16.

715 67 0
                                    

"Dek?" panggil Rassya sembari menghampiri adek bungsunya.

Tidak ada respon sama sekali dari si empunya.

Rassya berjongkok di depan Rakha lalu menggenggam tangannya.

"Rakha? Pulang yuk."

Rakha menggeleng.

"Pulang ya dek." ucap Rey dengan lembut sembari mengusap puncak kepala adeknya.

"Dek, abang mohon jangan kayak gini."

"Rakha pengen disini." ucapnya masih dengan tatapan kosong.

"Pulang aja ya sama yang lain? Please dek."

Rakha menundukkan kepalanya, bahunya kini bergetar.

"Hiks hiks ga mau..."

"Rakha please nurut ya, kita ga mau kamu kenapa-kenapa."

"Hiks masih pengen ketemu mamah papah hiks hiks."

"Iya besok masih bisa ketemu, sebelum pemakaman."

"Hiks hiks mereka jahat hiks hiks kenapa mereka ninggalin hiks kita hiks hiks..."

"Udah dek, jangan nangis kamu harus berusaha ikhlasin mereka ya."

"Hiks hiks..."

"Udah yuk pulang, kamu harus istirahat dek."

"Tapi bang-"

"Udah ga ada tapi-tapian sekarang kamu pulang sama kita ya." ucap Rizwan.

Rakha menangguk pasrah.

Ia berdiri lalu beranjak dari sana duluan meninggalkan mereka.

"Yaudah Sha, Rey, gue pulang sama yang lain dulu ya. Assalamualaikum." ucapnya lalu berjalan menyusul adek bungsunya.

"Waalaikumsalam, hati-hati."

***
Pagi ini pemakaman orang tua Zayyan kini telah selesai, semua orang sudah pergi dari sana kecuali Zayyan dan semua saudara sepupunya.

Kalau kalian tanya dimana orang tua Kiesha dan adek-adeknya dimana, mereka juga tidak tau. Padahal mereka sudah memberi tahu kabar duka ini pada orang tuanya, tapi tidak ada yang membalas atau sekedar membacanya.

Mereka berdua seolah-olah sudah tidak peduli lagi dengan keluarganya apalagi anak-anaknya, terutama Rayyan yang merupakan abang dari Reyhan sendiri.

Kini Zayyan duduk berlutut di antara makam kedua orang tuanya. Ia menatap nisan bertuliskan Reyhan dan Ayla bergantian. Air matanya lagi-lagi menetes. Ia masih tidak percaya akan kepergian kedua orang tuanya.

"Mah, pah, kenapa kalian ninggalin Zayyan sendirian?" lirihnya.

"Apa yang Zayyan takutkan terjadi mah pah, ini alasan kenapa Zayyan cegah kalian untuk pergi kemarin. Kenapa kalian ga mau dengerin ucapan Zayyan. Mah, pah, Zayyan gimana kalau ga ada kalian disamping Zayyan." ucapnya lalu menunduk dan terisak pelan.

Kiesha yang melihat adek sepupunya yang begitu terpukul akan kejadian ini memutuskan untuk menghampirinya. Ia mengusap bahu yang sedikit bergetar itu berniat untuk menenangkan.

"Mah, pah, Zayyan belum bisa banggain kalian. Zayyan belum bisa bahagiakan kalian, tapi kenapa kalian malah ninggalin Zay. Zayyan harus apa mah pah setelah ini. Zayyan ga bisa hiks hiks hiks...."

"Zay, udah ya lu harus bisa ikhlasin mereka." ucap Kiesha sembari membawa Zayyan ke dalam pelukannya.

"Hiks hiks bang kenapa mereka cepet banget ninggalin Zay? Zay ada salah ya sama mereka? Makanya mereka pergi ninggalin Zay hiks hiks."

THE WILLIAM'STempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang