15. JADI, HARUS BAGAIMANA?

4 1 0
                                    

Kelas 12 IPA 1 begitu ramai sehabis jam istirahat, guru belum datang untuk mengajar. Dan kelas pun seperti biasanya, ramai.

Di berbagai tempat banyak yang asik bermain ponsel, tetapi ada juga yang aktif mengobrol dan bermain-main seperti yang dilakukan Naufal dan Pran.

Senja terkikik melihat Naufal terkena jepretan jari dari Pran. Mereka berdua memang sedang bermain jepretan jari, membuat kedua punggung tangan mereka penuh dengan bekas jepretan, bahkan sampai berwarna merah.

Sayangnya permainan tersebut terhenti ketika melihat Pak Rossi masuk ke kelas. Semua yang tadinya asik bermain, lantas bergegas menuju tempat duduk masing-masing. Sementara Naufal seperti biasanya, beranjak dari tempat duduknya untuk meminjam pulpen.

"Pinjem pulpen." Ia berkata.

Senja lantas mengambil pulpen yang biasa Naufal pakai dari tempat pensilnya. Kemudian menyerahkan padanya. Namun, alih-alih mengambil pulpen yang ia berikan, Naufal justru berjalan kedepan menuju tempat duduk Priska dan mengorek-ngorek isi tempat pensil Priska dan meminjamnya, membuat tangan Senja yang dilewatinya melayang di udara. Naufal lantas kembali ke tempat duduknya dengan santai, tidak menyadari jika raut wajah Senja berubah. Gadis itu mengedikkan bahu dan meletakkan pulpennya ketempat semula.

"Pris, pinjem penggarisnya dong." Naufal yang biasa meminjam pada Senja kini kembali mengorek-ngorek isi tempat pensil Priska.

"Ngga mau ih, mau gue pake." Priska lebih dulu menyerobot penggarisnya sendiri.

"Pinjem ngga?! Pinjem ngga?!

Senja tertawa kecil saat melihat Naufal membuat-buat wajahnya selagi berebut penggaris Priska. Senja mengeluarkan penggarisnya dari tempat pensil lalu ia serahkan kepada Naufal. "Nih Fal, pake barang gue aja."

Namun justru pria tersebut hanya melirik tanpa berniat mengambil.

"Yaelah, gue pinjem komik lo aja deh." Naufal akhirnya melepas penggaris Priska dan justru mengambil komik anime milik gadis itu. Lelaki itu lantas kembali ke tempat duduknya dengan menggunakan komik sebagai penggaris dengan tersenyum kecil.

Melihat Naufal sudah mendapatkan barang yang diperlukan, membuat Senja kembali meletakkan barangnya kedalam tempat pensil.

-o0o-

"Lo tau ngga sih kenapa Naufal sama Priska bisa deket?" Saat bel pulang sekolah berbunyi, Senja dengan gesit langsung menghampiri Dewi agar berjalan bersama, bahkan ia sampai lupa meninggalkan Mara di kelas.

Dewi menoleh kearah Senja. "Kenapa emangnya? Jangan-jangan, lo beneran suka ya sama si Naufal?"

Senja gelagapan, ia langsung menggelengkan kepala. "N-ngga! Maksud gue itu padahal mereka jarang banget kan berinteraksi di kelas kalo bukan cuma nanyain tugas? Maksudnya, kok bisa gitu loh?"

SIALL

Bahkan Senja bingung cara menjelaskannya. Terlihat sekali jika berbelit-belit dari pengucapan membuat Dewi mengerut kening curiga. Tapi ketika melihat raut wajah Senja yang dibuat biasa saja membuat Dewi mengangguk-angguk.

"Bener sih gue aja kaget ngeliat kejadian di kantin tadi. Tapi herannya, kok ngga ada yang ceng-cengin tu berdua ya? Misal Pran atau Dio gitu? Dan satu lagi, setau gue Priska tipe cewek yang lebih suka cowok modelan Pran yang banyak tingkahnya. Bukan kek Naufal yang pendiem. Tapi ngga tau juga sih ya, akhir-akhir ini tu sifat Naufal sedikit beda, maksudnya ngga sekaku dulu ngga sih? Apa itu karena Priska? Jadi kepengen merubah sifatnya?"

Perkataan dan pertanyaan panjang dari Dewi cukup membuat Senja terdiam dan memikirkan banyak hal. Salah satunya tentang sifat Naufal yang dikatakan cukup berbeda sembilan puluh derajat.

Naufal memang berbeda semenjak akhir-akhir ini, lelaki itu semakin banyak tingkah ketika di dalam kelas. Bahkan ia tak malu ketika bertingkah konyol di hadapan teman-temannya. Senja kira selama ini, Naufal sudah cukup dekat dengannya, tetapi ia keliru. Selama ini Naufal memiliki niat tertentu dekat dengan Senja.

Memikirkan itu membuat Senja khawatir, apalagi waktu pelepasan sekolah sudah semakin dekat. Ia takut jika kekhawatirannya ternyata benar, bahwa Naufal menyukai Priska, dan mereka tengah menjalani hubungan secara diam-diam.

Lama Senja melamun tiba-tiba tepukan bahu menyadarkan gadis itu. "Lihat-lihat. Naufal pulang sama Priska. Boncengan lagi," bisik Dewi dengan menunjukkan kearah gerbang sekolah. Saat ini memang Senja dan Dewi tengah berjalan di koridor lobi sekolah, otomatis mereka berdua melihat kejadian itu.

Lagi-lagi Senja hanya terdiam ketika melihat Naufal mengenakan helmnya pada Priska. Padahal ketika bersamanya, laki-laki itu tidak bersikap seperti itu.

Apakah ia benar-benar kalah kali ini?

"Fix ini mah bener kalo mereka breaksteat. Alias pacaran diem-dieman. Ngga heran ya seleranya Naufal kek Priska. Udah jelas sih, dia ceweknya cakep, bening lagi. Katanya juga nih ya, bokapnya itu keturunan Jepang. Makannya dia pinter kalo ngomong Jepang."

Pantas saja Priska memiliki mata sipit. Ternyata gadis itu memiliki darah Jepang. Benar apa yang dikatakan Dewi, selera Naufal tinggi-tinggi, dan Senja tidak cukup menggapainya. Bahkan yang menyukai Naufal dari kalangan atas, berbeda dengan dirinya. Ia hanya gadis biasa-biasa saja yang menyukai Naufal. Lagi-lagi Senja harus menghela nafas berat.

"Yauda gue duluan ya, bokap gue udah jemput gue di pinggir gerbang." Dewi berpamitan Senja dengan menepuk-nepuk pundak Senja.

Senja langsung mengalihkan perhatiannya kearah Dewi dan tersenyum mengangguk. Saat ia melihat Dewi sudah cukup jauh dari jarak pandang, Senja berinisiatif ingin mengirimi pesan untuk Mara, tetapi ia sudah dikejutkan dengan kehadiran saudaranya itu di samping.

"Gila lo ninggalin gue!"

Biasanya Senja akan membalas dengan guyonan, tetapi saat ini Senja sedang dalam mood buruk, sehingga ia hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan meninggalkan Mara begitu saja.

Diary Untuk Naufal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang