"Bagaimana keadaan adek kita dok?" tanya salah satu dari mereka mewakili dengan raut cemas.
Dokter tersebut menggeleng dengan wajah lelahnya. Ia menatap mereka semua dengan tatapan sendu. Membuat mereka semua menaikkan alisnya bingung.
"Dok kenapa? Jawab dok jangan diem aja. Gimana keadaan adek kita?!" desak Rey.
"Saya sudah berusaha semaksimal mungkin tapi maaf adek kalian tidak bisa selamatin, adek kalian udah meninggal karena kehilangan banyak darah akibat tusukan yang dia dapat di perut dan di dadanya."
Deg
Mereka sangat syok mendengar itu, dada mereka rasanya kayak di hujam ribuan belati. Mereka yakin pasti ada yang salah, si bungsu tidak mungkin meninggalkan mereka secepat itu.
"Ga! Ga mungkin!! Adek kita ga mungkin pergi ninggalin kita! Dokter jangan bohong! Dokter bercanda kan?!" tanya Kiesha sembari mengguncang tubuh dokter itu dengan kencang.
"Saya ga mungkin bercanda masalah ini Kiesha, saya harap kalian bisa ikhlasin adek kalian."
Mereka semua mematung, matanya mulai memanas dan berkaca-kaca.
Bruk
Afan jatuh terduduk kala kakinya tidak kuat menahan tubuhnya yang begitu lemas setelah mendengar itu. Satu air matanya lolos begitu saja dari sudut matanya. Ia tidak sanggup mendengar kenyataan itu, kenyataan bahwa adeknya telah meninggal.
"Hiks hiks ga ga mungkin, adek aku ga mungkin meninggal hiks hiks ga ga mungkin RAKHA GA MUNGKIN MATI! ADEK AKU MASIH HIDUP! GA GA HIKS HIKS J-JANGAN PERGI HIKS HIKSS...." Afan menangis meraung-raung.
Afan bangkit lalu berlari masuk ke ruangan dimana adeknya terbaring kaku dengan kain yang siap untuk menutup tubuhnya dan diikuti oleh yang lainnya.
"STOP!! JANGAN DI TUTUP NANTI RAKHA GA BISA NAFAS!! KALIAN MAU BUNUH ADEK GUE, HAH?!" bentak Afan sembari menahan kain yang akan menutup seluruh tubuh Rakha.
Mendengar bentakan tersebut membuat beberapa suster yang ada disana memilih mundur menjauh dari brankar dan memberi ruang buat mereka.
"Mending kalian keluar, mereka biar saya yang ngurus." ucap dokter pribadi keluarganya menyuruh semua suster untuk keluar yang sontak diangguki semuanya.
"Rakh? Rakha bangun dek, lu ga boleh tinggalin kita hiks hiks. Bangun dek jangan bercanda, jangan kayak gini dek. Ayo bangun Rakh. Gue mohon lu bangun hiks hiks hiksss."
Rizwan mendekat ke brankar dan menggenggam tangan adeknya yang begitu dingin.
"Dek? Kamu ga mungkin ninggalin kita kan? Kamu cuma bercanda kan? Ayo bangun kita ga mau kehilangan kamu dek hiks." ucap Rizwan lirih.
"Dek katanya mau ketemu sama papa mama, jadi ayo bangun. Jangan tinggalin kita dek." ucap Rey.
"Dek, ayo bangun. Maafin kita karena udah ninggalin kamu tadi, kalau tau bakal kejadian kayak gini kita ga bakalan ninggalin kamu walaupun kamu usir. Ayo bangun dek hiks hiks kamu ga mungkin ninggalin kita secepat ini kan hikss..." ujar Rassya sembari terus memeluk tubuh kaku adeknya.
"Rakha hiks hiks jangan tinggalin gue hiks lu harus bangun rakh. Ayo dek bangun, lu ga inget besok lusa itu sweet seventeen lu? Hiks hiks ayo bangun kita harus ngerayain ulang tahun lu bareng-bareng kita ajak papa sama mama juga ayo dek hiks hiks bangun jangan tinggalin kita hiks hiksss...RAKHA BANGUN!!! LU GA BOLEH TINGGALIN KITA HIKS HIKS LU JAHAT LU TEGA BANGET NINGGALIN KITA HIKS SECEPAT INI HIKS HIKS AYO BANGUN RAKH HIKS HIKSSS....." histeris Fateh sembari terus menggoncang tubuh adeknya.
Mereka yang mendengar itu sontak semakin menangis kala baru ingat kalau besok lusa si bungsu ulang tahun yang ke-17.
Sedangkan Zayyan hanya menangis dalam diam. Dia masih tidak menyangka akan kehilangan orang yang dia sayang lagi setelah beberapa bulan lalu kehilangan orang tuanya.
"Rakha hei, ayo bangun kita temuin papa sama mama, wake up our little brother." ucap Kiesha sembari mencium kening si bungsu.
"Hei kalian, dengerin om." ucap dokter yang sedari tadi diam melihat mereka dengan sendu.
Mereka semua menoleh ke arahnya.
"Ikhlasin adek kalian ya, Rakha pasti ga mau kalau lihat kalian kayak gini. Ikhlas ya biar adek kalian tenang disana. Kalian ga mau kan kalau adek kalian ga tenang dan sedih terus?" Mereka sontak menggeleng mendengar penuturan dari dokter tersebut.
"Om yakin kalau kalian bisa lewatin ini semua, mau kan ikhlas demi adek kalian?"
"Tap-"
"Ga ada tapi-tapian, om tahu pasti ini berat buat kalian. Pasti susah buat ikhlasin adek kesayangan kalian. Tapi om mohon sama kalian untuk berusaha ikhlasin adek kalian perlahan. Om ga maksa kalian untuk ikhlas sekarang, tapi om mau kalian coba perlahan." ucap sang dokter dengan tersenyum tipis.
"Oke kita bakal ikhlasin Rakha perlahan tapi tidak untuk sekarang om."
"Iya ga apa-apa, om paham kok."
"Hiks hiks Afan ga ikhlas om, siapa yang tega bunuh adek aku hiks hiks kenapa dia menikam adek aku om hiks hiks Rakha salah apa hiks hiks Rakha anak baik hiks hiks yang nikam jahat banget hiks hiks..."
Dokter tersebut langsung menghampiri Afan dan memeluknya erat.
"Ssttt udah ya jangan nangis, maaf om ga tau siapa pelakunya, om udah suruh keamanan untuk cek cctv ruangan ini tapi katanya cctv disini mati, padahal sebelumnya cctv-nya baik-baik aja. Cuma saat kejadian tadi aja yang ga terdeteksi." ucapnya menyesal.
"Ga apa-apa kok om, makasih udah berusaha bantuin kita dan makasih juga udah tenangin kita disaat orang tua kita ga ada."
"Iya sama-sama, om juga tadi udah kabarin mama sama papa kalian tapi belum dijawab sampai sekarang, tapi kalian tenang aja om bakal temenin kalian sampe pemakaman adek kalian."
"Hmm ya gitu om, mereka susah dihubungi. Bahkan disaat keadaan kayak gini." ucap Rizwan sembari tersenyum miris.
Sang dokter menatap mereka iba, ia tahu bagaimana keadaan mereka setelah orang tuanya pergi dan ninggalin mereka tanpa kabar.
"Yaudah ayo kita urus pemakaman adek kalian."
"Iya om." ucap mereka lesu.
"Jangan lesu gitu dong, nanti adek kalian sedih loh kalau lihat kalian kayak gini."
"Hmmm iya om."
Sad End?!
Huhuhu maaf baru bisa update lagi
Gimana? Dapat feel-nya ga??
Maaf kalau kurang ngefeel😭🙏🏼18-02-24
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILLIAM'S
Novela Juvenil"Abang!!" Suatu kebahagiaan bagi mereka berenam karena berhasil mengerjai adeknya. The William's? Ya mereka 7 bersaudara dari keluarga William yang setiap harinya berantem mulu kerjaannya. Dengan segala tingkah mereka, keunikan mereka, persaudaraan...