14. Sepeda Air Bebek

768 67 8
                                    

Nala mengerjap ketika mobil Rama berhenti di depan pilar besar tertulis Selamat Datang di Ancol.

Tangannya menyentuh sela jendela mobil yang terbuka. Rama sengaja membukakan jendela di sisi Nala di saat memerhatikan Nala yang lebih banyak diam menikmati hamparan jalanan yang ramai karena hari mulai sore. Awalnya Nala terkejut ketika jendela diturunkan Rama dengan tombol otomatis, tapi Nala kembali memerhatikan bagaimana kota Jakarta mulai ramai dan terlihat sibuk pada sore hari.

Perjalanan tidak semacet yang dibayangkan. Justru lenggang hingga Rama dapat menepikan mobilnya di parkir khusus dekat Danau.

Nala masih bingung menatap sekitarnya dan memikirkan berbagai alasan mengapa Rama membawanya ke sini.

"Ayo turun."

Nala menoleh dan Rama bersiap-siap. Nala kembali diam dan membuka pintu untuk turun, menyusul Rama yang lebih dulu turun dan menunggu Nala di depan mobil.

"Kita mau bicara di mana Kak?" Nala mengikuti langkah santainya dan ia mulai menginjak pasir putih. Nala terkesiap kalau ada pasir pantai mengitari Danau. Kaki Nala perlahan tenggelam ketika Nala melangkah. Hangatnya pasir terasa di kulit. Tapi tak mengganggu Nala untuk terus mengikuti Rama di belakang.

Rama masih bungkam dan tetap melangkah maju, mengitari area Danau yang terlihat cukup indah di sore hari. Di depannya Nala terpukau dengan senja menghiasi langit. Deru angin berdesir halus sampai permukaan danau mengikuti deru. Melihat pemandangan itu cukup berhasil menenangkan Nala yang tadinya semeraut memikirkan topik pembicaraan yang sebentar lagi akan mereka bahas.

Kecanggungan pun juga perlahan luntur. Nala mulai menikmati suasana danau yang tak banyak dikunjungi. Hanya diisi oleh mereka, penjual mie dan kopi, dan beberapa anak muda-mudi menikmati fasilitas skuter listrik yang juga sedang menikmati indahnya suasana danau.

Langkah Rama mengarahkan mereka ke wahana sepeda air bebek. Bebek-bebekan itu tampak besar ketika langkah Nala dan Rama semakin dekat. Bebek-bebek itu menumpuk karena tak ada pengunjung yang menaiki wahana tersebut.

Lalu langkah Rama berhenti di depan loket.

Rama mengitari pandangan lalu memanggil seseorang yang terlihat seperti petugas danau untuk menanyakan apa wahana sepeda air bebek ini masih buka atau tutup. Nala hanya terdiam menyaksikan percakapan Rama dan petugas itu hingga petugas membuka loket dan mempersilakan Rama dan Nala masuk.

"Kak..." Nala memanggil Rama dengan raut bingung dan takut. Petugas itu langsung menunjuk salah satu bebek-bebekan dan Rama langsung turun dan menaiki bebek itu.

"Ayo, Nal." Rama mengulurkan tangannya, mengajak Nala ikut turun dan menaiki bebek bersamanya.

Nala belum beranjak, justru ia berengut. Takut karena mereka hanya berduaan di sana, dan takut kalau Nala tak dapat meraih uluran Rama kemudian ia terjatuh dan tenggelam.

"Nggak usah takut," Rama mengerti ketakutan Nala dengan bebek-bebekan ini. "Gue bakal pegangin lo. Lo aman sama gue."

"Beneran aman Kak?" Nala memastikan ulang sambil memerhatikan kondisi bebek-bebekkan yang bergoyang-goyang pelan.

"Aman, Nal." Ujarnya lembut.

"Kalau aku jatuh gimana?" Raut Nala makin cemas memikirkan itu.

"Ya tenggelam."

Nala menatap horor dan Rama terkekeh.

"Gue gak akan biarin lo tenggelam," Rama memanjangkan tangannya, "ayo."

Sekuat tenaga Nala memberanikan diri untuk menerima uluran Rama dan Rama segera menarik Nala untuk melompat perlahan. Bebek-bebekkan mereka mulai bergoyang-goyang kencang dan otomatis Nala memeluk Rama erat ketakutan.

Secret Admirer IITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang