakarta.

Bahkan sampai saat sebelum sena pergi meninggalkan desa, desa itu benar-benar seperti tanpa berpenghuni, Akibat dari ke kacawan kemarin warga tidak berani keluar rumah terlebih dahulu

Gerimis menemani perjalanan kali ini, sekelibat sosok laki-laki yang sudah hampir lima tahun tidak sena temu dan semesta dengan kebaikanya kembali mempertemukanya lagi, tentunya semesta merestui lukanya tergores lagi, tanpa sadar sena menitikan air mata.

ternyata rasanya masih sama "sakit sekaligus sayang" dalam tangisnya sena masih sempat mengulum senyum ketika bayangan leleka itu memenuhi isi pikiranya

"Pembohong" gumam sena

"Katanya bakal balik lagi" sena teringat ucapannya kemarin ketika menyuruh sena untuk tetep berada di tenda kesehatan, nyatanya untuk sekedar berpamitan pun ia tidak menampakan dirinya, entahlah sena tidak mengetahui kondisi lelaki itu setalah ledakan BOM kemarin yang terlambat di jinakan.

Kepolisian, maupun TNI juga menutup rapat semua akases informasi mengenai kejadian kemarin sampai tidak ada yang menyiarkan satupun Televisi nasional.

Hujan semakin deras membahasahi bumi sampai penerbangan harus ditunda, ketika sena tengah duduk menunggu jadwal penerbangan yang sudah terlanjur ditunda, perasanya tiba-tiba tidak enak.

Sena celingukan melihat satu persatu penumpang yang terlihat santai-santai saja bahkan fajar, namun kali ini ulu hatinya begitu sakit, pikiranya tidak karuan.

"Kenapa yaa" batin sena sebari memegangi dadanya.

"Astaga" teriak fajar "Sen sen, kepolisian baru liris ternyata ada sepuluh anggotanya yang gugur dalam tragedi kemarin"

Tubuh sena mulai melemas, mendengar kabar tersebut.

"Siapa aja" suara sena memelan

"Belum ada pemberitahuan atas nama siapa ajanya"fajar melanjutkan "Disini hanya tertulis tujuh anggota Brimob dan tiga dari tentara"

Memang benar-benar alam ikut merayakan kesedihan di tanah papua ini, gelagar petir menyusul turunya hujan yang begitu deras dan tiupan aingin juga begitu kencangnya.

Sena berlari ke arah parkiran mencari mobil yang membawanya tadi kesini, ia memutuskan akan balik lagi ke desa, ia ingin mengetahui siapa saja yang telah gugur hatinya begitu berantakan "bagaimana jika salah satunya adalah nico".

Setelah satu persatu ia liat mobil di parkiran dibalik kaca yang menjadi penghalang sena tidak menenui mobil tersebut, dan memang mobil itu sudah kembali ke desa.

'Kemarin bukan pertemuan terakhir kita'

'Kita akan bertemu lagi kan'

'Gua bakal lebih marah dari sebelumnya kalo lu ga nemuin gue lagi'

Jelas ego seorang wanita tidak terbantahkan, mengapa sejak kemarin ketika nico membuka ruang untuk saling menceritakan seberat apa hidup menjalaninya dengan tidak sama-sama, mengapa kamu bungkam sena? Jujur lah sebelum semuanya terlambat!! Dan kali ini apa masih ada ruang itu?? Kamu masih membutuhkanya, kamu masih berharap dia selayaknya dulu, kamu masih mengkhawatirkanya lantas berpura-pura cuek untuk apa? Senang mendengar berita duka ini, dan bagaimana jika salah satu korbannya adalah Dia, sudah selesaikah apapun di masa lalu itu??

"Sena, yuk 20 menit lagi pesawatnya berangkat"

Sena berjalan lunglay mengikuti langkah fajar, nyatanya jika sudah terlambat mungkin sena tidak akan memaafkan dirinya lagi.

Nico bagi sena seperti mimpi buruk yang di sisi lain juga menjadi mimpi indahnya, selalu sebagai dua sisi mata uang, sakit sekaligus obatnya.

Lima tahun lalu perpisahan cukup lama, yang sena lihat laki-laki tidak pernah berubah, tatapanya senyumnya, caranya melihat dunia selalu membut candu.

Namun bak ada sebuah dinding tinggi yang di sebut "kebencian" menghalangi membuat sena sulit melihat nico selayaknya sudut pandangnya dulu.

"Aku selalu menacari mu di mana-mana, di sudut kota jakarta, di pojokan kaffe, di bengkel tempat motor tuamu diperbaiki, di sebuah pameran lukisan, dan selama lima tahun itu tak pernah satu hari pun aku temui"

Sampai di titik sena menyerah, jika laki-lakinya itu memang sudah benar-benar hilang dari daratan jakarta, ia memutuskan pergi ke semarang dengan suhu panasnya semarang tetap sena tidak menemuinya di sana.

"Selamatlah, dan temuiku lagi" Sena sebelum pesawat benar-benar minggalkan landasanya.

___________________

Setengah jam sudah satu piring makanan yang sengaja sena pesan belum disentuhnya sama sekali.

"Sen makan" kanaya

Satu jam yang lalu kanaya menjemput sahabatnya ini di bandara, namun yang ia dapati pertama kali sena menangis sejadi-jadinya di dalam peluka kanaya.

Dan kanaya mengetahui sebabnya setelah sena bercerita semua, apa yang ia temui di papu, apa yang ia lakukan, apa yang terjadi dan sampai di penghujung cerita sena bercerita kekacauan di sana, sedang orang-orang di kota ini tidak mengetahui se mencekam apa di ujung meroke sana, seolah semuanya bungkam.

"Wara-wiri kesana kemari, ngurusin mental orang, mental sendiri ga ke urus" sarkas kanaya

"Nay"

"Apa nico, nico lu udah mati sena, dari dulu dari lima tahun lalu, lu berharap apa lagi"

"Gue egois ya"

Kanya geleng-geleng tidak habis pikir" pulang yuk udah malem"kanya

Bahkan jika pun ia harus pulang kerumah rasanya matanya tidak akan bisa terpejam, terlalu berisik isi kepanya "bisa kah rumah yang lain saja yang aku datangi, rumah yang entah keman kucinya selam lima tahun itu"

'Pada udara yang semoga saja masih dia hirup, aku titipkan segalanya, peluk erat tubuhnya hapus kesedihanya, dekap dalam kehanagatan dan kebahagian'

Semoga kita dapat kembali lagi jikapun tidak, aku ikhlas.



Perwira Untuk Pertiwi | NICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang