Wujud nyata dalam sebuah ungkapan adalah perbuatan, jika hanya di ucapkan saja tidak ubahnya seperti omong kosong yang sama sekali tidak menghasilkan apapun.
Secangkir teh menemani pagi yang masih berkabut, dengan situasi yang sepi karena beberapa orang di markas ini masih tertidur menikmati akhir pekan dengan rebahan apa salahnya, lima hari full mereka telah bekerja mati-matin. hanya ada seekor ayam yang sudah berkeliaran di depan markas dan bimo yang baru saja duduk di samping nico.
"Ndan, kapan pindah tugas ketempat baru, emang masih boleh udah pindah tugas tapi masih disini" bimo menyecap kopi hitam pekatnya
"Selesai acara besar kita"
"H-3, gila badan gue remuk" bimo mereganglan tubuhnya, berhari-hari menyiapkan persiapan acara yang akan dihadiri pimpinan tinggi TNI Polri di kecamatan intan jaya, membuat anggota harus siap bekerja lebih keras lagi tidak terkecuali bimo dan nico.
"Denger-denger di kampung sebelah ada, pijat janda, boleh tuh di coba" timbal nico
"Ga maen janda gue ndan, ngeri"
"Ngerinya?" tanya nico polos
"Ngeri beli 1 gratis 2, menangis rekening gue ndan"
"Udah jauh aja mikirnya"nico
"Eh dan semalem diaz ngomong besok mereka balik jakarta"
"Balik jakarta? "nico bertanya untuk meyakinkan
"mereka tau ada acara 3 hari lagi" tanya nico sekali lagi
"Kayanya ngga, dan gue juga ga ngasih tau semalem" muka tanpa dosa bimo
"Suruh diaz temui gue nanti siang" titah nico
"Nanti gue sampein, sekalian gue ke pos kesehatan" bimo
"Permisi" suara itu membuat perhatian nico dan bimo teralihkan
"Numpang kamar mandi, air di rumah mati"
"Ohh boleh boleh, lurus masuk lorong kamar, belok kanan nah kamar mandinya nanti ada sebelah kiri" jelas bimo
"Makasih"Sena masuk dengan langkah cepat, jujur ia kebelet pipis sejak tadi subuh, karena semalam air mati entah apa penyebabnya
"Kasih tau dia suruh bicara sama gue" nico memerintah
"Sena?" Bimo ragu
"Iya"
Dengan cepat bimo masuk ke markas untuk menyampaikan perintah nico.Setelah apa yang di sampaikan bimo tadi, sena mengambil posisi di kursi sebrang nico yang terhalang meja.
"Kenapa pulang, tiga hari lagi bakal kedatangan pimpinan tinggi TNI Polri"
"Apa hubunganya dengan gue" sangkal sena
"Kasih tau diaz, stay disini sampai acara selesai"
"Kenapa lu ga ngomong sendiri aja ke dia"
"Gue ga suka dibantah"
"Dan gue ga suka diperintah"tantang sena
"Lagi pula tugas gue sudah beres, mau ngerjain apa lagi"
"Suruh diaz temui gue" nico beranjak dari tempat duduknya merasa tidak akan mendapat apapun dari percakapanya, kecuali emosinya semakin menjadi.
"Air di rumah mati minta tolong benerin" sena juga berlalu begitu saja namun hati kecilnya berharap suaranya tadi di dengar dan di indahkan, karena jujur ia belum bisa mandi sebab air mati, memang tidak masalah untuk manusia yang sudah terlahir cantik macam sena ini mandi ataupun tidak cantiknya akan tetap melekat abadi.
Sampai sore bahkan menjelang malam, masih belum ada orang yang datang untuk membantu membenarkan saluran air yang rusak, diaz yang juga masih belum pulang dari pos kesehatan, dan apa kabar dengan fajar ia tinggal di rumah satunya lagi bersama mahasiswa terletak di kampung sebelah yang jaraknya lumayan jauh.
"Kalo gue bisa sendiri, buat apa minta bantuan orang lain" sena berusaha mengungkapkan kekesalnya
Sena berusaha mencari sumber masalah pada pipa air di belalang rumah.
Suara derap langkah terdengar dari belakang sena dengan cepat berbalik badan, dan menemukan nico dengan alat alat bengekel.
"Apa" tanya sena
"Buka kerannya"
Sena mencoba membuka keran yang ada disampingnya dan air keluar dengan besar akibanya membasahi baju yang sena kenakan.
Cepat-cepat niko mematikan keran, yang mulai tidak terjangkau oleh sena.
"Besok ga usah pulang" dingin nico
"Ogah, ngapain disini, diaz mau balik, masa iya gue sendiri"
"Ada gue"
Sena tersenyum culas"minggir gue mau mandi"
lengan sena ditahan nico
"lu ga liat baju gue basah" sena mulai kesal dengan perlakuan nico padanya.
"Jangan pulang" wajah nico terlihat memohon
"Udah gue bilang ngapain lagi gue disini, adapun acara itu apa urusanya sama gue, itu urusan lu lu pada"
"Sen"
"Apa lagi"
"Angap ini balasan lu udah gue ajak balik dari kota semalam"
Sena membatin, apa-apan jika tau akan menghadapi situasi semacam kemarin dan harus meminta bantuan nico lalu ujungnya dipinta balsan seperti ini sena akan memilih menginap di kota ketimbang harus pulang dengan seseorang yang lebih pantas di sebut hewan ini.
"Mau lu apa sih" Sena sudah sangat geram
"kurang apa lagi selama ini"
Sakit mana yang belum nico berikan terhadap sena pergi tanpa penjelasan menghilang dan bertemu lagi seolah tidak ada apa-apa yang terjadi kurang gila apa lagi
"Angap ini pertemuan terakhir kita" nico menghela nafas panjang ketika lawan bicaranya suah mengambil langkah untuk meninggalkannya.
"sedikit lebih lama disini"
"Jakarta terlalu jauh buat gue datengi lagi"
namun nihil tak ada hasil. semua telah nico coba perbaiki tidak ada tanggapan persetujuan, yang sudah nico sadari bawasanya wanita itu telah menghabiskan banyak waktunya bersama luka yang tidak sengaja nico torehkan.
_______________________
aku pengen kalian baca cerita di sini ga cuma soal fiksi (dunia perhaluan) tapi juga pengen kalia sedikitnya dapet pengetahuan baru atau mengingatkan kembali yang sudah lupa, jadi boleh di baca di atas ya mengenai budaya papua yang sudah aku tambahin poto di atas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Perwira Untuk Pertiwi | NICO
NouvellesCerita yang ringan, dan juga sedikit banyak pelajaran soal psikologi dan dunia kepolisin. Dulu mereka bertemua ketika akan sama-sama daftar di perguruan tinggi dan akademi kepolisisan, berpisah karena pendididkan lalu bertemu kembali setelah sama-sa...