04. Falling

1.8K 133 2
                                    

"Rama itu siapa?"

Jian baru saja mengunyah mie ayamnya terjeda karena pertanyaan Raskal.

"Lah mana kutahu. Kenalan lah ma dia." Ketus Jian dan kembali melahap mie ayamnya.

Raskal dan Jian sudah berada di Apartemen milik Raskal dan niatnya malam ini Jian mau menginap. Kata Jian tugas miliknya tiba-tiba saja menumpuk dan harus mulai dikerjakan hari ini. Kalau ia kerjakan di rumah nanti Ibu banyak tanya dan yang ada Jian akan dimarahi Ibu.

Sebelum mereka tiba, Jian tadi beli mie ayam dulu di bawah gedung Apartemen. Mie ayamnya terkenal enak. Tapi Raskal belum bisa memakan mie ayam, nanti malam mau jalan sama Nala. Pasti nanti ia dan Nala akan makan di luar.

"Tadi dia nolongin aku," Raskal menjelaskan kronologinya, "pas aku ketumpahan jus dia pinjamin aku kaos."

"Oh—tadi kan Nala udah cerita," Jian menjeda lagi, "katanya dia Kating fisip '19 kalau nggak salah dengar. Namanya Rama." Ucapnya. Ketika mereka pulang bersama, Nala ada bercerita tentang Rama selama di perjalanan pulang. Raskal hanya terdiam karena sibuk menyetir mobil, sementara Jian diam dan menyimak cerita Nala.

"Kamu kenal dia rupanya."

"Tadi kan Nala ceritain di mobil, gimana sih." ulang Jian dengan nada kesal.

"Kok Nala bisa kenal?"

"Tanya Nala lah. Kok nanya aku? Tadi kenapa kamu nggak nanya di mobil?" Jian ketus lagi, lalu ia melanjutkan melahap mie ayamnya lagi. Bisa-bisanya Raskal nggak menyimak cerita Nala pas di mobil.

Raskal terdiam sejenak, tampak berpikir. "Mau nanya, tapi mulutku kayak nahan gitu. Tadi tuh mereka kayak kelihatan dekat."

"Bagaimana kamu tahu mereka dekat? Kata Nala baru kenal juga kok."

"Tadi pas aku balik ganti baju, Nala dan Kating itu ngobrol. Interaksi mereka kayak udah dekat. Juga.."

"Juga apa?" Jian menuntut jawaban, tapi Raskal pun enggan mengatakannya. Ia ragu, takutnya cuma asumsi kosong tak bermakna.

Tatapan Rama pada saat itu tampak intens menatap Nala ketika Nala berbicara. Begitu penilaian Raskal.

"Nggak usah cemburu," ucapan Jian membuyarkan lamunan Raskal, "Nala dan Kating itu cuma ngobrol biasa."

"Memangnya aku kelihatan cemburu?" Alis Raskal berkerut, sementara Jian mengendikkan bahu.

"Cuma kasih tau. Nala nggak bakalan aneh-aneh."

Raska terdiam, ia tahu Nala nggak akan berpaling darinya. Tapi tatapan intens dari Kating tersebut cukup mengganggu sampai Raskal sedikit merasa terusik.

Tapi Raskal nggak mau memusingkannya lagi, ia memilih untuk segera melupakannya dan berlalu ke toilet.

Jian hanya terdiam menatap punggung Raskal dan kembali melahap mie ayamnya.

*****

Malam ini Nala ingin diajak jalan ke pasar malam. Di tanah lapang dekat rumah Nala baru buka pasar malam.

Pasar malam itu diadakan setiap enam bulan sekali selama seminggu. Bisa dikatakan Nala dan Raskal akan suka datang. Meski terkadang mereka suka bilang bosan mereka akan tetap datang juga. Entah cuma jajan atau melihat-lihat saja.

Niatnya Nala hanya membeli jajanan murah. Sementara Raskal hanya akan mengikuti kekasihnya saja sambil menikmati suasana ramai pasar malam. Kelap-kelip lampu turut memperindah suasana saat ini.

"Kamu nggak mau cicip jagungnya?" Nala mendongak dan menawarkan jagung bakar ke arah Raskal. Tanpa mengatakan apapun Raskal langsung menunduk dan menggigit jagung bakar itu.

Secret Admirer IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang