Media sudah kerap kali meliputi, media sudah membahasnya sejak lama ini sudah menjadi rahasia umum, tanah Papua sedang tidak baik baik saja, pemberontakan dimana-mana, pembunuhan dan penyanderaan kerap terjadi, kabar ini sudah terdengar hingga seluruh penjuru indonesia, suara ledakan letusan, sudah tidak lagi membuat warga se--panik dulu, sebab sudah sangat biasa terjadi disini, kabar beberapa abdi negara gugur juga tidak sedikit. ini semua terjadi karena adanya gerakan Papua merdeka. Gerakan papua merdeka merupakan ancaman terhadap keutuhan NKRI, sebab itulah banyak dikirim anggota militer dari jakarta, untuk mengamankan tanah papua. Diaz fajar dan sena melihat nama-nama yang gugur saat berusaha mengawal papua,yang sengaja ditulis dipapan besar di ruang pertama markas ini,tidak sedikit tertulis dari tahun 2015.
"ini yang terakhir?"
"berarti ini baru satu minggu yang lalu,emang pemberontakan ini masih berlangsung sampai sekarang ya?" Fajar merinding melihat dua nama tentara yang baru seminggu yang lalu gugur dalam tugasnya.
"gue ga tau masih atau ga, tapi dengan adanya ini kita bisa menyimpulkan kalau itu masih kerap terjadi"sena melipat tangan didepan dadanya
"gue kira jadi seorang dokter yang ga mudah harus mempertaruhkan nyawa orang lain dimeja operasi, ternyata jadi abdi negara lebih susah harus mempertaruhkan nyawanya sendiri di medan perang demi keutuhan negri"diaz membayangkan betapa beratnya tugas abdi ketika terjadi konflik.
"kami tidak takut mati selama itu keadilan yang kami perjuangkan selama itu untuk negara dan bangsa kami" ujar Dean disusul tiga orang dibelakangnya menghampiri sena, diaz dan fajar.
"kalo boleh diibaratkan hati kami jantung kami ginjal kami sudah terlanjur berwarna merah--putih" seorang lain lagi yang berseragam tentara itu ikut mendekat, di seragamnya tertulis nama dimas.
"Terimakasih atas pengorbanan dan perjuangan kalian untuk bangsa ini"tanpa aba-aba ketiganya memberi penghormatan dengan sedikit membungkukkan tubuh mereka secara bersamaan.
"satu lagi bentuk apresiasi dari kami bertiga"fajar menatap sena dan diaz bergantian
"kami bawa beberapa bungkus mie Instan berkenan kah makan malam bersama kami dengan menyantap mie kuah ini" tanya fajar dengan bahasa baku yang cukup menggelika. Sena dan diaz saling menatap dan menahan tawa, diaz menginjak kaki sena ketika melihat sena akan tergelak menertawakan fajar, cepat-cepat sena menetralkan wajahnya.
"Abdi negara boleh makan mie instan kan?"diaz bertanya ragu ragu
"yang tidak boleh kami makan hanya satu" Diki yang memiliki wajah sedikit ke arab-araban.
"apa tuh" tanya fajar sengenanya
"UANG RAKYAT"
Nico, Dimas dan Dean mengangguk tanda setuju lalu tersenyum mendengar ucapan Diki, temanya yang satu ini sungguh memang luar biasa, pemuda religius dan penyanga kucing tidak pernah di ragukan lagi kesatriaanya.
mereka semua beranjak kedapur untuk memasak lalu menikmati makan malam seadanya, namun akan lebih tersana nikmat jika di santap bersama.
__________
Tatapan mata itu mengingatkan sena pada satu malam yang lebih gelap dari malam biasanya, penatnya bekerja dan hiruk pikuk ibu kota membuat masyarakat kota elit sering mencari kesenangan lain, begitupun dengan sena. Suasananya akhir-akhir ini tidak begitu baik kekasihnya tidak kunjung memberi kabar padanya, adapun pesan yang sena kirim,pun tidak ia balas, sejak setelah makan siang hari itu laki-lakinya tidak seintens dulu mengabarinya, terlalu sibuk dengan pekerjaannya kah? Banyak pikiran negatif yang coba sena tepis, ketika teman-temanya merencanakan party malam ini, dengan mudah sena mengiyakan ajakan mereka, sena pikir dirinya butuh seteguk alkohol untuk sedikit meringankan isi kepalnya.
Beberapa tegukan yang sena loloskan di tenggorokannya selalu tidak cukup ia terus menuangnya lagi dan lagi, kesadarannya sudah terpengaruhi cairan itu, tiba-tiba halusinasinya menjadi, sena melihat nico jalan kerahnya dengan wajah yang sulit diartikan, dengan sisa kesadarannya sena merasa ini bukan sekedar halusinasi ini nyata, nico menyeret sena keluar dari tempat laknat ini.
Entah apa yang ingin nico lakukan dia hanya berdiri menatapi setiap jengkal tubuh sena dengan amarah yang semakin menjadi, sena cukup tau kalo nico sangat tidak menyukai alkohol dan sangat benci ketika melihat sena mabuk, tangannya mencengkram pergelangan tangan sena.
"apa?" tanya sena dengan tubuh sempoyongan ketika merasa tatapan nico semakin tajam, dan nico terus terdiam sena rasa nico hanya meperhatikan sena dengan pandangan yang sulit di artikan.
Samar-samar sena melihat wanita dengan jas putih berteriak memanggil nama nico dengan langkah besar mendekat kerahnya, ia menarik lengan nico menjauh, sena tidak cukup punya kesadaran untuk menahan nico untuk tetep disini, nico pergi tanpa meninggalkan sepatah kata pun ia pergi dengan wanita lain, keduanya menghilang di perempatan jalan berbarengan dengan hilangnya kesadaran sena penuh.
"dalam sadar atau tidaknya aku. bayanganmu, tergambar jelas"
Nawasena
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Untuk Pertiwi | NICO
Cerita PendekCerita yang ringan, dan juga sedikit banyak pelajaran soal psikologi dan dunia kepolisin. Dulu mereka bertemua ketika akan sama-sama daftar di perguruan tinggi dan akademi kepolisisan, berpisah karena pendididkan lalu bertemu kembali setelah sama-sa...