14. KELIRU

4 1 0
                                    

Saat di rumah, Senja tengah menyibukkan diri dengan buku diarynya. Sudah satu jam lebih Senja menulis diary diatas kertas. Namun tiba-tiba celetuk dari belakang membuat Senja langsung menutup buku diary dengan acak, membuat buku kecil itu tidak benar-benar tertutup.

"Naufal Putra Galaksi. Siapa itu Kak? Pacar kamu ya?" Mama Nata bertanya menggoda Senja.

Gadis yang tengah salah tingkah itupun buru-buru membereskan mejanya dan membalikan tubuhnya.

"Ih, mama nih masuk ngga ketuk pintu dulu," gerutu Senja.

Mama Nata menggelengkan kepala dan menahan untuk tidak tertawa. Anaknya ternyata sudah dewasa, ia sudah berani memiliki perasaan untuk seorang laki-laki.

"Mama juga udah pernah muda kalik Kak, ngga usah malu-malu gitu, ih."

Senja yang mendengar itu tambah salah tingkah sendiri. "Apaan sih, Ma. Aku ngga suka siapa-siapa loh."

Ucapan Senja tenyata membuat mama Nata tidak kuasa menahan tawanya. Mama nata tergelak. Senja mengernyit heran. Setelah beberapa detik mama Nata mengentikan tawanya.

"Padahal Mama ngga bilang kalo Senja suka sama orang, loh."

Senja langsung merona malu. Sial, karena kecerobohannya membuat gadis itu terjebak permainan ibunya.

"Aduh-aduhh, Ma. Udah deh, mama itu kesini mau ngapain?" Senja sengaja mengalihkan topik pembicaraannya agar tidak semakin panjang. Bisa gawat jika mamanya tau kisah asmaranya, dia kan falling in alone. Alias cinta sendiri, Naufalnya entahlah.

"Mama kesini tadi udah manggil kamu berkali-kali buat makan malam, Mara udah marah-marah tu nunggu kamu ngga keluar dari tadi."

Senja mengangguk. "Yaudah mama duluan. Aku mau beresin ini sebentar, setelah itu aku nyusul mama."

Mama Nata tersenyum dan mengangguk. "Tapi jangan lama-lama ya?"

"Iyaa, Ma."

Setelah itu mama Nata meninggalkan kamar Senja. Gadis pemilik kamar itu pun langsung menghela nafas lega, lalu dengan cepat membereskan beberapa buku dan juga laptop untuk ia simpan di tempat seharusnya.

                                           -o0o-

"Woi, woi, woi! Kalian tau ngga? Briana yang kemarin deket sama Naufal?" tiba-tiba Senja dan Mara dikagetkan dengan kehadiran Dewi di kantin.

Senja langsung tersedak es kopinya. Sial. Apa saja yang menyangkut pembahasan lelaki itu membuat Senja berlebihan.

Mara membantu Senja dengan memberikan tisu. Lalu kembali menatap Dewi. "Iya, kenapa lagi nih?"

Terlihat jika Dewi tengah berusaha mengatur nafasnya dengan menghirup lalu membuang nafas berkali-kali.

Dewi berdehem. "Okey, katanya nih si Briana ditolak sama Naufal!"

Senja yang mendengar itu langsung mengentikan kegiatan mengusap mulutnya dengan tisu.

"Darimana lo tau?" Kali ini Senja bertanya dengan mengerutkan kening.

"Gue denger adik kelas yang kemaren gue labrak. Ketika gue mau kesini, mereka lagi ngobrol di samping taman. Otomatis gue denger percakapan mereka dong."

Jika ada kompetisi ajang bergosip, Senja yakin Dewi akan masuk juara umum. Apapun yang tengah jadi perbincangan, gadis itu sudah tau lebih dahulu. Bahkan Senja yang notebenenya orang yang paling menyukai Naufal sejak lama, dia sering tertinggal berita. Tapi bedakkan dengan berita dan kebiasaan Naufal. Jika masalah kebiasaan laki-laki itu, sudah pasti Senja tau semuanya.

"Terus?" Celetuk Senja.

Dewi langsung berdecak seraya memutar matanya geram. "Teras terus! Ya lo pikir aja sendiri, sekelas Briana yang tajir aja ditolak, apalagi kita yang macam rengginang ini?! Ya meski buat gue ngga selevel ya karena dia adik kelas. Tapi kalo masalah tajir melintir gue angkat tangan deh. Gue ngga sekaya itu."

Kalimat Dewi memang tidak ada yang salah, tapi membuat Senja terdiam. Benar, sekelas Briana anak guru aja ditolak, apalagi dirinya? Tidak ada yang bisa dibanggakan dari seorang Senja. Apalagi masalah ekonomi, uang saku saja ia sering kekurangan, karena harus berbagi dengan Mara.

"Emang bener ya temen kita si Naufal keren banget. Tapi agak aneh, kenapa dia nolak cintanya Briana?"

Mara yang sedari tadi mendengarkan, kali ini ia menyahut. "Justru karena itu jadi banyak cewek-cewek yang penasaran sama dia. Tapi, gue penasaran deh, siapa ya yang bakal dipacarin Naufal?" Mara pura-pura bertanya dengan mata sesekali melirik kearah Senja.

Senja diam-diam juga menanyakan pertanyaan umum itu, dia penasaran siapa yang bisa memenangkan hati seorang Naufal. Apakah ia bisa? Sedangkan dia tidak memiliki hak istimewa yang bisa dipamerkan kepada Naufal.

Dewi langsung tiba-tiba menggebrak meja kantin pelan. "Nah gue cuma penasaran sama itu!"

Percakapan itupun terhenti ketika tiba-tiba Naufal datang dari arah pintu kantin dengan seorang perempuan yang menggandeng tangannya. Senja dan Mara yang notebene duduknya langsung mengarah pintu kantin melihat pemandangan itu terkejut.

Dewi mengerutkan kening menatap wajah dua saudara itu yang tampak terkejut. Ia membalikkan tubuhnya guna melihat arah pandang mereka. Seketika Dewi langsung menjerit.

"WHATTT??"

Jeritan Dewi mengundang beberapa anak yang berada dekat dengan mereka langsung menatap Dewi, tapi sepertinya gadis yang menjadi bahan perhatian tidak peduli.

Dewi langsung menatap Senja dan juga Mara dengan tidak percaya.

"gila, gila, bener-bener gila! Jadi ternyata diam-diam Naufal sama Priska JADIAN? Selama ini mereka breaksteat?

Kali ini Senja benar-benar tidak bisa memiliki pernyataan tegas untuk menyangkal itu semua. Naufal dan Priska? Teman kelasnya sendiri?

Sebentar-sebentar, Senja terduduk tegak, terdiam memikirkan sesuatu yang ia sadari–sebuah pemikiran berdasarkan pengamatan dan keterampilan cocokologi yang ia miliki. Tampaknya otaknya mulai memahami apa yang sebenarnya terjadi. Ia tidak ingin berpikiran buruk, tapi sepertinya yang terjadi memang seperti itu.

Bagaimana jika Naufal sering meminjam pulpennya bukan karena memang ingin meminjam, tetapi hanya karena ingin atensi Priska yang duduk di depan Senja teralih penuh kearah Naufal? Lalu, saat Naufal melempari bola kertas sebenarnya ia juga bukan untuknya? Melainkan Priska, tetapi malah salah sasaran?

Gadis itu menatap Naufal yang tengah menatap Priska. Tatapan Senja lantas beralih kearah Priska. Kemudian kembali lagi ke Naufal secara bergantian. Bagaimana jika selama ini, Naufal ternyata mendekati Senja karena Priska?

Ya Tuhan, Senja menepuk keningnya. Naufal menyukai Priska bukan?

Diary Untuk Naufal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang