13. PESONA TELAK NAUFAL

8 1 0
                                    

Sejak jam kedua pelajaran biologi, Senja tak henti-hentinya tersenyum. Apa katanya Naufal? menyukai senja? Senja sebenarnya tidak ingin kegeeran. Karena konteks dalam percakapan tadi mengenai tugas mereka, bukan kisah asmara. Tapi kenapa Naufal tidak memperjelas saja jika menyukai langit senja? bukan hanya kata Senja? Jadinya kan Senja salah tingkah sendiri.

Ketika Senja tengah asik melamun, tiba-tiba Dewi menepuk pundak Senja. "Lo liat itu? Briana. Adek kelas kita yang bodynya manteb," ungkapnya sembari menunjuk kearah yang ia tuju.

"Dia katanya orang kaya. Cantik sih, tapi seneng tebar pesona. Nah tu anak ya, katanya naksir sama Naufal."

Senja menatap kearah yang ditunjuk Dewi dengan kening mengerut. Memang sih yang dikatakan Dewi tidak bohong, gadis yang memakai bandana itu cantik. Tapi sepertinya sangat tidak cocok disandingkan dengan Naufal. Entahlah.

"Nah, katanya dia sampai minta nomornya si Naufal sama guru praktikum. Gila ngga sih? Kok ada ya, orang senekat itu?"

Oke, untuk kali ini Senja ketinggalan informasi banyak. Briana? Dia tidak begitu kenal. Tetapi jika teman Briana yang disebelah kanannya, Senja sudah pasti tau. Dia Rara, adik sepupu Naufal. Jika bukan karena penjelasan dari Naufal dulu, sampai saat ini Senja pasti masih salah paham.

Mara mengentikan minumnya dari sedotan. "Hah?!"

"Kapan itu? Kok gue ngga denger beritanya? Biasanya kan Pran sama Dio udah koar-koar dulu tuh, apalagi sama fans Naufal."

Yang dikatakan Mara sangat mewakili keingintahuan Senja. Untuk maksud dari fans Naufal itu hanya beberapa anak yang memang suka dengan Naufal. Padahal di sekolahan laki-laki itu sangat pendiam. Tetapi herannya malah banyak yang suka. Memang benar ya, diam adalah emas. Seperti Naufal itu, diam menjadi murid emas yang diidamkan para murid siswi SMA GALAKSI.

Dewi menoleh kearah Mara. "Udah sejak seminggu lalu, padahal berita itu udah tersebar luas. Masa kalian ngga tau sih?" Dewi menatap Mara dan Senja secara bergantian dengan perasaan heran.

Kemudian gantian Mara menatap Senja dengan isyarat yang hanya mereka berdua tau. Namun hanya dibalas gelengan dari Senja.

Senja benar-benar tidak tau untuk berita satu ini. Gadis itu memang tidak pernah meninggalkan satu pun yang berkaitan dengan Naufal, tapi untuk kali ini Senja kecolongan.

Mara menepuk pundak Senja berkali-kali. "Eh, lihat-lihat, si Naufal dateng."

Senja dan Dewi langsung mengikuti arah pandang Mara yaitu menuju kearah pintu kantin yang letaknya berlawanan dengan Mara tadi. Benar saja, tampak Naufal dan teman-teman sekelasnya masuk kekantin dengan wajah Naufal yang seperti biasa, triplek. Secepat kilat, Briana adik kelas mereka langsung menghadang Naufal sembari membenarkan rambut panjang hitamnya.

Tampak mereka tengah berbincang dengan Briana yang antusias dan hanya dijawab Naufal seadanya. Sangat terlihat jelas jika Briana secara terang-terangan mendekati Naufal.

"Kalo menurut gue sih ya, mereka ngga cocok sama sekali."

"Liat kelakuannya tuh, kek kurang belaian aja. Padahal cuma adek kelas." Dewi memang dikatakan memiliki mulut pedas jika sudah berurusan dengan gosip.

"Eh, tau ngga sih. Mereka cocok banget tau, lucu. Emang bener ya seleranya Kak Naufal tu kek Briana. Cakep, kaya, anaknya guru lagi."

Senja, Mara, dan Dewi tentu jelas mendengar celetuk dari arah belakang mereka. Di belakang mereka memang terdapat beberapa segerombolan cewek adik kelas. Mungkin itu teman Briana, atau memang mengagumi sosok Briana itu. Sudah sangat jelas bagaimana mereka memuja seorang Briana. Padahal mah biasa-biasa saja!

"Eh, kalian matanya buta ya? Sekelas Naufal ngga bisa disandingkan sama tu cewek gatel." Dewi dengan emosi langsung melabrak segerombolan cewek tersebut. Mungkin Dewi juga tidak terima, teman kelasnya disandingkan dengan adik kelas yang menurutnya jauh dari kata baik.

Segerombolan cewek itu langsung berdiam kicep, tanpa berniat membalas.

Senja langsung mengelus pelan bahu Dewi. "Udah-udah, kalaupun mereka emang ada hubungan ya gapapa sih, bisa jadi Naufal memang nyaman sama Briana." Bohong! Sudah pasti yang dikatakan Senja hanya bualan semata. Senja tentu tak terima dan merasa cemburu, apalagi tadi ketika waktu pelajaran biologi Naufal sangat aktif berinteraksi dengannya. Ia tak ingin jika adik kelasnya yang baru kenal Naufal sebentar sudah membuat atensi Naufal beralih pada gadis tersebut.

Senja tau, Naufal bukan siapa-siapanya. Tapi cemburu itu perasaan universal. Milik siapa saja bahkan buat yang tak berhak pun. Termasuk Senja.

-o0o-

Pembahasan di kantin membuat Senja tidak fokus dalam pembelajaran. Berkali-kali Senja mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak memikirkan. Tetapi tetap saja tidak bisa.

Tidak ada yang mampu menolak pesona dari Briana, meski sekalipun Naufal. Siapa sih yang tidak menyukai gadis kaya? cantik lagi. Realistis saja, lelaki jaman sekarang memang menyukai cewek yang berduit. Meski kemungkinan besar seorang Naufal tidak melihat cewek dari segi ekonomi, tapi siapa yang tau, kan?

Saat Senja sibuk dengan dunianya, tiba-tiba ada timpukan dari bola kertas yang mengakibatkan Senja membuyarkan lamunannya. Gadis itu mencari sosok yang melempari bola kertas yang ternyata Naufal.

"Kenapa?" Senja bertanya dengan membisik. Lelaki itu tersenyum miring, membuat Senja bertanya-tanya.

Tiba-tiba Naufal beranjak dari tempat duduknya dan membuat Bu Ana selaku guru bahasa Indonesia berhenti menerangkan materi. Beliau menatap Naufal sembari menurunkan sedikit kacamatanya.

"Hei, mau kemana Naufal?" Bu Ana bertanya yang membuat semua isi kelas mengalihkan atensinya kearah Naufal. Termasuk Senja.

Naufal terdiam sejenak lalu berjalan menuju tempat duduk Senja. "Mau pinjem pulpen Bu, pulpen saya habis."

Perkataan Naufal sontak membuat Senja tersenyum malu. Naufal meminjam barangnya lagi. Dengan cepat Senja mencari pulpen doublenya dan memberikan Naufal. Lalu lelaki itu mengucapkan terimakasih dan kembali ke tempat duduknya.

Mara yang melihat itu langsung menyenggol lengan Senja berniat menggoda. Senja tentu langsung tersenyum malu.

"Ya elah, Bu. Padahal ada saya loh yang deket sama Naufal, punya pulpen double lagi. Tapi kok Naufal jauh-jauh pergi ke tempat duduk Senja cuma pinjem pulpen. Gimana tanggapannya, Bu?" Pran dengan keras menggoda Naufal membuat seisi kelas menyerukan mereka berdua dengan nada menggoda.

Bu Ana yang memang orangnya asik langsung menyahut. "Kan pulpen Senja spesial, Pran. Gitu aja harus dijelasin," ujar bu Ana dengan nada jenaka.

Semua anak-anak langsung berteriak heboh. Akhirnya prince ice kelas sudah mencair. Namun ada juga salah satu anak perempuan yang tidak suka melihat itu. Sebut saja Icha. Gadis itu terang-terangan berdecih keras. Dan menatap Senja tak suka. Icha memang menyukai Naufal sejak tiga bulan lalu, hanya karena Naufal sering satu kelompok dengannya membuat gadis tersebut memiliki perasaan terhadap Naufal.

Sedangkan yang ditatap hanya tertawa keras pura-pura tidak terlalu dipikirkan. Padahal aslinya, Senja senang bukan main dan menutupi salah tingkahnya dengan tertawa keras. Senang rasanya Naufal meminjam barangnya, apalagi banyak anak yang menggodanya. Intinya hari ini Senja dibuat seperti rollercoaster, dibuat jatuh lalu diterbangkan lagi dengan perlakuan Naufal.

Diary Untuk Naufal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang