BRAKKK!!!
.
.
.
.
.
Benturan keras membuat semua warga yang masih ada di sekitar langsung berlari menuju ke arah kejadian.Truk itu melaju kencang ke arah Rakha membuatnya terpental dan terseret jauh dari titik kejadian. Motornya hancur, sedangkan Rakha tergeletak dengan keadaan bersimbah darah tepat di dekat trotoar.
"Astaghfirullah!" teriak salah satu warga disana sembari menghampiri Rakha.
"Ya Allah! Dek? Kamu masih dengar saya kan?" tanya warga tersebut yang hanya diangguki lemah oleh Rakha dengan mata terpejam.
"Kami pinjem ponsel kamu ya buat hubungin keluarga kamu?" tanya warga lain yang lagi-lagi hanya diangguki oleh Rakha.
Warga tersebut langsung nyari ponsel Rakha di tas. Tapi setelah menemukan barang yang dicari, raut wajah warga tersebut langsung sendu saat mendapati ponsel itu ternyata mati.
"Ponselnya mati, gimana nih?"
"G-ga apa-apa pak ukhuk ukhuk, h-hah..." ucap Rakha terbata-bata yang berakhir darah keluar dari mulutnya.
"Dek, ga usah maksain ngomong ya. Saya panggilkan ambulan dulu. Kamu tahan sebentar ya..."
Sementara itu ada sebuah mobil hitam mendekat ke arah kerumunan itu. Terlihat sosok laki-laki paruh baya yang mengemudi itu bingung kenapa ada ramai-ramai disana. Karena rasa penasarannya tinggi, membuatnya kini memberhentikan mobilnya lalu keluar dan menghampiri kerumunan tersebut.
"Permisi ini ada apa ya pak? Kok ramai banget." tanya seseorang yang baru saja keluar dari mobil tadi dengan penasaran.
"Itu pak, ada kecelakaan motor sama truk..."
"Astaghfirullah! Siapa pak?"
"Saya ga tau, yang saya tau yang bawa motor itu anak muda sekitar umur 17 tahun."
"Makasih ya pak, saya kesana dulu mau lihat barang kali saya kenal dengan anak itu."
Laki-laki paruh baya itu langsung menerobos keramaian tersebut dan ketika sudah berada di tengah-tengah kerumunan dia sontak terdiam membeku melihat siapa yang tergeletak dengan bersimbah darah itu. Matanya memanas melihatnya. Dia bukan cuma kenal tapi kenal banget malah.
"R-rakha?" lirih laki-laki tersebut membuat semua warga disana menoleh ke arahnya.
"Mmm maaf sebelumnya apa bapak itu ayah dari anak ini?"
"I-iya saya ayahnya."
"Syukurlah kalau gitu kita ga bingung gimana kabarin keluarganya."
"P-pa?" lirih Rakha saat samar-samar melihat keberadaan papanya.
Seorang paruh baya yang tidak lain dan tidak bukan ternyata papanya, Rayyan.
Dengan lemas, Rayyan menghampiri putra bungsunya. Dia yakin putranya kayak gini karena dirinya. Ini salahnya kalau saja ia menemui sang anak pasti kejadian ini ga akan terjadi.
"S-sayang..." Rayyan langsung mendekap sang anak. Tidak peduli jas-nya akan kotor karena darahnya Rakha.
"Papa mohon kamu bertahan sebentar ya..."
"S-sakit pa, t-tubuh R-rakha mati r-rasa...s-sakit...." lirihnya dengan air mata yang mengalir dengan sendirinya.
Ia tidak tega melihat keadaan putra bungsunya saat ini. Kalau boleh ia pengen gantiin anaknya. Biar dia saja yang merasakan sakit itu jangan anaknya. Orang tua mana yang tega melihat keadaan anaknya sendiri kayak gitu.
"M-maaf maafin papa, Rakha. Ini salah papa, kalau papa temuin kamu hari ini pasti kamu ga akan kayak gini. Maaf papa belum bisa jadi papa yang baik buat kamu. Maaf sayang, papa mohon kamu bertahan, papa akan bawa kamu ke rumah sakit sekarang." ucap Rayyan sembari menggenggam tangan sang anak dengan pelan.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILLIAM'S
Novela Juvenil"Abang!!" Suatu kebahagiaan bagi mereka berenam karena berhasil mengerjai adeknya. The William's? Ya mereka 7 bersaudara dari keluarga William yang setiap harinya berantem mulu kerjaannya. Dengan segala tingkah mereka, keunikan mereka, persaudaraan...