Hari ini sangat cerah. Matahari begitu terik menyinari bumi sampai Nala mulai kewalahan sama keringatnya.
Beberapa kali Nala menyeka keringatnya menggunakan tisu. Hampir setengah jam kakinya bergerak gelisah. Arah pandangnya terus menatap pintu, menunggu seseorang muncul dari sana dan menyapa.
Hari ini Nala akan bertemu dengan Kakaknya Raskal—Kak Sandy, yang selama ini Raskal sembunyikan darinya.
Sudah lama sekali Nala diam-diam mengetahui hubungan Raskal dengan kakaknya yang tidak baik-baik saja. Mulanya ketika Raskal tidak pernah menceritakan apapun tentang keluarganya; Ayah dan Kakak--kepada Nala. Dan terkadang ketika Nala tak sengaja menyinggung Kakak dan Ayah Raskal, Raskal akan selalu menghindar permbicaraan itu dengan mengalihkannya. Ditambah dengan Jian yang tak menepis kalau memang hubungan mereka mrmang tidak baik karena Raskal dulu suka ke runah Jian dan memilih sewa dan tinggal di Apartemen.
Setelah tahu hal itu, Nala berusaha untuk tidak mencari tahu lagi tentang keluarga Raskal, meski Nala sangat ingin. Apalagi Kak Tama—ia ingin sekali tahu tentang latar belakang kekasih adiknya satu itu. Raskal akan tampak berbeda kalau Kak Tama sengaja singgung beberapa kali.
Sebaik-baiknya Raskal di matanya, Nala dan Ibu, Kak Tama masih menyimpan rasa was-was. Raskal sulit disentuh bagi Kak Tama. Dan Nala menyadari kewas-wasan Kak Tama.
Balik lagi dengan sosok yang Nala tunggu—mereka mulai bertukar komunikasi ketika ponsel Raskal tertinggal di rumah keluarga dan Kak Sandy langsung mencuri nomor Nala dari ponsel Raskal agar ia bisa menghubungi kekasih adiknya itu. Ketika Kak Sandy berhasil menghubungi Nala, mereka sepakat untuk tidak menceritakan hal ini sama Raskal. Karena pastinya Raskal akan marah dan semakin membenci Kak Sandy.
Setelah berhasil mencuri, Kak Sandy langsung mengajak Nala bertemu. Ia ingin bertemu hanya ingin mengenal Nala dengan baik, katanya. Maka dari itu, hari ini mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe yang terletak dekat rumah keluarga yang masih Kak Sandy tempati jika sedang bertandang ke Indonesia. Dan pertemuan mereka jangan sampai diketahui oleh siapapun—termasuk Raskal. Karena pastinya Raskal akan melarang Nala keras menemui Kak Sandy.
Sedikit informasi yang Nala ketahui bahwa Kak Sandy melanjutkan pendidikannya di Aussie dan bulan ini ia sedang libur. Mungkin pada saat Raskal menemani Nala ke kampus tempo hari, Raskal pamit dengan alasan ada urusan. Ternyata Kak Sandy tiba di Indo minggu dan langusng Kak Sandy mengajak Ayah dan Raskal makan bersama.
Tapi pada saat itu akhirnya pertemuan itu hanya terjadi begitu singkat, karena seperti biasa—Raskal akan pergi lebih dulu karena Ayahnya berulah lagi dan sialnya ponsel Raskal tertinggal. Raskal baru sadar setelah ia tiba di Apartemen dan langsung bergegas balik untuk mengambil ponselnya.
Lonceng di pintu kafe terdengar kesekian kalinya dan Nala tak lelah menoleh untuk mengetahui kali ini siapa yang datang. Dan sosok yang Nala tunggu-tunggu akhirnya tiba—penampilannya begitu santai dengan kaos, celana panjang dan topi menutupi rambut. Posturnya begitu tegap—terlihat angkuh dan ramah secara bersamaan. Sebuah arloji menghiasi satu tangannya sementara satu tangannya lagi menenteng tas kecil.
Kharismatik—begitu penilaian Nala terhadap calon kakak iparnya ini.
"Nala ya?" Kak Sandy memastikan bahwa ia tidak salah orang, tapi Kak Sandy yakin ia Nala mengingat foto display yang Nala pasang di profil media sosial. Diam-diam Kak Sandy juga suka mencari tahu sosok yang menjadi kekasih adiknya itu.
Nala mengangguk dan langsung mempersilakan Kak Sandy duduk di dekatnya. "Maaf ya Nal, tadi macet di perempatan lampu merah. Ada galian jadi jalanannya sempit."
Nala paham situasinya karena tadi ia juga melewati perempatan tersebut. Beruntung tadi Nala pergi menggunakan ojek online. "Iya, Kak, nggak apa-apa kok."
"Saya pesankan lagi minumannya," Kak Sandy menunjuk gelas minuman Nala yang sudah tandas. Terlalu grogi jadi minuman Nala cepat habis. Padahal tadi niatnya mau minum sedikit demi sedikit karena di sini minuman dijual mahal Kalau beli lagi, sayang uangnya. Mending Nala beli minuman di minimarket. Itu pun Nala tadi memesan es teh leci kena empat puluh ribu sudah sama pajak dapat potongan lecinya cuma satu biji.
Nala menggeleng, "nggak usah Kak, aku kembung kebanyakan minum tadi."
Kak Sandy sontak tersenyum, Nala takjub melihat senyuman Kak Sandy. Ada lesung di pipi kirinya. Manis.
"Kayaknya kita bakal lama ngobrolnya. Nggak mungkin kamu cuma liatin aku makan dan minum sendiri." Kak Sandy terkekeh sontak Nala tersipu.
"Aku nggak mau ngerepotin Kakak."
"Nggak ngerepotin buat kekasih adikku." Kak Sandy tersenyum lagi, manis, Nala sampai terpaku beberapa saat. "Nala mau apa—suka yang manis-manis kan?"
Nala hanya mengangguk dan membiarkan Kak Sandy menuju kasir. Pria itu memesan es americano dan es coklat untuk Nala. Untuk makanan Kak Sandy memesan croissant butter untuknya dan softcake untuk Nala.
"Bagaimana kuliah mu dan Raskal? Sudah semester berapa? Lima ya harusnya? Benar nggak? Pasti kalian lagi sibuk-sibuknya seksrang ini?" Kak Sandy langsung menodong pertanyaan setelah meletakkan semua pesanannya ke atas meja.
"Lancar kok Kak. Nggak sibuk banget, cuma memang sekarang aku jadi panitia penyelenggara acara kampus yang akan diadakan hari kemerdekaan nanti, dan Raskal ikut berpartisipasi dalam acara tersebut."
"It sounds good," Kak Sandy mulai menyesap americanonya. Nala juga menyesap es coklatnya. Rasanya sangat enak, tapi pasti harganya mahal. Kali ini Nala harus minum sedikit demi sedikit. Melihat Kak Sandy santai bersamanya, groginya perlahan berkurang.
"Acaranya seperti apa nantinya? Ada perlombaan gitu?"
"Nggak perlombaan sih, Kak, programnya nanti akan ada banyak penggambar menggambar di dinding gedung kampus bertema kemerdekaan. Nanti Raskal akan menggambar di sana. Aku juga menggambar nanti, tapi nggak gambar sebesar Raskal menggambar nanti."
"Kalian suka menggambar?" Kak Sandy tampak terperangah, ia baru tahu kalau adiknya suka menggambar. Sepengetahuannya Raskal hanya suka bermain basket. Itu pun Raskal tidak bisa bermain lagi karena cidera yang dipunya. Kak Sandy tersenyum getir mengingat kesulitan Raskal pada saat itu.
"Raskal yang suka Kak, dia ada bakat di sana," mata Nala berbinar menceritakan kemampuan Raskal, "selain pintar, Raskal bisa menggambar. Hampir semua gambarnya Raskal dijual dengan harga tinggi. Aku bangga sama Raskal."
Kak Sandy tersenyum getir, "saya juga, saya selalu bangga sama dia."
Nala tak lagi berbinar, kini tatapan sendu muncul. "Kalau boleh tau, sebenarnya apa yang terjadi antara Kakak sama Raskal?"
"Raskal pasti nggak cerita apapun ke kamu soal kami." Nala langsung mengangguk.
Kak Sandy memaklumi, semua sudah berubah sejak sang Ibu meninggalkan mereka berdua. Semua berubah dalam sekejap. Dulunya Kak Sandy dan Raskal begitu dekat bagaikan nadi di dalam tubuh. Mereka saling membutuhkan satu sama lain.
Tapi sekarang mereka bahkan terlihat bukan seperti kakak beradik pada umumnya.
Kak Sandy begitu merindukan segala hal bersama Raskal. Ketika Raskal kesusahan mengerjakan PR Matematika Raskal pergi ke kamar Kak Sandy lalu memberinya buku Matematika dan meminta tolong diajarkan mengerjakan soal-soal yang bagi Raskal sulit. Juga ketika Raskal menjadi pemain inti tim basket yang akan bertanding seprovinsi, Kak Sandy adalah orang pertama yang Raskal temui dan ia ceritakan kebahagiaannya.
Tapi itu dulu. Karena sekarang Kak Sandy hampir nggak tahu apapun tentang adiknya. Entah apa yang dirasakan Raskal saat ini, entah apa saja kesibukan Raskal, bagaimana hari-hari saat mengerjakan PR, apa makannya teratur atau tidak, apa ada hal yang Raskal kesal saat ini, juga kesukaan Raskal baru-baru ini.
Termasuk tentang Nala yang kini mengisi hari demi hari milik Raskal. Itu pun Kak Sandy mulai tahu karena ponsel Raskal tak sengaja tertinggal dan melihat Nala memenuhi notif ponsel Raskal. Kalau ponsel Raskal tak tertinggal dan tidak ditemukan Kak Sandy, mungkin Kak Sandy nggak akan menemui Nala hari ini.
Kak Sandy iri sama Nala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Admirer II
Teen FictionSPIN-OFF SECRET ADMIRER. WAJIB BACA SECRET ADMIRER PERTAMA LEBIH DULU. Berisi lanjutan kisah manis milik Raskal dan Nala. Ada Santa, Jian, Kak Tama, Ibu, Kak Sandi, dan orang-orang baru yang berperan di kehidupan mereka. Di kehidupan Nala dan Rask...