16. Asing

1.2K 96 1
                                        

Kampus akan selalu terlihat ramai. Kayaknya tidak akan pernah terlihat sepi meski hari memasuki tanggal merah sekali pun. Ada saja yang datang hanya untuk mengisi hari luang atau hanya iseng datang kemudian pergi.

Terkadang Nala suka bertanya-tanya kenapa mereka memilih untuk meluangkan waktu ke kampus daripada tiduran di kamar dengan kasur yang empuk?

Tapi pada akhirnya Nala pun ikut menginjakkan kakinya ke kampus tercinta demi membuat nametag. Hal itu seakan terus menggentayangi Nala sejak kemarin hingga Nala sulit tidur semalaman.

Dan sebelum Rama menanyakannya lebih dulu, Nala berinisiatif untuk segera mengerjakannya.

"Kamu beneran nggak mau makan lagi?"

Raskal muncul dari balik pintu dengan membawa bungkusan di tangannya. Lalu Raskal menarik kursi kosong dan duduk di samping Nala. Hari ini ia pun juga libur namun Raskal tak akan biarkan Nala pergi sendirian ke kampus. Selain nggak ada kegiatan, dan mengingat Rama masih berkeliaran di antara mereka Raskal hanya mencegah sesuatu hal yang tak diinginkan terjadi.

Berduaan di ruangan misalnya.

Nala mendongak dan tersenyum manis saat mencuri pandang ke arah Raskal. Sesampainya mereka ke kampus Nala langsung ke ruang BEM sementara Raskal melipir ke kantin untuk membeli minuman dingin. Pagi ini cuaca sangat terik, jadinya Raskal berinisiatif membeli minuman dingin untuk mereka nikmati.

"Tadi kan udah makan roti lapis Kak Tama. Aku masih kenyang. Aku mau minum aja." Nala cekikikan dan kembali memeriksa pekerjaannya, pagi ini ia tidak ketinggalan merecoki sarapan Kakaknya dan Kak Tama mengomel sepanjang pagi.

Raskal memberikan satu botol minuman dingin setelah ia membukakannya lebih dulu untuk Nala minum. Lalu Nala langsung meraihnya dan meminumnya penuh semangat sampai tetesan minuman keluar dari ujung bibir Nala.

Raskal sigap menyeka ujung bibir Nala dengan ibujari lalu mengarahkan ibujarinya ke mulut Raskal. "Pelan-pelan minumnya."

"Aku haus." Nala merengut manja dan kembali pada nametag di atas meja. Lalu Nala menunjukkan nametag yang tertulis nama Raskal di potongan karton besar. Belum Nala gunting dan ukir membentuk pola seperti yang direncanakan. Rencananya setiap nametag berbentuk pola yang berbeda-beda. Biar unik saja ketika dilihat, kata Denis pada saat mereka melakukan pertemuan sebelumnya.

"Nama mu nanti aku bentuk.." Nala bergumam sambil menempelkan nametag ke dada Raskal. Raskal menunduk melihat namanya ditempel. "loveeee.. yup! Nanti aku bentuk love aja, khusus buat kamu." Nala cekikikan membayangkan nama Raskal dibentuk seperti itu. Terlihat lucu dan gemas untuk Raskal yang terkenal dingin.

"Kalau gitu, seharusnya di sini bukan nama ku yang kamu tulis." Raskal meraih tangan Nala dan mengusapnya lembut.

"Oh-harusnya siapa?"

Raskal merebut nametag di tangan Nala dan meletakkannya tepat di mana jantungnya berdebar menatap Nala.

"Nama mu."

Nala buru-buru menunduk supaya rona merah di wajahnya tidak terlihat. Tapi itu percuma saja karena Raskal tahu bagaimana kekasihnya tersipu dan berusaha menyembunyikannya.

"Nala.."

Dengan wajah tersipu Nala mendongak. Raskal terlihat menghembuskan napas lega.

"Kenapa?"

"Aku kira kamu mimisan lagi."

Nala sontak bangkit Raskal sigap menahan tangan Nala demi menghindari cubitan gemas. Raskal mengingatkan dirinya ketika ia pernah mimisan pada saat awal pendekatan mereka di sekolah dulu. Kak Tama sampai hampir melarang Raskal mengunjunginya ke rumah, takut kalau kedatangan Raskal waktu itu membuat Nala mimisan lagi.

Secret Admirer IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang