7. MARAHNYA SANG TOKOH UTAMA

32 10 3
                                    

Sejak saat itu Senja dan Naufal semakin dekat. Mereka sudah mulai mengobrol santai dan bercanda layaknya teman satu kelas pada umumnya.

Ketika Senja yang  tengah merapikan tempat duduknya  melihat Naufal tengah menonton anime bersama Traffic di belakang kursi yang ia duduki, Senja samar-samar mendengar suara anime yang sangat tidak familiar di telinganya. Dia pun segera melangkah kaki kearah mereka berdua.

"Eh itu bukannya anime Tokyo Reverngers ya?" tanya Senja pada mereka berdua.

Naufal mengentikan streaming anime di ponsel yang saat ini tengah populer karena perilisan season kedua. "Iya, nih."

Senja tersenyum sumringah. "Gue juga udah pernah nonton tau! Tapi ngga sampe selesai."

Senja lihat raut wajah Naufal sepertinya sedikit tertarik dengan obrolan dari Senja pun menyahut, "coba kamu tonton deh, aku aja udah sampai season kedua loh."

"Iya?? Gue ngga sempet nonton karena sibuknya tugas-tugas. Jadi belum ada waktu luang," kilah Senja.

Traffic yang sejak dulu memang tidak suka melihat Senja bahagia ia pun menyela, "udahlah, Fal. Ngga usah diladenin, orang kek gitu tu cuma akal-akalannya doang biar bisa deketin lo. Ketara banget basa-basinya."

Senja mengeram marah. "Lo dari dulu kayaknya ngga suka sama gue, deh. Kenapa? Ada masalah apa lo sama gue?!"

Traffic berdecih keras. "Gue ngga suka sama lo karena sifat lo yang dikit-dikit gampang banget deket sama orang." Traffic menjeda menatap kearah Naufal, "lo jangan mau sama dia–" tunjuk Traffic kearah Senja. "Dia itu friendly sama siapapun, apalagi sama kalangan buaya."

"–Cih, keliatan banget murahannya," lanjut Traffic.

Nafas Senja memburu, bahkan ia tidak menyadari bahwa mata Senja sudah tergenang oleh air matanya sendiri, kalau saja Senja tidak mengerjapkan mata, mungkin saat ini juga air matanya jatuh.

Sial.

Tidak ada yang baik-baik saja diperlakukan seperti ini, apalagi direndahkan di depan orang lain.

Pran yang tidak sengaja mendengar keributan pun berjalan ke arah mereka dengan membawa buku tulis yang sepertinya milik Senja. Ia menghentikan langkahnya tepat di samping Senja.

"Sepertinya ucapan lo udah dibatas kewajaran deh, Traffic. Lo disekolahin kan? Harusnya lo tau kalo ucapan lo itu udah keterlaluan."

Pran menarik tangan Senja menjauhi Traffic dan Naufal. Senja mengikuti Pran tapi ia merasakan sentakan di lengan satunya. Senja tak tau bagaimana, tapi Senja sadari ia sudah terhempas di lantai.

"Senja!" Naufal turun tangan, ia segera menghampiri Senja dan membantunya berdiri. Tangan Naufal terkepal erat sesaat setelah melepaskan tangannya dari pegangan Senja. Senja tidak tau apa yang terjadi, cepatnya pukulan Naufal yang diarahkan Traffic selaku teman dekatnya.

"Naufal! Gue gapapa," kata Senja sambil mencengkram lengan Naufal.

Tapi mata Naufal berkilat marah dan Traffic menyeringai.

"Lo emang temen gue–"Tunjuk Naufal mengarah Traffic. "Tapi temen gue ngga pernah ngerendahin yang namanya perempuan. Apalagi sampai kasar seperti itu."

Semua yang berada di ruang kelas terdiam melihat pertikaian antara Naufal dan Traffic yang notebenenya teman baik. Senja tidak tau apa yang ia rasakan saat ini. Senang karena Naufal membelanya atau sedih sebab karena gadis itu pertemanan Naufal dengan Traffic terancam bubar.

"Minta maaf padanya."

"Naufal...udah. Gue gapapa," ucap Senja lirih memohon.

"Gue bilang minta maaf!" teriak Naufal. Tentu saja teriakan itu mengundang banyak perhatian. Naufal yang katanya anak pendiam dan bawaannya tenang, kini terlihat marah dan itu cukup mengejutkan bagi mereka. Bahkan tidak ada yang berani mendekati Naufal.

Traffic memutar bola matanya lalu berdiri dan meninggalkan kelas tanpa sepatah kata.

Naufal menghembuskan nafas kasar. Kemudian ia menoleh kearah Senja dengan nafas yang mulai teratur. "Apa kamu baik-baik saja?"

Senja mengangguk cepat.

"Huh.. syukurlah," katanya tersenyum lega. Manis sekali.

"Emm... Terima kasih ya," kata Senja canggung.

Ponsel yang berada di meja Senja bergetar.

Lo kemana? buruan turun! Gue udah nungguin lo setengah jam, sialan!

Senja menepuk dahi. Sial. Senja lupa bahwa ia berjanji untuk menemui Mara di samping taman.

"Maaf, ini gue dapet pesan dari Mara. Gue duluan ke bawah ya. Atau lo mau ikut ke bawah sekalian?"

Sekali lagi Naufal tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Kamu duluan saja. Aku masih mau nyelesain anime aku."

Senja mengangguk-angguk dan berlalu meninggalkan Naufal.

-o0o-

"Di grub kelas rame, katanya Naufal marah sama Traffic? Itu ceritanya gimana?" tanya Mara sesaat Senja sudah duduk di sebelahnya.

Senja membuang nafas pelan. "Itu, gue tadi kan tanya-tanya sama mereka seputar anime kesukaan Naufal, nah lo tau sendiri kan gimana ngga sukanya Traffic ke gue? Jadi ya gitu deh, Traffic ngga terima kalo temennya itu terlalu deket sama gue," jawab Senja seadanya.

Mara mengernyit lalu memperbaiki posisi duduknya menghadap Senja. "Gimana-gimana, gue ngga ngerti deh. Terus si Naufal marah karena apa?"

Senja menyugar rambut hitamnya. "Naufal ngga terima tangan gue disentak sama tu Traffic. Alhasil gue jatoh deh tadi."

Mara yang mendengar pertanyaan Senja langsung memeriksa keadaan Senja. "Tapi lo gapapa kan? Ngga ada yang sakit? Gila aja si Traffic sialan! Harus gue pukul tu orang," kata Mara berapi-api, bahkan ia sudah bersiap beranjak dari tempat duduknya sebelum dicegah oleh Senja.

"Udah gapapa. Gue gapapa kok, gada yang luka," kata Senja memberitahu Mara terkait kondisinya.

Mara mengangguk meski sedikit tak terima.

"Yauda ayo ke kantin," ajak Senja.

Mara menghembuskan nafas pelan. "Ayo."

Mereka pun berjalan menuju kantin sekolah dengan tangan Senja yang merangkul bahu Mara.

Diary Untuk Naufal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang