***
"Eunghh..."Salah satu dari mereka melenguh pelan lalu perlahan membuka matanya kemudian melihat sekelilingnya dan mendapati semua saudaranya masih terlelap tapi ia merasa ada yang kurang.
"Loh Rakha mana?" gumamnya.
Kayaknya ia melupakan sesuatu bahwa sang adek udah ga ada.
"Apa dia di bawah ya?"
"Gue cek ajalah." ujarnya lalu beranjak mencari sang adek tanpa membangunkan siapapun.
"Rakh, Rakha?" panggilnya setelah keluar dari kamar dan turun ke bawah mencari keberadaan sang adek.
"Dek, lu dimana?!"
Ia mencari Rakha ke seluruh ruangan tapi tidak ada, kemudian ia berjalan menuju taman belakang tapi nihil, disana juga tidak ada. Wajahnya seketika cemas kala adeknya yang tidak kunjung ketemu.
Ia kembali ke dalam rumah dan berlari menuju lantai atas dimana kamar Rakha berada sembari memanggil semua abangnya.
"Abang!!!"
Brakk
"Bang Kiesha, bang Rizwan, bang Zayyan!! Abang!! Woi lu pada denger ga sii?!!"
"Bang Rey, bang Rassya, bang Fateh!!! Bangun bang!! Abang bangun!!" teriak Afan sembari membuka pintu kamar dengan tidak santainya.
"Abanggg!!!"
"Ck. Apaan sih dek?" tanya Rey yang bangun pertama kali lalu di susul dengan yang lain.
"Kenapa sih Fan?" tanya Fateh sembari mengucek matanya yang sontak langsung ditahan sama Rassya yang berada tepat disampingnya.
"Jangan dikucek, nanti sakit." ucap Rassya yang langsung dituruti oleh Fateh.
"Bang, Rakha mana? Kok Afan cari kemana-mana ga ada? Rakha lagi keluar ya?" tanya Afan berturut-turut yang sontak membuat semua abangnya terdiam.
"Bang kok diem aja? Afan tanya adek mana? Kok ga ada? Jawablah bang jangan diem aja." ucapnya kesal.
Mereka menatap Afan dengan sendu kala menyadari ia lupa bahwa si bungsu telah tiada.
"Dek, kamu lupa?" tanya Rizwan lirih.
"Hah?! Lupa? Lupa apa bang?"
"Rakha kan udah pergi dek."
"Pergi ke mana? Kok ga ngajak Afan?" tanya Afan yang masih belum mengingat kejadian kemarin.
"Dek, kamu beneran lupa?"
"Lupa apa sih bang? Ga jelas lu pada."
"Rakha udah pergi ninggalin kita dek, Rakha udah meninggal. Rakha udah pergi untuk selamanya." ucap Rey pelan.
Deg
Lututnya seketika melemas, air matanya menetes begitu saja. Kenapa? Kenapa ia bisa melupakan hal itu, lupa kalau adeknya udah ninggalin mereka semua kemarin.
"Hiks hiks Afan hiks lupa hiks kalau adek udah ga ada hiks hiks..."
Mereka semua sontak mendekat ke arah Afan dan memeluknya begitu erat guna menenangkan.
"Kamu kayak gini karena kamu belum bisa ikhlasin Rakha. Belajar ikhlasin adek ya, kasian adek kalau kamu kayak gini. Bisa kan dek?"
"Hiks hiks susah bang, ga semudah itu buat ikhlasin adek hiks. Kenapa harus adek aku bang? Kenapa harus adek yang pergi duluan hiks hiks. Afan masih pengen adek disini sama kita hiks hiks."
"Udah takdirnya Rakha, dek. Kita juga ga bisa berbuat apa-apa. Kita cuma perlu ikhlasin dan doain buat Rakha. Kamu bisa kan lakuin itu? Ikhlas ya biar adek tenang disana."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE WILLIAM'S
Teen Fiction"Abang!!" Suatu kebahagiaan bagi mereka berenam karena berhasil mengerjai adeknya. The William's? Ya mereka 7 bersaudara dari keluarga William yang setiap harinya berantem mulu kerjaannya. Dengan segala tingkah mereka, keunikan mereka, persaudaraan...