12. Rahasia (2)

878 78 1
                                    

Selama Nala bersama Raskal, baru kali ini Nala tertegun melihat Raskal bisa semarah ini. Ketegangan yang terjadi beberapa waktu lalu antara Raskal dan Rama membuat Raskal banyak diam dan menjauhinya. Jauh dalam arti Raskal ingin sendiri untuk sementara waktu.

"Aku nggak nyangka Raskal nggak suka sama Kak Rama selama ini." Nala menunjukkan kekhawatirannya setiba mereka di depan halaman rumah Nala. Nala belum hendak keluar dari mobil dan berpamitan pada Jian. Nala ingin mengetahuinya melalui Jian apa yang sebenarnya terjadi sampai Nala tidak tahu bahwa selama ini Raskal tidak sesuka itu terhadap Rama. Bahkan Rama juga mengatakan hal yang sama di depan dirinya dan beberapa mahasiswa yang mulai berdatangan untuk menyaksikan ketegangan di antara mereka.

Dan karena kejadian tersebut, Raskal meminta Jian untuk mengantarkan Nala pulang dan Raskal pulang sendirian. Nala cuma bisa muram ketika Raskal tidak mengatakan apapun padanya dan bahkan Raskal tidak ada menatapnya ketika Jian menarik Nala untuk pulang bersamanya.

Nala tidak bisa membendung kesedihannya.

"Aku nggak tau kalau selama ini Raskal cemburu kalau aku lagi sama Kak Rama." Nala mengulang ungkapan Raskal pada saat ketegangan tadi. Raskal melontarkan alasan ketidak sukaannya terhadap Rama selama ini bahwa ia cemburu. Rama pun ikut melontarkan ketidak sukaannya tanpa alasan spesifik. Kalau ini Nala bingung kenapa Rama tidak menyukai Raskal.

Nala merasa bahwa Rama dan Raskal jarang bersinggungan, terakhir pada saat mereka bertanding basket dan tadi siang mereka berdiskusi mengenai acara. Tapi Nala tidak menemukan sesuatu yang tidak berkenan diantara mereka.

"Jian, aku sama Kak Rama dekat karena aku ditunjuk Kak Oloan buat jadi panitia acara dan kebetulan aku sama Kak Rama jadi satu tim penanggung jawab. Aku nggak punya maksud lain. Nggak ada aku kepikiran buat main-main sama Raskal," air mata Nala akhirnya berjatuhan, tak sanggup lagi menahan. Nala sangat sedih mengingat Raskal dan Rama hampir saja saling memukul sebelum Jian dan Denis datang dan berhasil mencegah niat mereka.

Kemarahan Raskal mengartikan hal lain dipikiran Nala meski maksud Raskal bukan seperti itu. Raskal selalu memercayai Nala, tapi tidak dengan Kating satu itu. Namun Nala tetap saja merasa adanya kejanggalan dan tidak enak hati.

Tanpa perlu Nala menjelaskan apapun, Jian tahu sebesar apa rasa sayang Nala terhadap Raskal. Mengingat perjuangan Nala untuk menarik perhatian Raskal di sekolah dulu, Jian tahu bahwa Nala tidak akan mungkin mencoba atau bahkan pernah memikirkan untuk mengkhianati Raskal.

"Raskal percaya kamu, Nal."

"Tapi aku merasa bersalah," Nala menarik ingusnya di hidung, "Raskal sampai tidak mau melihatku tadi."

"Raskal cuma masih emosi. Dia nggak mau menumpahkan sisa emosinya ke kamu makanya dia minta aku antar kamu pulang," ujar Jian jujur sambil menepuk-nepuk tangan Nala yang berada di pangkuan Nala. Berusaha untuk menenangkan kekasih sahabatnya. "Nanti aku ke Apartemennya dan membujuknya pelan-pelan. Raskal akan menghubungimu sesegera mungkin. Kalian akan baik-baik saja setelah ini."

"Aku mencemaskannya." Nala tertunduk lesu sambil menghapus sisa air matanya di pipi. Jian membantunya dengan memberikan tisu baru. Nala menerimanya. "Aku mau tau apa yang sebenarnya terjadi sampai aku bener-bener nggak tahu kalau Raskal sudah memendam kekesalannya selama ini sama Kak Rama." Desak Nala menatap Jian.

"Aku bingung jelasinnya," Jian menggaruk kepalanya resah, "tapi yang aku lihat selama ini, aku merasa kalau Kak Rama ada rasa sama kamu."

"Rasa? Sama aku?" Nala menunjuk dirinya dengan raut tak percaya.

Jian mengangguk. "Beberapa kali aku melihat Kak Rama menatapmu aneh. Aku pikir dia cuma menatapmu saja sembari lalu. Tapi aku merasa bahwa Kak Rama jadi makin sering menatapmu. Santa dan Raskal juga merasakan hal yang sama."

Secret Admirer IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang